Afifah dan Maman sudah sampai di depan pintu ruangan Radit.
"Man, kamu tunggu sini aja, jangan kemana-mana. Aku balikin ini dulu," ucap Afifah.
"Aku gak ikut masuk Ra?" tanya Maman.
Afifah menggeleng, "Terlalu beresiko dengan pekerjaanmu," tukas Afifah, lalu mengetuk pintu ruangan Radit.
"Masuk," ucap suara dari dalam. Suaranya yang begitu khas dan datar. Sebuah suara yang selalu menemani hari-harinya selama kurang lebih satu tahun ini. Sebuah suara yang selalu dia rindukan setiap saat.
Afifah membuka pintu itu dengan sangat pelan. Setelah terbuka, Afifah dan Radit saling bertatapan sejenak, dengan jalan pikiran masing-masing. Suasana begitu hening dan mencekam.
Afifah menutup pintunya dengan perlahan. Suara deritan-nya begitu menyayat hati, seakan ikut merasakan kesedihan yang sedang Afifah rasakan.
Setelah jaraknya dengan meja hanya beberapa senti lagi, Afifah meletakkan kardus besar yang dibawanya, tepat di hadapan Radit.