Sudah hampir tiga hari Afifah berada di kampung, dia menghabiskan hari-harinya dengan memancing dan membaca buku di dalam kamarnya.
Kesedihan yang mendalam masih menyelimuti hatinya, membuatnya kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas apapun. Mungkin hanya ayahnya yang menyadari perubahan sikap Ifah.
Pertama kali dalam hidupnya mengenal cinta, dan bahkan sampai akan dilamar. Namun semua hilang begitu saja, mimpinya ingin menjadi nyonya Andre harus dia kubur dalam-dalam, bersamaan dengan dikuburnya raga Andre.
Di tengah lamunannya. Ayahnya datang menghampirinya.
"Kenapa? ada masalah sama kerjaan Fah? Bapak lihat Afifah murung terus?" tanya ayahnya.
"Tidak ada apa-apa kok Pak," jawab Afifah, berusaha menyembunyikan permasalahannya.
"Mancing yok, di sungai sebelah sana itu banyak ikannya," ajak ayahnya sembari menunjuk ke arah barat.