Di kamarnya yang redup, Nenek Wanda berbaring di tempat tidur dengan kelopak mata yang setengah tertutup. Dia sedang sekarat. Nenek Wangsa duduk di sampingnya, sementara para anggota keluarga yang lain berdiri di samping.
Semua orang menunggu ponsel Sean berdering. Mereka tahu bahwa Sean adalah Presiden Direktur Grup Citra Abadi dan orang nomor satu di dunia bisnis Jakarta. Dengan kekuatannya, Sean dapat menemukan kebenaran dengan sangat mudah.
Keluarga Jayadi sudah sangat gelisah. Mereka takut informasi yang diselidiki oleh teman Jayadi ternyata palsu. Lana terus berdoa pada Tuhan mana pun, "Semoga Tuhan memberkati! Tuhan memberkati! Kabar yang didapat Jayadi pasti benar!"
Ting! Ting! Ting! Ting!
Ketika ponsel Huawei Porsche Sean berdering, semua orang menahan napas. Sean melirik layar ponsel dan melihat bahwa panggilan itu bukan dari Pengurus Rumah Tangga Fairus, melainkan dari nomor yang tidak dikenal.
"Halo?" Sean menjawab telepon.