Chapter 88 - BAB88

...perih. Biarlah batinku yang terus merintih. Barangkali, aku memang sebaiknya jujur saja padamu dan Mutia. Tak ada yang harus aku tutupi. Bukankah kejujuran itu memang harus tetap dikatakan walau sepahit apa pun itu?

Malam itu aku meminta Mutia untuk bertemu di sebuah tempat. Dia datang pukul setengah delapan malam. Dan aku sudah datang satu jam sebelumnya. Dalam kepalaku rasanya waktu satu jam itu terlalu sedikit untuk menyiapkan apa yang harus aku sampaikan. Ini akan sangat menyakiti. Ini akan melukai hati Mutia. Dan, termasuk juga dengan hatiku sendiri. Tapi, bara yang sudah kubakar memang sebaiknya harus segera kupadamkan, sebelum dia lebih kejam membakarku hidup-hidup.

"Dalam rangka apa mengajakku ketemu di sini?" Mutia baru saja duduk di depanku. "Kamu mau minum apa?" tanyaku kepadanya. Aku butuh waktu beberapa saat lagi sebelum mengutarakan maksudku. Mutia pun memilih minumannya. Aku masih tetap berusaha terlihat tenang.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS