Chereads / Penakluk Dewa / Chapter 1 - Hao Ming dan Yu Jing Xi

Penakluk Dewa

Flirty_Boy
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 77.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Hao Ming dan Yu Jing Xi

Matahari terus berputar dan galaksi yang berisi luasnya semesta terus berputar di orbitnya masing-masing. Hal itu terjadi miliyaran kali dalam rentang waktu yang tak terbayangkan lamanya.

Triliunan tahun yang lalu, sebuah fenomena alam yang membuat terciptanya galaksi terjadi. Konon katanya ada Sembilan Dewa Agung yang menyusun tatanan alam semesta mulai menciptakan alam semesta saat itu.

Mereka menciptakan sebongkah batu raksasa yang melingkupi luasnya semesta, kemudian mereka menghancurkannya dan menjadikan batu raksasa itu terpecah belah menjadi jutaan pecahan batu yang menyebar diseluruh angkasa.

Saat itu terdapat sebuah bongkahan Kristal yang ikut terpecah menjadi sembilan bagian menyebar ke berbagai pecahan batu dan akhirnya pecahan Kristal yang semulanya adalah inti dari bongkahan batu, sekarang membentuk keberadaanya masing-masing yang tersebar di berbagai dunia.

Kesembilan Dewa Agung sama sekali tidak tahu, Kristal yang ada di dalam batu raksasa ciptaan mereka kelak akan menjadi sesuatu yang dapat menyingkirkan mereka, atau sebaliknya, dapat membuat mereka menjadi lebih kuat dari sekarang. Hanya saja tidak ada satupun dari mereka tahu hal itu dan pada akhirnya kesembilan pecahan kristal yang tersebar ke berbagai pecahan batu menjadi terbengkalai.

Jutaan tahun kemudian flora dan fauna mulai tercipta, beberapa pecahan batu diguyuri hujan deras, menciptakan lautan dan kehidupan mereka sendiri. Keberadaan manusia pun berevolusi setiap jamannya, sampai pada akhirnya mereka mampu menciptakan peradaban mereka sendiri.

Di salah satu jutaan keberadaan planet yang ada, terdapat sebuah planet yang ukurannya sedikit lebih besar dibandingkan dengan planet yang lainnya. Sudah jelas kalau ada banyak kehidupan yang tinggal di atasnya.

Itu adalah dunia dimana semuanya akan dimulai, planet itu biasa disebut sebagai Benua Sinar Surgawi.

***

Disebuah rumah yang cukup sederhana di salah satu gunung di kota Bulan, seorang wanita berteriak keras di dalam kamarnya, ada seorang pria yang menemani dirinya dari samping sambil terus menggenggam tangan sang istri. Raut wajah kemerahan sang istri menunjukkan rasa sakit luar biasa yang istrinya rasakan.

"Kau pasti bisa, cobalah untuk terus mendorongnya…"

"Akhh!" teriakan wanita terdengar makin keras. Wanita lain yang ada di dalam kamar terus membimbing pasiennya.

"Terus! Tinggal sedikit lagi nyonya…"

'Oak…oak…"

Tak lama kemudian suara tangisan bayi terdengar lantang di dalam kamarnya. Bersama dengan kehadiran si buah hati, air mata sepasang suami istri itu mengalir deras. Melihat kehadiran orang baru di keluarga mereka membuat mereka bahagia, jika seseorang bertanya pada mereka hari apa yang membuat bahagia, sepasang suami istri itu tidak akan ragu untuk menjawab kalau hari ini adalah hari yang paling membuat mereka bahagia.

Tanpa mereka sadari, seorang pria bertopeng setengah wajah berdiri di atas rumah mereka. Tatapan dan raut wajahnya yang sulit diartikan memberikan kesan misterius yang mendalam pada sosoknya.

"Tangisan bayi di bawah bulan purnama. Tiga puluh satu bunga bermekaran. Suara jangkrik terdengar dari selatan.

Tiga buah persik jatuh masak dari pohonnya. Bahkan keberuntungan pun ikut andil dalam perjalanan hidupnya, tentu saja akan ada marabahaya yang datang menyerang mereka saat waktu itu tiba."

Pria itu melambaikan tangannya sebelum sosoknya menghilang begitu saja.

Hari demi hari berlalu, tanpa terasa dua bulan berlalu begitu saja. Hao Ming dan Yu Jing Xi berada diluar rumahnya sambil menggendong bayi dipangkuan mereka, lebih tepatnya Yu Jing Xi yang melakukannya. Bayi itu diberi nama Hao Li.

Umurnya yang menginjak usia dua bulan membuat Yu Jing Xi dan Hao Ming senang. Perpaduan antara Hao Ming yang tampan dan Yu Jing Xi yang cantik membuat sosok Hao Li terlihat menawan bahkan di usianya yang baru saja menginjak dua bulan.

"Suamiku, kurasa saat Hao'er tumbuh dewasa, dia akan setampan dirimu…" ujar Yu Jing Xi dengan senyuman manis diwajahnya. Hao Ming tertawa pelan dan membalas, "Tentu saja dia akan setampan diriku. Anak Hao Ming tidak akan menjadi sosok jelek yang dibenci gadis, Hao'er akan menjadi idaman para gadis ketika usianya menginjak remaja nanti."

"Tolong kau jaga sebentar, aku akan membawakan makan siang kita ke sini. Aku rasa sup ayam yang kumasak tadi sudah mendidih…"

"Baiklah, kau bisa tenang."

Hao Ming dengan penuh riang mengasuh anak semata wayangnya. Langit biru dan cerah seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini yang dipenuhi dengan kebahagiaan. Tidak ada seharipun mereka melewatkan kebahagiaan setelah hadirnya Hao Li di dalam hidup mereka, tentu saja sebelumnya Yu Jing Xi dan Hao Ming sudah amat sangat bahagia, dan kehadiran Hao Li menambah kadar kebahagiaan mereka berdua.

"Hao'er, jangan tumbuh dengan cepat ya. Aku dan ibumu enggan berpisah denganmu. Kalau saja aku bisa meminta pada Dewa, aku akan meminta kau agar tetap menjadi sosok menggemaskan. Membayangkan kau meninggalkan kami saat kau sudah dewasa nanti membuatku sedih…"

"Apa yang kau bicarakan? Hao'er akan hidup bahagia dengan keluarganya kelak. Apa kau tidak ingin memiliki cucu?" Yu Jing Xi akhirnya keluar seraya membawa sepanci sup ayam yang masih panas.

Keharmonisan keluarga kecil itu akan membuat siapa saja yang melihatnya iri. Terkadang Yu Jing Xi memberikan suapan pada Hao Ming, terkadang juga sebaliknya. Mereka tampak sangat bahagia untuk sesaat.

Sementara itu jauh di bawah pegunungan, sekelompok orang bersenjatakan pedang berlari dengan cepat ke puncak gunung. Mereka mengenakan pakaian berwarna hitam dengan bagian bawah wajahnya ditutupi oleh kain hitam.

"Jangan lewatkan sedikitpun area! Mereka pasti ada disekitaran sini," teriak pemimpin pasukan.

"Siap laksanakan Tuan!"

Mereka berasal dari kota Kerajaan. Mereka disuruh untuk menangkap dua orang buronan Istana Kerajaan beberapa hari yang lalu, dan setelah begitu banyak penyelidikan, mereka menemukan kalau dua orang buronan Istana Kerajaan seharusnya tinggal di Gunung Persik sekarang ini.

Maka dari itu mereka langsung bergegas pergi menyusuri Gunung Persik untuk memastikan.

Setelah menyusuri wilayah daratan di sisi Gunung Persik, sayangnya mereka sama sekali tidak menemukan kedua orang itu. Pemimpin pasukan kembali berteriak, "Kita akan pergi ke dalam gunung sampai puncak gunung. Aku tidak percaya mereka tidak ada di sini."

Sesampainya mereka di puncak Gunung Persik, mereka melihat adanya tebing yang cukup curam. Di atas tebing itu terdapat sebuah rumah sederhana yang tampaknya berpenghuni.

"Mereka pasti di sana! Cepat pergi ke atas tebing itu dan hancurkan rumah itu!"

Yu Jing Xi dan Hao Ming yang menyadari sekelompok pasukan mengejar mereka langsung memasuki rumah. Yu Jing Xi dengan cekatan segera mengunci pintu rumah, sedangkan Hao Ming memeluk putranya dengan erat.

"Xiao Xi, aku rasa kali ini aku tidak bisa berdiam dan meerima semuanya. Aku akan keluar dan berhadapan dengan mereka semua…" Hao Ming menatap Yu Jing Xi sendu. Sepintas kenangan masa lalunya membuatnya tak ingin bertindak layaknya pengecut.

Yu Jing Xi menggelengkan kepalanya keras, tidak sependapat dengan Hao Ming. "Apa kau sudah gila?! Berhadapan dengan mereka sama saja dengan mencari kematianmu sendiri! Apa kau tidak ingin melihat Hao Li tumbuh besar dan memanggilmu 'ayah'?!"

Hao Ming menghela napasnya pelan, "Tidak ada yang bisa aku lakukan. Demi keselamatan anak kita, aku rela mengorbankan nyawaku. Kau tahu salah satu diantara pasukan itu adalah seorang kultivator tahapan Pembentukan Pondasi tingkat 4. Hanya aku yang bisa berhadapan dengannya…"

Yu Jing Xi terlihat ragu. Dia juga seorang kultivator dan dia berada di tahapan Kondensasi Qi tingkat 9. Namun jika disandingkan dengan pemimpin pasukan yang ada di depan rumahnya, dia sama sekali bukan tandingannya.

"Aku percaya kau tidak akan kalah dari pemimpin pasukan itu. Aku tahu kau sangat kuat dan itulah yang menjadikanku jatuh cinta kepadamu. Tapi dengan puluhan anak buahnya, kau tak akan bisa menang. Jika kau masih saja bersikeras untuk berhadapan dengan mereka, maka aku juga akan ikut denganmu!"

Kedua bola mata Hao Ming melebar mendengar perkataan Yu Jing Xi, "Lalu siapa yang akan menjaga Hao Li? Kau cukup dengarkan aku dan pergi dari sini secepat mungkin!"

Tanpa mendengarkan ocehan istrinya, Hao Ming langsung keluar dari persembunyiannya. Dia melihat ada 40 orang berkumpul di halaman rumahnya.

Dia berkata, "Aku tidak menyangka kalau Istana Kerajaan akan memandangku begitu tinggi dengan mengirimkan pasukan kelas atas seperti kalian ini."

"Kau telah melakukan pengkhianatan tak termaafkan dan kau masih berani muncul di depan Pasukan Kerajaan dengan begitu percaya dirinya?" ucap Pemimpin pasukan yang kebetulan adalah orang yang sama dengan orang yang berusaha menangkap Hao Ming dan Yu Jing Xi tujuh bulan yang lalu.

Mendengar hal itu, Hao Ming terkekeh pelan. Dia balas berkata, "Pengkhianatan? Hao Jun mengatakan kalau dia akan memberikan hadiah kepadaku setelah aku membawa kemenangan pada Pasukan Kerajaan waktu itu. Tapi setelah aku kembali dari peperangan, apa yang aku lihat jutru istriku diikat di tumpukkan kayu dan kalian siap membakarnya kapan saja. Hao Jun memfitnah istriku dengan menyebarkan rumor kalau anak yang dikandungnya bukanlah anakku. Padahal dia sendiri hanya bertemu dengan Xiao Xi beberapa kali. Jika aku tidak membunuh Hao Jun saat itu, maka yang akan terbunuh adalah istriku. Aku tidak perduli mengenai sudut pandang kalian, tapi aku tahu apa yang aku lakukan…"

Sorot mata Hao Ming mengisayaratkan ketegasan yang membuat Pemimpin Pasukan Kerajaan ragu untuk sejenak. Pemimpin Pasukan Kerajaan yang sekarang berhadapan dengan Hao Ming dulunya adalah orang yang berhubungan cukup baik dengan Hao Ming. Namun setelah insiden tujuh bulan yang lalu, hubungan mereka yang semula cukup baik malah berbalik, mereka berdua sekarang bagaikan musuh yang akan saling menangkap dan maghindar jika saling berpapasan.

Pria itu bernama Hao Xun, jenderal utama Kerajaan saat ini. Hao Xun tentu saja masih ingat saat Hao Ming merancang rencana untuk digunakan dalam peperangan beberapa bulan yang lalu. Dia sendiri tidak percaya akan ada masanya dimana mereka akan saling membunuh satu sama lain. Kisah diantara mereka dapat dikatakan sebagai kisah yang cukup tragis.

"Menteri Hao, aku tahu alasan mengapa kau membunuh Hao Jun saat itu. Tapi bagaimanapun tindakan membunuh salah satu anggota kerajaan bukanlah hal yang bijak, kau sendiri tahu hal itu dengan sangat baik. Alasan menangkapmu benar-benar masuk akal, dengan kau membunuh Hao Jun saat itu, sudah tidak diragukan lagi kalau kau adalah pengkhianat kerajaan. Dan hukuman untuk pengkhianat sepertimu hanya akan ditentukan oleh Yang Mulia di dalam pengadilan Istana…" terdapat nada getir di dalam perkataan Hao Xun. Dia menyayangkan hubungannya dengan Hao Ming menjadi seburuk ini. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan, dia hanya seorang jenderal Pasukan Kerajaan, perintah yang diberikan oleh Yang Mulia kepadanya adalah mutlak.

Sekali lagi Hao Ming tertawa, dia menganggap perkataan Hao Xun hanya lelucon belaka.

"Membunuh Hao Jun tidak dibenarkan sedangkan membunuh Xiao Xi adalah sesuatu yang harus dibenarkan? Betapa lucunya itu. Apakah Yang Mulia ingin membangun panggung komedinya sendiri dan melucu diatasnya? Sepertinya Yang Mulia itu memang berbakat dalam membuat lelucon. Bahkan perkataanmu tadi membuatku tertawa tiada henti, hahaha!"

"Berani sekali kau merendahkan Yang Mulia. Apakah kau pikir karena kau tidak lagi berada di dalam Istana Kerajaan dan kau dapat berbuat sesukamu? Ingat! Kau sekarang masih berada di tanah Kerajaan Naga Merah!" tegur Hao Xun ketika dia mendengar bagaimana lugasnya Hao Ming merendahkan Yang Mulia.