Rachel baru saja sampai di kelas, dan langsung menghampiri dua sahabatnya yang tengah duduk di kursi paling belakang sambil berbagi tontonan yang sepertinya terlihat serius. Saking seriusnya menonton, Monica dan Sandra sampai tidak menyadari Rachel sudah meletakan tas di bangku depan mereka.
"Kalian menonton apa?' Tanya Rachel memanjangkan lehernya, hendak mengintip. Detik itu juga Monica dan Sandra langsung terkejut , buru-buru Sandra menurunkan ponselnya di laci meja. Kepanikan mereka melebihi saat dosen memanggil mereka untuk mengisi jawaban di papan tulis. Ini membuat Rachel curiga.
"Rachel, sejak kapan kau datang?!" Sandra mengusap keringat di kening nya.
Melihat kedua wajah sahabatnya tengang, justru membuat ku semakin curiga kening nya mengkerut. "Kalian belum menjawab pertanyaan ku, katakan. Apa yang kalian tonton." Tanya ku semakin menyipitkan mataku.
"A-anu, kami tadi menonton video ular saja, benar kan, Monic." Jawab Sandra sambil menyenggol monica.
"iy-iya, benar. Tadi kami baru saja melihat ular, bahkan gajah, belalainya sangat Panjang."
"Ular, Ya?" Tanya Ku dengan mata yang meinteminasi. Aku mengambil ponsel Sandra dengan kecepatan kilat dan membuka apa yang mereka berdua tonton. Berapa terkejut nya aku melihat gambar yang menjijikan.
"Rachel!."
"Ais, kalian pikir aku akan percaya." Rachel menatap kedua sahabat nya bergantian. Sedangkan mereka berdua hanya menunduk sambil menggaruk kepala nya tidak gatal. Rasa nya malu di pergoki sahabatnya sendiri.
"Kenapa kalian tidak mengajak ku,"
Mereka beruda menatap Rachel terkejut. "Kami kira kau adalah gadis suci yang tidak pernah melihat hal-hal seperti itu."
"Aku gadis dewasa, tentu saja aku ingin melihat dan mendapatkan pelajaran," Bisik rachel membuat kedua sahabat nya itu tertawa. mereka pikir Rachel adalah gadis desa polos yang tidak akan mengerti hal-hal seperti itu, ternyata pengertian mereka salah mengenai Rachel selama ini.
"Tidak ku sangka, haha,"
"Apa yang kalian lakukan?". Rafa tiba-tiba datang dan sekarang berdiri tepat di belakjang Rachel, kedua mata nya tertuju pada ponsel yang di pegang Rachel, rafa melotot saat melihat apa yang sekarang mereka bertiga tonton.
"Oh, kalian menonton apa?" Tanya nya dengan mata tajam, ia menatap mereka bertiga secara bergantian, khusus nya sang adik. Sandra hanya diam tidak berkutik. "Aku sudah ketahuan." Gumam nya dengan nada memalas.
-
-
-
-
Aku mengalami kesulitan setelah Vera meninggalkan ku di hari-hari pernikahan, Perasaan ku, dan sikap ku pada orang lain berubah tujuh puluh persen dan lebih menghindari orang-orang baru yang aku temui.
Bersikap biasa-biasa saja dan seolah tidak terjadi apapun adalah hal yang menyakitkan yang harus ku lakukan saat di mana Vera sudah meninggalkan ku, semua dunia ku hancur seketika. Berbeda dengan sekarang yang terlihat jauh lebih kuat karena tuntutan keluarga dan pekerjaan ku.
"Pernikahan akan di selanggerakan dalam beebrapa hari lagi, ayah mau kamu menerima semua keputusan keluarga meskipun kau tidak mencintai, Rachel."
Vante menarik nafas kesal. "Aku akan melakukan apapun, menikah? Akan ku lakukan untuk kalian, tapi jangan memaksaku untuk mencintai Wanita itu dan jangan salahkan aku jika aku tidak bersikap tidak baik pada nya." Jawab Vante datar. Ia memasukan kedua tangan nya ke saku celana nya dan berjalan menuju sang Nenek yang tengah duduk menatap nya kesal.
"Aku tahu nenek kesal, tapi nenek juga tidak bisa memaksaku untuk mencintai nyaa, Cinta tidak bisa ada begitu saja, Dan dalam keadaan ku seperti sekarang." Vante memegang telapak tangan Nenek nya.
"Aku juga sudah mengajukan persyaratan dengan, Ibu. Dan ibu setuju semua itu.."
Wanita paruh baya itu menghela nafas, ia tahu apa tyang di katakan Vante adalah persyaratan yang sudah di katakanCelina pada nya. mengenai Vante yang akan setuju menikah jika persyaratan nya di setujui.
"Baiklah, Asalkan kamu menikah dengan nya." ucap nya.
"Yang kamu katakan jika cinta itu tidak bisa datang begitu saja adalah benar, maka dari itu, akan ku buat cinta itu datang secepatnya agar kau bisa mencintainya, dan.. akan ku buat cinta lama itu ku gantikan dengan cinta baru yang lebih baik." Batin Nenek.
Vante mulai meninggalkan mansion dalam keadaan marah, ia sangat marah dengan rencana pernikahan ini. ia tidak bisa Bahagia, akan menikah dan bukan lah kekasih nya yang akan menjadi isterinya kelak.
Ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan perkarangan rumah dengan amarah, Jika ia bisa mengendalikan amarah nya di depan keluarga nya. tidak jika ia sendiri, ia akan melampiaskan amarah nya dengan menelusuri jalan tol dengan kecepatan mobil yang tinggi.
"Kenapa, kenapa kamu tidak datang, Vera--- Aku Sudah muak dengan semua ini!."
-
-
-
Hari ini, hari dimana aku akan bertemu dengan Vante untuk pertama kali nya setelah aku percaya jika dia adalah Calon suami. Ya, meski aku tidak menerima perjodohan ini dari dalam lubuk hatiku karena aku tidak ingin menikah dengan pria yang tidak mencintaiku.
Aku yang di suruh nenek untuk pergi berkencan dengan Vante untuk mengenal lebih jauh tentang dirinya, aku yang sudah bersusah payah untuk tidak ingin menerima ajakan daari keluarga vante. Dan tentu nya dari Nenek dan paman ku.
"Kau harus membuat Vante suka sama kamu, ingat. Semua ini demi kebahagiaan orang tua kamu." Ucap Nenek Na sambil menyisir rambut rachel pelan.
Aku menatap nenek Tajam ."Mudah sekalia nenek mengatakan hal itu, apa nenek pikir membuat nya mencintaiku semudah mencabut bulu ayam? Bulu ayam aja Susah untuk di cabut, dan aku harus membuat vante menyukaiku?"
"apa kau tahu? Apa yang kau katakan ini tidak nyambung sama sekali." Sahut paman sambil tertawa.
"Pelajaran yang aku ambil dari kata-kata ku barusan adalah, tidak mudah untuk aku membuatnya menyukaiku, aku saja tidak menyukainya karena dia merendahkan kue-kue ku."
Aku masih mengingat jelas saat pertama kali pertemuan ku dengan Vante, dia pria yang menghina ku dan kue ku saat di taman beberapa waktu lalu.Itu masih menyakiti hatiku sehingga membuat ku tidak menyukai nya karena kesombongan nya.
"biarkan saja dia merendahkan mu, buat saja dia mencintimu, nenek---
"Ayolah, Nek. Jika dengan cara nenek itu seperti nya aku yang akan tidak menyukainya—ajaran nenek tidak bagus untuk di tiru, karena berbahaya." Jawab ku memotong ucapan nenek.
"jika seperti itu pergilah, lakukan sesukamu pada nya, dia sudah datang." Jawab paman yang melihatVante sudah berdiri di depan gerbang. Aku melotot dna langsung berdiri mengeluarkan kepala ku ke jendela untuk melihat pria itu.
"Kenapa dia datang sih, aku pikir dia akan membatalkan semua ini." kesal ku. tanpa sengaja mata kami bertemu dan aku Kembali masuk karena kesal.
"Pergilah, awas jika kamu tidak bersikap anggun, jangan perlihatkan jati dirimu sebenarnya."
"Apan nenek pikir aku akan menuruti ucapan, nenek? tidak,"