Haris dibuat terkejut dengan sosok Renata yang tengah berdiri didepan pintu kamarnya. Dengan menggunakan mini dress tentunya sangat menggoda bagi mata pria manapun yang melihatnya saat itu juga.
"Ada apa kamu kesini, Ren?" tanya Haris penasaran.
"Ibu kamu, Mas. Ibu minta aku untuk panggil kamu makan malam bersama," jawab Renata dengan senyuman yang menggoda.
"Baiklah. Katakan saja aku akan menyusul," ujar Haris lagi.
Renata kemudian kembali menemui ibu Haris yang sudah menunggunya dimeja makan. Malam itu Renata diminta untuk tidur dirumah Haris tentunya atas keinginan nyonya Hartini.
Berharap agar Renata dan Haris bisa lebih cepat kembali dekat, apalagi Maya juga masih dirumah orangtuanya. Itu adalah kesempatan emas yang tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Tidak lama kemudian Haris turun dan bergabung bersama Renata dan Ibunya. Renata dengan sigap mengambilkan nasi untuk Haris. Melakukan hal yang seharusnya dilakukan Maya.
"Aku bisa sendiri Ren," ucap Haris yang tidak ingin Renata melakukan hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Tapi Renata masih saja bersikukuh untuk melayani Haris. Akhirnya Haris membiarkannya setelah sang ibu memintanya diam.
Makan malam pun berlangsung seperti yang diharapkan oleh Renata dan Nyonya Hartini.
Ditempat berbeda Maya tengah memikirkan kata-kata Haris. Dia merasa masih belum siap untuk berhadapan dengan ibu mertuanya. Tapi rasa rindu terhadap suaminya juga begitu besar. Maya merasa dilema, perasaan campur aduk yang tengah dirasakan Maya membuatnya tidak bisa tidur. Maya mencoba menghubungi Haris, tapi Haris tidak menjawabnya. Maya kira Haris sudah tidur lebih awal dari biasanya. Namun rupanya Haris sedang mengobrol berdua dengan Renata dihalaman depan rumah.
"Jadi kapan Maya datang?" tanya Renata berpura-pura peduli dengan kepergian Maya, padahal didalam hatinya ia sangat senang. Berharap agar Maya tidak pernah kembali didalam kehidupan Haris.
"Masih lama Ren, dan aku kangen sekali sama dia. Buat aku sehari jauh dari dia itu seperti enggak bertemu setahun! Lama banget!" seru Haris.
Renata hanya mengangguk mencoba bersimpati dengan apa yang dirasakan Haris. Walaupun sebenarnya dia juga tidak menyukai ucapan Haris.
Renata pun mencoba untuk menghibur Haris. Dia mengatakan, "Sebaiknya kita pergi keluar bersama. Sudah lama bukan kita tidak ke club?" ajak Renata.
Haris berpikir, memang sejak menikah dengan Maya dirinya tidak pernah ketempat seperti itu lagi. Haris merasa ajakan Renata mungkin ide bagus untuk membuat dirinya lebih rileks.
"Baiklah, ayo kita pergi!" ucap Haris bersemangat.
Mereka berdua akhirnya pergi setelah berpamitan dengan Nyonya Hartini, tentu saja Nyonya Hartini sangat senang. Dia berpikir semua akan berjalan sesuai rencana semula. Menjodohkan Renata dan Haris adalah impiannya. Entah mau jadi istri kedua atau justru satu-satunya, bagi Nyonya Hartini Renata adalah menantu kesayangan.
Perjalanan menuju club, Renata berusaha untuk mengalihkan pikirannya kepada Maya, dia mengajak Haris untuk mengobrol tantang banyak hal yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Maya. Dirinya hanya ingin menikmati waktu bersama Haris tanpa ada bayang-bayang Maya. Haris pun terpancing, dirinya tidak lagi mengingat tentang istrinya, Maya. Dia justru membahas tentang keinginannya untuk mempunyai perusahaan sendiri jika semua yang dia rasa cukup. Renata menikmati cerita Haris. Tidak segan Renata memegang tangan Haris untuk memberi simpati jika dirinya peduli dan mensupport apa yang diimpikan Haris.
"Aku tahu kamu bisa, Ris. Aku juga akan selalu dukung kamu," ucap Renata yang membuat Haris melempar senyum kearahnya.
* * *
Setibanya di club, Haris dan Renata segera turun dari mobilnya. Mereka kemudian masuk kedalam dan berbaur bersama para pengunjung yang ada disana. Alunan musik EDM yang diputar oleh DJ tamu yang merupakan artis terkenal Indonesia "DINAR CANDY" semakin membuat suasana didalam menjadi lebih riuh. Ingar bingar para penikmat musik membuat malam menjadi lebih hidup.
Renata segera menarik tangan Haris untuk ikut menari mengikuti alunan musik. Awalnya Haris menolak namun karena Renata terus memaksa, akhirnya Haris setuju.
Renata mengalungkan tangannya pada leher Haris dengan mesra, seolah melupakan jika Haris sudah beristri. Sedangkan Haris sendiri terhipnotis oleh semua yang ada disana, sehingga melihat Renata jiwanya bergejolak seperti seorang pria lajang.
Tangan Haris memegang pinggang Renata, lalu kening mereka saling beradu. Melangkah kaki ke kanan dan ke kiri beriringan mengikuti alunan musik.
Setelah puas berdansa, mereka memilih duduk didepan bartender memesan minuman kepada seorang Pramutama bar. Dua gelas wine pertama untuk mereka dirasa cukup sebagai kewajiban saat mengunjungi club.
Keduanya melakukan toast sebelum meneguk wine yang disuguhkan oleh Pramutama bar didepan meja mereka.
"Toast ...!" seru Renata saat gelasnya dan gelas Haris saling beradu.
Setelah meneguk segelas wine, mereka memutuskan meninggalkan club dan pulang.
Didalam mobil, Haris masih tidak menyangka jika dia kembali bisa merasakan club dan meneguk wine. Renata hanya tersenyum.
"Terimakasih, Ren. Kamu sudah membuat malam ini jadi lebih baik," ucap Haris memandang Renata yang masih tersenyum kepadanya.
Entah apa yang terjadi tiba-tiba mata mereka saling beradu, dan tidak lama setelah itu ... wajah mereka semakin mendekat. Lebih dekat dan tanpa sadar Haris mulai mencumbu bibir Renata!
Seolah Renata tidak ingin melewatkan malam yang indah bersama Haris, Renata semakin menginginkan lebih. Dia mulai bermain dengan bibirnya yang membuat Haris mulai menikmati apa yang dilakukan Renata.
* * *
Sementara Maya masih terus kesusahan untuk tidur, dia tampak cemas karena Haris tidak kunjung mengangkat telpon atau membalas pesan darinya. Akhirnya Maya memutuskan untuk memberanikan diri menelpon ke nomor telpon ibu mertuanya. Tidak ada pilihan lain selain itu menurutnya, Maya hanya ingin tahu suaminya kemana agar dia merasa lega.
["Assalamualaikum, Bu. Ibu apa kabarnya? maaf Maya ganggu waktu Ibu beristirahat, Maya hanya ingin tahu mas Haris kemana ya? karena Maya hubungi berulang kali tidak kunjung ada jawaban makanya Maya tanya Ibu,"] kata Maya ditelpon.
Nyonya Hartini awalnya ingin mengatakan jika Haris tengah bersama Renata, namun ia segera membatalkan niatnya itu. Karena akan membuat Maya merasa cemas dan justru akan membuat dia cepat ingin kembali kerumah. Untuk itu nyonya Hartini berbohong kepada Maya, dia mengatakan jika Haris sudah tidur lebih awal.
Mendengar ucapan ibu mertuanya, Maya cukup lega. Maya pun menutup telponnya.
Tapi entah kenapa perasaannya masih saja tidak enak. "Mungkinkah ini semua karena aku merindukan mas Haris, Tuhan?" tanya Maya dalam hati. Lalu dia kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, berdoa jika suaminya baik-baik saja.
Diparkiran mobil, Renata dan Haris masih terus menikmati suasana berdua. Kegilaan yang mereka lakukan terus saja berlanjut hingga terdengar bunyi klakson sebuah mobil lain tengah membuyarkan apa yang baru saja mereka lakukan.