Chereads / AARAM & SANDRA / Chapter 39 - 39. Mencoba Mengikhlaskan

Chapter 39 - 39. Mencoba Mengikhlaskan

Siapa pun yang kehilangan sesuatu yang mereka pikir milik mereka selamanya, akhirnya menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar milik mereka. Kehilangan seseorang untuk selamanya memang menjadi sebuah hal yang sangat menyedihkan dan terpukul. Bagaimana tidak, mereka yang selalu ada di kehidupan kita akan pergi dan tidak akan kembali lagi. Tentu bayang-bayang rindu akan menyelimuti kita yang masih merasa sedih karena kehilangan seseorang tersebut.

Pagi sekali Merry,Diki dan Aaram berangkat menuju puncak dengan diantar oleh dua supir mereka. Diki sengaja membawa dua supir agar nanti jika supir yang satunya lelah,mereka bisa bergantian dalam mengendarai mobil. Sebenarnya Merry ingin malam itu juga mereka berangkat. Tapi,Diki memberi penjelasan kepada istrinya bahwa cuaca disana sedang sangat buruk,daripada terjadi sesuatu nantinya pada mereka di perjalanan,Diki menyarankan agar sebaiknya mereka beristirahat malam ini dan berangkat besok pagi.

Pukul delapan pagi mereka tiba di puncak. Sebelum mereka tiba di tempat kejadian perkara,mereka mampir sejenak di villa yang sudah Diki sewa. Menurut informasi yang mereka dapat,semua korban kecelakaan belum dapat dievakuasi karena kendala dari faktor alam,yakni karena lokasi tempat kejadian itu terletak di jurang yang memiliki ketinggian cukup dalam tambah lagi hujan deras yang mengguyur puncak sejak siang hari cukup menyulitkan pihak kepolisian dan tim Sar untuk turun dan mengevakuasi para korban. Maka dari itu tim Sar dan pihak kepolisian baru bisa mengevakuasi para korban pagi ini,itu pun tidak luput dari kendala tanah yang basah karena terkena guyuran hujan.

Diki meminta Merry dan Aaram agar tetap berada di villa,jika nanti jasad Aarav sudah ditemukan dan dibawa ke rumah sakit untuk diidentifikasi barulah Diki akan mengabarkan kepada mereka.

"Ram,kamu jaga mamah mu di sini,nanti papah akan mengabari kalian." Ujar Diki

"Baiklah hati-hati dijalan pah." Jawab Aaram dan diangguki oleh Diki

Diki dan pak Dedi pun berangkat ke tempat kejadian perkara,karena dirinya sudah ditunggu oleh sahabatnya disana yang merupakan seorang polisi yang berpangkat cukup tinggi. Tidak memakan waktu lama,akhirnya Diki dan supirnya pun tiba di sana dan segera menemui sahabatnya itu. Diki menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan sahabatnya dan akhirnya Diki menemukan sosok yang sedang di cari olehnya sedang berdiri memantau kinerja bawahannya.

Diki menghampiri sahabatnya itu dan menepuk punggung orang itu.

"Assalamualaikum Bisma" ucap salam Diki

"Waalaikumsalam,apa kabar Diki?" Jawab Bisma sambil memeluk Diki

"Alhamdulillah kabarku baik dan sehat,tapi ya hatiku sedang sedih."

"Aku mengerti maksudmu Dik,ikhlaskanlah agar semuanya berjalan lancar. Doakan putramu agar tenang di sana." Ujar Bisma sambil menepuk punggung Diki

"InshaAllah kami ikhlas semua,Bisma."

Bisma pun mengangguk dan mengajak Diki untuk ke tempat yang lebih aman karena tadi posisi mereka terlalu dekat dengan tempat kejadian dan takut akan menyulitkan tim evakuasi yang sedang bekerja. Cukup lama mereka mengevakuasi para korban yang sebanyak lima puluh penumpang termasuk sopir. Tim evakuasi baru selesai membawa korban ke rumah sakit pada sore hari sekitar pukul lima. Diki mengabarkan kepada Aaram agar bersiap karena Diki memerintahkan pak Dedi untuk menjemput mereka di villa untuk menuju ke rumah sakit.

Merry dan Aaram berjalan cepat ke arah ruang jenazah,disana sudah ada Diki yang sedang berbicara pada salah satu orang suruhannya.

"Papa" ucap Merry

"Mama,Aaram" jawab Diki

"Bagaimana pah?" Tanya Aaram

"Papah sudah menyuruh asisten papah untuk menyelesaikan semuanya,kita tunggu beberapa menit untuk bisa membawa jasad Aarav." Jelas Diki kepada Aaram dan Merry

Tiba-tiba saja tubuh Merry limbung ke samping,untung saja dengan cepat Aaram menangkap tubuh mamanya. Diki meminta para suster untuk membantu membawa Merry ke ruang IGD,beberapa suster membantu Merry untuk segera mendapat penanganan. Merry yang sejak kemarin siang belum makan sampai sore ini sehingga tubuhnya menjadi lemas karena kurangnya asupan energi dan juga Merry mengalami dehidrasi dan juga shock.

Aaram menemani sang mama yang sudah berada di ruang rawat,Aaram memegang tangan wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Mamah" lirih Aaram sambil memegang tangan Merry

Aaram menangis sendu ketika mengingat saudara kembarnya,dirinya mengingat kembali kejadian dimana Aarav menghubunginya melalui video call. Ternyata itu adalah panggilan video terakhir yang dilakukan oleh Aarav untuk Aaram. Tanpa Aaram sadari saat itu juga Aarav berpamitan pada dirinya untuk terakhir kali. Disaat dirinya masih terisak mengingat pesan terakhir Aarav padanya,tiba-tiba saja ada pergerakan kecil dari tangan Merry yang masih di genggam oleh Aaram.

Aaram mengangkat kepalanya dan menatap mamahnya "mah,ini Aaram mah."

"Ram…" lirih Merry

"Iya mah ini Aaram"

"Dimana Aarav?" Pertanyaan Merry membuat Aaram sedih

Lagi-lagi Aaram tidak mampu menahan air matanya,dirinya kembali terisak.

"Mah" lirih Aaram

"Dimana Aarav?"

"Mah… Aarav sudah tidak ada mah,ikhlaskan semuanya mah. Doakan Aarav agar tenang disana mah." Jawab Aaram sambil terisak

Saat itu juga ruang rawat itu dipenuhi suara tangis dari Aaram dan Merry. Tidak lama pintu kamar terbuka oleh Diki,Diki tidak datang sendiri melainkan bersama Bisma yang selalu menemani Diki sejak bertemu tadi di tempat kejadian perkara.

"Mah,syukurlah kamu sudah sadar." Ucap Diki sambil mengelus kepala sang istri

"Pah…"

"Sssttt,sudah mah. Ikhlaskan Aarav,putra kita sudah tenang disana dan kita sebagai orang tuanya harus banyak-banyak mendoakan Aarav agar disana dia juga tenang." Jawab Diki memberi yang memberi pengertian dan juga ketenangan pada istrinya.

Bagi mayoritas orang, kehilangan selamanya orang tersayang meninggalkan luka, kebingungan, dan kesedihan mendalam. Ada yang butuh waktu lama untuk mengikis itu semua, ada pula yang hanya memerlukan waktu singkat.

Setelah sholat maghrib jasad Aarav sudah dapat dibawa oleh pihak keluarga. Diki langsung membawa jasad putranya untuk segera dibawa ke Jakarta,dan akan langsung dikebumikan malam itu juga. Suara isak tangis Merry dan Aaram memenuhi mobil ambulans,Diki terus mengusap punggung sang istri agar lebih tenang.

Sekitar pukul sembilan mereka tiba di Jakarta,mereka langsung menuju ke pemakaman. Disana sudah banyak sanak keluarga,beruntung jarak pemakaman tidak terlalu jauh dengan rumah Aaram. Jadi,ada sebagian sanak saudara dan tetangga ikut ke pemakaman dan ada juga yang standby di rumah sambil mengaji dan mengirimkan doa untuk Aarav.

Isak tangis mengiringi kepergian Aarav untuk terakhir kalinya,Diki mengadzani jasad putranya sebelum semua tertutup oleh tanah. Prosesi pemakaman pun selesai,ustad memimpin doa untuk Aarav dan semua yang berada di sana pun mendoakan Aarav agar tenang disisi Allah SWT.

Hidup ini memang tidak adil,kematian itu alami. Maka terimalah. Semakin besar cinta, semakin besar pula dukanya.