Rylana menguap panjang ketika rasa kantuk menyerangnya. Dia duduk di balik meja kasir dengan kepala bertumpu di atasnya dan mata setengah terpejam. Menjaga toko selalu membuatnya senang, tapi juga terkadang melelahkan.
Sudah sejak lama dia ingin memiliki toko bunga impiannya, dan semenjak pindah ke New York untuk melanjutkan pascasarjananya, dia mulai membuka toko bunga dengan dibantu orang tuanya yang ada di Inggris. Pagi sampai siang dia harus berkuliah, dan sepulangnya harus menjaga toko sampai malam. Tidak memiliki karyawan sangat melelahkan, tapi jika memiliki karyawan dia takut tak sanggup membayar mereka.
Biaya hidup di New York sangat tinggi. Meski dia mendapat beasiswa penuh untuk pascasarjana, tapi biaya makan dan apartemen tentu tidak ditanggung oleh beasiswanya. Dia harus membiayai kehidupannya sendiri, jadi membuka toko, menjaga toko dan berkuliah serta mengerjakan tugas sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari.