Senja, itulah namaku. Nama yang indah yang diberikan oleh kedua orangtua. Aku sangat suka dengan namaku. Bagiku namaku adalah keberuntunganku. Namun sejak aku bertemu dengan dia, seorang laki-laki yang datang ke dalam hidupku. Dengan senyuman manis dan tutur kata yang membuatku jatuh cinta padanya. Panggil saja dia, Hari. Pertemuanku dengan Hari memang terjadi secara tidak sengaja. Aku ingat sekali hari itu tepat di hari ulang tahunku, di sore itu menuju senja. Aku merasa rapuh dan putus asa. Karena tepat di hari ulang tahunku, tunanganku kecelakaan pada saat perjalanan dia ingin memberikan kejutan untukku. Siang hari nya, tunanganku menghubungiku dan mengajakku untuk janjian di sebuah restoran yang berada di dekat pantai.
Bahagianya aku siang itu, tentu aku tidak sabar menunggu. Aku berdandan secantik mungkin, mengenakan dress putih dan heels putih yang dia berikan kepadaku saat ulang tahunku tahun lalu. Aku berharap momen romantis yang tidak pernah terlupakan akan terjadi. Aku bergegas menuju kursi dan meja yang sudah dihiasi oleh lilin-lilin cantik yang sudah dipesan oleh tunanganku. Tepatnya berada di pinggir pantai, sehingga dengan jelas aku bisa melihat senja yang indah pemandangan matahari yang mulai tenggelam. Angin sepoi-sepoi membuatku semakin merasa bahagia dan tak sabar bertemu dengan tunanganku yang sedang dalam perjalanan.
Hampir 30 menit aku menunggu, namun tunanganku tidak juga datang. Tiba-tiba telepon gengamku berdering dan kulihat panggilan masuk dari tunanganku. Tapi ketika aku angkat, bukan suara tunanganku yang kudengar, suara orang lain yang sama sekali tidak pernah kudengar. Saat itu juga aku merasa ada tidak beres .
Bersambung ..