Chereads / TERJERAT OLEH BOS TAMPAN / Chapter 13 - Chapte13. MUSUH DALAM SELIMUT

Chapter 13 - Chapte13. MUSUH DALAM SELIMUT

Banin menatap dengan begitu dalam raut wajah yang kini sangat pucat itu. Kesadarannya Sea Edrea Auriestella belum pulih. Nadinya masih begitu lemah.

Bahkan selang infus saja sudah berganti beberapa botol tadi. Layar monitor yang mengidentifikasi detak jantungnya masih berjalan normal.

Beberapa menit yang lalu Cori sudah pamit meninggalkan rumah sakit karena ada pekerjaan yang tak bisa di tinggalkan. Sedang 2 temannya Arlan dan Ainselly masih menemaninya di ruangan VVIP itu.

Petugas polisi masih berjaga di luar karena memang sengaja Banin sewa untuk menjaga kondisi Sea selama di rumah sakit 24 jam.

Hari ini hari ke 4, Sea di rumah sakit setelah kecelakaan maut itu dan kini ditambah dengan tragedi pembunuhan itu.

"Apa yang akan kamu lakukan selajutnya, Banin?" tanya Arlan sambil menatap sepupunya itu. Banin menghela napas panjang.

"Untuk sementara kasus ini dalam penyelidikan polisi. Mereka sudah punya target beberapa orang yang dicurigai dan dalam pantauan."

"Apa termasuk Eudrie?" tanya Arlan lagi. Kembali Banin menghela napas. Kaki ini hanya pendek.

"Aku yang meminta Eudrie di selediki pelan-pelan. Karena anehnya gadis itu tidak termasuk ada dalam rekaman cctv," jawab Banin pelan.

Arlan perlahan dan dengan halus menarik napas lega. Setidaknya sampe hari ini gadis itu tidak terjerat hukum.

"Apa mungkin dia menyewa pembunuh bayaran?" Ainselly menimpali ucapan Banin.

"Bisa jadi, karena aku rasa Eudrie tidak akan membiarkan tangannya kotor dengan kejadian seperti ini." Banin pun membenarkan ucapan sahabatnya sekaligus partner bisnisnya itu.

Sementara pikiran Arlan menerawang ke mana-mana. Entah kenapa dia meragukan bahwa ini adalah kerjaan Eudrie. Karena sungguh sangat beresiko cara yang dilakukan pembunuh itu. Memutus denyut nadi seolah biar korban melakukan bunuh diri.

Padahal di rekaman cctv ada seseorang yang benar-benar masuk ke ruang rawat inap Sea kemarin malam dan menggores nadi gadis muda itu hingga kejang-kejang.

Kalau dilihat dari perawakannya sudah dapat dipastikan seseorang itu berjenis kelamin pria. Mungkinkah ada orang lain yang menginginkan nyawa Sea?

"Apa mungkin ada yang menginginkan nyawa Sea selain Eudrie?" Tiba-tiba suara Arlan memecah keheningan diantara mereka. Karena sudah sangat penasarannya makanya pria tampan itu mengungkapkan pertanyaannya

Baik Banin dan Ainselly seketika mengerutkan dahi. Mereka kemudian saling berpandangan.

"Apakah kamu mencurigai seseorang Arlan?" tanya Banin lalu kembali menatap wajah pucat Sea yang masih tenang. Arlan hanya menggeleng pelan.

"Aku rasa saat ini hanya Eudrie yang menginginkan kematian Sea karena dia penghalang utama Eudrie untuk mendapatkan Banin. Sepertinya Bos Besar kita saat ini sedang jatuh hati kepada asistennya sendiri. Bukankah begitu Pak Banin?" Suara mengejek itu milik Anselly yang mengucapkan kata-katanya dengan nada lucu sambil mengerling ke arah Banin yang acuh tak acuh.

"Benarkah? Akhirnya kamu bisa jatuh cinta juga Banin. Selamat, ya," Arlan menimpali dengan senyum riang di wajahnya. Sesaat rumah sakit itu tampak rame namun tidak mengganggu sama sekali ketenangan tidur Sea.

Namun tiba-tiba keceriaan di ruang VVIP itu harus lenyap seketika manakala dokter muda yang sangat tampan memasuki ruangan Sea.

Dokter Alex datang bersama dengan perawatnya membuat dada Banin tiba-tiba panas.

"Kenapa dokter ini lagi yang menangani Sea. Semoga hanya dokter piket saja," gumam Banin dalam hati.

"Maaf! Diantara kalian siapa yang bertanggung jawab menjadi wali dari pasien ini?" tanya dokter itu dingin membuat ke tiga pria itu terdiam.

"Saya yang bertanggung jawab menjadi walinya. Apa ada perlu dengan saya?" tanya Banin dengan tak kalah angkuhnya.

"Tolong pastikan untuk beberapa hari ke depan jangan sampe kondisinya ngedrop apalagi ada pihak-pihak yang ingin mencelakakan Sea. Ini pasti menyangkut masalah pribadi. Karena saya dengar dari Dokter Prasetyo Sea hanya menjadi korban oleh orang-orang yang mempunyai masalah pribadi dan melibatkan gadis polos seperti Sea Tolong itu diselesaikan."

Banin mengerjabkan matanya dengan liar mendengar oerkataan Dokter Alex yang terkesan seperti ikut campur dengan urusan orang lain.

"Dan perlu diingat! Saya akan jadi dokter tetap yang menangani berbagai penyakit Sea. Jadi apapun yang terjadi dengan Sea itu merupakan tanggung jawab saya."

Booomm!

****

Alangkah ingin meledak dada Banin mendengar semua penuturan Dokter Alex yang kini resmi menjadi dokter pribadi Sea di rumah sakit.

Pria tampan yang dingin dan angkuh itu berkali-kali menarik dan menghembuskan napas untuk menenangkan emosinya. Dia tidak ingin mencemarkan nama baiknya hanya untuk mengumbar emosi apalagi di tempat umum.

"Sepertinya saingan kamu berat, Banin. Selain Tampan dan mapan dokter itu tidak pernah alergi dengan kulit siapa pun." Komentar pedas diucapkan oleh Ainselly setelah beberapa menit yang lalu Dokter Alex meninggalkan ruangan Sea.

Banin ingin sekali mencekik leher Ainselly yang sedari tadi sepertinya meledek dirinya terus.

Sementara di perusahaan cabang Mirnawati kedatangan tamu tak diundang. Direktur Elemen Corp yang selalu tunduk di bawah naungan perusahaan Banin datang meminta kerja sama untuk menjatuhkan perusahaan Banin.

"Silakan diminum dulu." Mirnawati meneguk teh hangatnya diikuti oleh pria yang mempunyai jabatan direktur itu.

"Saya setuju untuk menjatuhkan keponakan Anda itu, Nyonya. Dia terlalu sombong menjadi orang." Mirnawati hanya menerbitkan senyum misteriusnya ke arah pria itu.

"Punya masalah apa dengannya?" tanya perempuan itu sambil kembali menyesap teh hangatnya.

"Saya pernah dihina oleh keponakan Anda, Nyonya. Dan juga perusahaan saya di bawah genggaman Banin. Bagaimana caranya bisa keluar dari genggaman dan pengaruh dia. Saya sama sekali nggak nyaman."

Lagi-lagi Mirnawati hanya tersenyum misterius. "Masuk ke umpan kamu akhirnya!" geramnya dalam hati tanpa mengurangi senyum di bibir seksinya.

"Tenanglah, selama kamu berjalan di dalam aturan perusahaanku, semua akan baik-baik saja, Pak. Sekarang tinggal Bapak menanamkan modal di perusahaan saya, bereskan?"

Pria itu tersenyum puas lalu mengangguk, kemudian ikut menyesap minuman hangatnya lagi. Tidak lupa matanya yang jelalatan itu mampir di belahan dada dan paha mulus milik Mirnawati. Wanita yang sudah berumur tetapi bodynya masih aduhai.

Ada perangai lain di dalam pikiran pria bertubuh sedikit tambun itu. Sekali tangkap dua pulau terlampaui. Seperti itulah yang ada di otak kotor Direktur Elemen Corp yang pernah dijatuhkan dan di bawah kuasa Banin itu.

Dalam suasana hening itu, setelah beberapa saat berbincang, tiba-tiba sekertaris Mirna datang.

"Bu, saham Radhisius anjlok lagi. Apakah kita perlu datang ke sana?" Mirna kembali menerbitkan senyum devilnya lalu menganguk pada pria di hadapannya sebelum akhirnya berlalu dari kantornya.

Kantor Radhisius,

"Mana bos kalian, kenapa sampai bisa saham anjlok di barisan paling bawah begini? Apa kerja bos kalian selama ini?"

Cori tampak bingung menghadapi Mirna yang tiba-tiba datang ke kantornya. Sedang Banin tidak ada di tempat.

"Cori! Di mana Banin? Apa dia tidak berniat untuk mengurus pekerjaan dan akan mengurusi masalah asistennya?" Suara keras itu begitu menggema membuat seluruh karyawan menciut dan bergeming. Hingga hening tercipta seketika.

"Saya ada di sini, Tante!"

****

BERSAMBUNG