Aku sungguh akan menikah dengan vante.
Rasanya baru kemarin aku dan Vante bertemu dan pertemuan kami tidakberjalan dengan baik. Dan sekarang aku harus menikah dengan seseorang yang masih aku benci karena menyebutku jalang. Sayangnya aku tidak bisa terlalu membencinya karena Pria itu sekarang akan menjadi suaminya.
Rachel menatap pantulan dirinya di depan kaca. Ia melihat dirinya sendiri yang sudah siap, Gaun yang di penuhi dengan manik-manik kristal kecil di bagian dada serta pada bagian pinggang membuat gaun yang di pakai Rachel terlihat begitu cantik. Gaun yang memperlihatkan bagian Pundak yang hanya di tutupi lapisan kain tipis polos membuat bahunya terlihat jelas. Tidak lupa dengan mahkota kristal untuk memperhias.
Rachel melamun dan tanpa sadar jika kedua sahabatnya masuk menghampirinya. "Rachel.." Panggil Monica bersemangat.
"Woah, kau sangat cantik." sahut Sandra lagi.
Rache tersadar dari lamunan nya lalu tersenyum. "Kalian juga sangat cantik." Shaut Rachel. Ia lalu menatap Sandra sambil tersenyum tidak nyaman. Ia masih ingat dengan kejadian kemarin. Jika dirinya membuat keributan di acara pesta kedua orang tuanya. dan satu hal yang membuat rachel tidak nyaman adalah tentang Kakak nya Sandra. Pria yang pernha mengisi hatinya. Rafa.
"Hei, ada apa dengan tatapan itu!, jangan sesekali kau tidak nyaman berada di dekatku, Ya rachel." Ucap Sandra memperingati. Ia snagat paham apa yang sekarang menjadi beban di pikiran Sahabatnya itu.
Rachel hanya tersenyum tipis. "Hm, bagaimana keadana di luar?." Tanya balik Rachel mengalihkan topik.
"Oh iya, kakak hanya mengundang rekan bisnisnya. Dan, kau sangat tahu jika pria itu tidak akan mengundang teman-tema kampus kita." Jawab Monica.
Rachel menghela nafasnya lega. "Baguslah, mereka tidak harus tau jika aku sudah menikah. Dan itu dengan kakak mu."
Monica mengangguk. "Eh, tapi kan mereka sudah tau saat Vante mengatakan kau akan menjadi isterinya." sahut nya lagi.
"Ah tenang saja, mereka hanya tau jika kau akan menikah dengan vante. Tapi mereka tidak tahu kapan kau akan menikah dengannya." Sahut Sandra lagi. Mereka sangat tahu apa yabg akan di dapatkan rachel jika ketahuan menikah dengan Pria yang sangat di dambakan para gadis di kampus nya itu. rachel juga tahu bagaimana vante seperti seorang selebriti yang sangat di dambakan oleh banyak Wanita.
Srettttt
"Wahh, kalian sedang membicarakan apa? malam pertama, ya." Ucap seseorang pria yang baru saja masuk Bersama teman-temannya. Mereka menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Siapa lagi kalau bukan jimin dan kelompoknya itu.
"Kenapa kalian kemari!." Teriak Monica kesal. "Aku Sudah menyuruh kalian menunggu di luar sampai Rachel memasuki altar."
"Apa kau ibuku sehingga aku harus mendengarkan perintah mu itu." Sahut jimin dengan wajah menyebalkannya. Monica menghembuskan nafasnya kasar. "Ya, Sekali saja kau mendnegarkanku!."
"Untuk apa aku mendengarkanmu, Ibu ku saja aku langgar. Apalagi hanya seorang keledai." Sahut jimin tanpa dosa.
Mereka semua menghela nafas melihat pertengkaran mereka berdua. Jyin yang melihat pertengkaran mereka yang pasti tidak ada habisnya memutuskan untuk membiarkan mereka saling bersahutan dan Kembali fokus dengan Sosok yang akan menikah hari ini.
"Jadi, Apa kau gugup?." Tanya Jyin.
"Siapa yang tidak kan gugup di hari pernikahan nya. ya, meskipun aku terpaksa melakuka ini." Sahut Rachel terus terang. Ia lalu Kembali melihat satu persatu dari mereka. Lalu keduaMatanya bergenti di depan Sandra.
"Apa Rafa datang?." Tanya rachel serius.
Sandra menggeleng. "DIa memutuskan untuk tidak datang. Karena itu akan membuat hatinya terluka. Hmm, tapi kenapa kau mencemaskan hal ini. kau tidak perlu merasa bersalah padanya."
"Memangnya apa yang terjadi? Mengapa kau mencari Rafa." Tanya Jeka bingung.
"Karena jika rafa datang. Aku tidak tahu apa yang aka nada di pikir Vante. Dan tentu saja Rafa. Pria itu akan sangat terluka melihat orang yang di cintainya menikah di depannya."sahut JYin.
"hah" Jimin masih tidak mengerti.
"Hah,hah. Diamlah, kau akan mengerti 1 jam lagi." Kesal Monica.
Mereka semua tertawa terkecuali Rachgel. Jujur saja saat ini ia sangat Gelisah karena pernikahannya akan segera di mulai. Dan di sisi lain, rachel juga merasa perih. Hatinya sakit, Impiannya menikah dengan sosok laki-laki yang ia cintai akan sirna dalam waktu 1 jam lagi.
-
-
-
-
Gereja pukul 9:26
Aku masih tidak percaya, Bahwa aku akan menikah hari Ini. Saat ini aku berdiri di depan pintu, aku yakin jika di balik pintu ini ada banyak orang yang menunggu kehadiaranku. Terutama Vante, calon suamiku. Aku menarik nafas Beberapa kali untuk menormalkan detak jantungku yang saat ini berpacu sangat cepat. Rasanya bertambah aneh saat mendengar MC menyebutkan namaku dan Pintu di depanku mulai terbuka secara perlahan. Sorot lampu yang mengarah padaku membuat jantungku semakin tak karuan.
Musik mulai terdengar, Instrument Piano spring day di mainkan membuat hariku semakin bergetar. Rasa nya aku masih tidak menyangka akan menikah hari ini. di depanku, aku melihat sosok pria yang tengah berdiri menungguku. Pria yang menggunakan jas hitam dan rambut yang rapi membuatku sedikit bergetar saat mata kami bertemu. Aku berjalan ke depan menghampiri Vante. Aku bisa merasakan ada sedikit perbedaan saat aku melihat Vante. Ada ketulusan dari matanya. Sampai saat nya aku sudah berdiri di depan Vante, aku menatap wajah tampan nya. benar-benar tampan.
"Rachel…" Vante memberikan lengan nya untuk ku gandeng. Dan saat itu aku merasa ada sesuatu yang aneh.
Aneh
Saat aku melihat ekspresi wajah nya yang terlihat seperti tidak ada masalah,pernikahan kami adalah perjodohan. Aku masih ingat saat Vante mengatakan padanya jika ia terpaksa menikahinya dan tidak menyukainya. Dan sekarang ini aku tidak melihat ekspresi itu, Vante terlihat santai dan tidak ada beban.
"Apa kamu siap?." Tanya Vante lagi. Dan saat itu aku tersadar dari lamunanku. Aku menatap Wajah pria yang berada di sampingku. Ia tersenyum tipis, itu semakin membuatku bingung. Lalu kami berdua berjalan Bersama menuju pamanku yang tengah berdiri menatap ku sambil tersenyum haru. Aku merasakan sesuatu yang berbeda. Sungguh, aku pikir pernikahan kami akan sedikit berbeda dengan pernikahan pada umumnya. Jika pada umum nya kedua mempelai saling mencintai, lain hal nya dengan aku dan vante. Kami menikah hanya karena perjodohan. Mengapa sekarang aku merasakan sesuatu yang sangat sulit ku pahami?. Pernikahan yang sakral dan serius. Seperti pernikahan karena cinta.
Aku yang sedari tadi memperhatikan Pamanku. Seketika lamunan ku buyar mendengar suara jimin. "Terima kasih sudah datang ke acara pernikahan sahabat kami. Dan Untuk itu, kami sebagai sahabat kedua mempelai, akan memandu acara Bahagia ini."
"Benar, rasanya aku tidak menyangka jika Pria itu akan menikah." sahut Jeka yang berdiri di samping jimin.
"Aku pikir Jyin hyung yang akan menikah dulu, rupanya takdir berkata lain." Sahut Jimin lagi membuat JYin yang sedang minum hampir tersedak. "Pria sialan." Gumam nya.
"Kasihan Jyin hyung," sahut jeka lagi dengan mimik wajah ingin menangis. Tentu saja di buat-buat.
"Apa mereka berdiri disana hanya untuk mempermalukan ku saja!, apa mereka gila." Joon yang tepat berada di samping Jyin hanya tertawa. ia sangat mengenal betul jika kedua adik nya itu suka sekali membuat Jyin kesal.
"Yak! Kalian berdua, bisa teruskan pekerjaan kalian?." Teriak joon yang ikut an kesal.
Para tamu undangan tertawa melihat mereka berdua di marahi. Aku tertawapelan berkat tingkah mereka semua. Rasa gugupku seketika berkurang karena itu. Vante menatapku yang tertawa. "Sudah mendingan?" Tanya Vante membuat ku sedikit terkejut.
"Hah." Jawabku bingung.
"Tidak gugup lagi kan. " Tanyanya lagi, sontak aku mengangguk kan kepala.
"Baiklah… Silahkan kedua mempelai saling berhadapan satu sama lain." Ucap jimin membuat kami berdua saling berhadapan. Sata ini jantung ku Kembali berdetak sangat cepat. Aku melihat wajah Vante yang menatapku serius.
"tenanglah…" Gumam Vante pelan. Meskipun pelan, aku bisa mendengar suara vante yang terdengar berat itu mencoba menenangkan nya. Untuk mengalihkan kegugupanku, aku melihat kedua sahabatnya yang saat ini tepat berdiri tidak jauh dari panggung. Aku bisa melihat mereka mencoba menenangkan ku.
Suasana seketika menjadi sakral dan serius, Hening dan suara music tiba-tiba di matikan untuk membuat Suasana semakin serius. "Tenanglah, jangan gugup." Bisik jimin yang mengerti keadaanku.
Seketika suasana Kembali berubah saat Pamanku mulai membacakan pemberkatan, aku seektika merinding saat mendengar paman mulai mengatakan banyak hal. Dan yang paling membuatku tegang adalah saat Mata vante menatapnya tajam. Memperhatikan nya tanpa berkedip sedikitpun. Wajahnya datar, dan tidak merasa gugup saat pemberkatan berlangsung. Sampai Saat vante mulai membuka suaranya seketika membuatku merinding.
"Saya bersedia." Sahut Vante sambil menatapku datar.
"Bagaimana dengan saudari, rachel. Apakah anda bersedia menjadikan nya sebagai suami kamu?"
"A-aku bersedia."
Seketika para tamu berdiri dan memberikan tepuk tangan, aku melihat wajah pria yang berada di depanku sekilas dan aneh nya aku melihat sudut bibirnya terangkat sekilas.
Ah, mungkin hanya bayangaku saja.
"Kalian sudah sah menjadi pasangan suami isteri mulai sekarang, Kalian sudah bisa berciuman." Ucap paman membuatku membulatkan mata terkejut. Aku sontak menutup mulutku memakai kedua tanganku. Aku bisa melihat wajah Vante yang masih terlihat datar itu berjalan menghampiriku.
"Tidak, tidak" Gumam ku sambil menggeleng-gelengkan kepala berusaha untuk membuat pria yang baru saja menjadi suaminya itu untuk tidak melakukannya.
"Jangan takut!." Teriak Monica membuat mereka semua sontak melihat Monica yang baru saja mengataka hal yang sedikit ambigu. Pada saat itu, Vante mengambil kesempatan dan menarik tubuh rachel dan membuat tubuh mereka berdua menempel.
"Sudah ku katakan, jika hal ini akan terjadi. Kau tidak akan bisa menghindar." Saat rachel ingin menyahut. Betapa terkejutnya ia saat tiba-tiba benda kenyal mendarat di bibirnya. Aku membulatkan mataku terkejut saat bibirnya mulai bergerak.
Vante tersenyum kecil menatap wajah rachel yang terkejut. "Kena kau." batinnya.