Chereads / PROTAGONIS / Chapter 4 - Bab 4. Keluarga Karaka

Chapter 4 - Bab 4. Keluarga Karaka

" Ibu, Bagaimana kabarmu?."  Alvin Karaka segera menjabat tangan wanita tua yang sedang duduk di kursi utama ruang tamu sebuah villa mewah.

" Baik. Duduklah." Kata wanita itu tenang.

Ini Villa keluarga Karaka yang dipugar oleh Aron Karaka dimasa mudanya.

Aron Karaka si bungsu yang berhasil mengangkat bisnis keluarga Karaka dari jurang kebangkrutan saat masa peralihan orde baru ke reformasi, karena itulah, dia diangkat sebagai kepala keluarga sekaligus Ceo di Grup Karaka selebes.

Pada saat itu, kerja keras Aron dalam menyelamatkan bisnis keluarga semata-mata untuk mendapatkan restu orang tuanya dalam menikahi gadis pilihannya, Liana.

Dalam tradisi keluarga Karaka, setiap pewaris harus terikat perjodohan yang diatur kepala keluarga. Sedang Aron saat itu menolak perjodohan karena sudah kadung jatuh hati pada gadis dari keluarga biasa. Dia sempat dikeluarkan dari pewaris dan hanya diberi ruko dua tingkat  sebagai tempat tinggal. Pernikahannya pun dilakukan sederhana yang hanya dihadiri keluarga dekatnya saja. Aron dan Liana yang baru lulus kuliah saat itu bahu membahu memulai bisnis walaupun beberapa kali gagal. Sampai perhiasannya Liana nyaris ludes terjual untuk modal, untungnya, usaha jual beli hasil bumi berjalan lancar. Aron dan Liana terjun langsung ke kebun-kebun dan sawah petani saat panen untuk mencari produk yang berkualitas dengan harga yang ditawarkan memuaskan. Lambat laun, banyak petani yang menjadi mitranya sampai berhasil mengeskpor ke beberapa negara tetangga.

Kala usaha Aron perlahan meningkat, bisnis Grup Karaka Selebes menurun karena pengelolaan cabang yang amburadul sehingga perusahaan induk harus menyuntikkan dana untuk menyelamatkan dari kebangkrutan. Namun, saudara Aron lainnya tidak mewarisi kepiawaian ayah mereka dalam berbisnis.

Di akhir orde baru, grup mengalami guncangan berat sedang ayah Aron makin menua dan kakak Aron tidak ada yang becus.

Mengetahui perkembangan bisnis anaknya yang stabil, ayah Aron meminta Aron mengelolah Grup Karaka Selebes dengan kesepakatan  Aron kembali ke keluarga besar dan istrinya di akui sebagai menantu.

Bukan hanya menstabilkan grup Karaka, Aron juga berhasil meningkatkan bisnis keluarga itu. Ayah Aron langsung menunjuk Aron sebagai CEO dan kepala keluarga.

Aron memiliki tiga anak, anak pertamanya Alvin Karaka menjadi CEO grup Karaka menggantikan Aron. Anak kedua, Arga Karaka tidak tertarik dengan bisnis, dia lebih memilih berkarir di militer dan anak bungsu, Arin Karaka tinggal di Singapura bersama suaminya.

Alvin Karaka di jodohkan dengan anak sahabat ayahnya yang merupakan keluarga pengusaha, Ratri. hanya saja, di tahun kedua pernikahannya, Alvin diketahui memiliki wanita lain di luar, meskipun pernikahan Alvin dan Ratri bertahan selama 5 tahun, tiga tahun nyaris di habiskan Ratri di Amerika. Saat itu, Ratri dikabarkan mengadopsi seorang anak laki-laki yang sangat disayangi oleh nenek Liana dan kakek Aron.

Setelah perceraian, kakek Aron dan nenek Alvin tidak mengijinkan Alvin membawa istri dan anaknya kembali ke keluarga besar. Kakek Aron menjunjung tinggi kesetiaan dan romantika pasangannya. Itu juga ditularkan pada Arga dan Arin, karena itu, kedua saudaranya tidak ada yang membela Alvin. Kakek Aron bahkan menulis hal itu dalam wasiatnya, anak-anak Alvin dari selingkuhannya hanya akan menjadi anak-anak diluar keluarga besar Karaka.

Namun hari ini, nenek Liana memanggil Alvin ke rumah utama untuk membicarakan tradisi mengenali pewaris keluarga.

" Nenek, apa kabar?." Aldo dan Arista, anak Alvin dari istri keduanya juga cepat menyapa.

" Kalian juga duduk." Wajah ramah nenek Liana perlahan surut.

Dalam ruangan telah ada Arga dengan anak sulungnya, Amerah yang memilih jalur bisnis properti. Anak keduanya sedang kuliah diluar negeri, anak ketiganya masih SMP.

Ada juga Arin bersama putra tunggalnya, Andrew, CEO muda di perusahaan IT.

" Karena kalian semua disini, mari kita makan siang bersama sebelum mengobrol lagi." Tandas nenek Liana, kemudian beralih pada asistennya.

" Bagaimana dengan Arlen?."

" Maaf nyonya besar, tuan muda Arlen belum kembali dari perjalanan bisnis." Asisten Ren menjawab cepat.

" Ciihhh....apa yang membuatnya begitu sibuk? Dia hanya kepala cabang." Cemooh Aldo yang saat ini menduduki jabatan manager di kantor utama.

Andrew yang dekat dengan Arlen mengerutkan kening." Nenek, kakak Arlen tipe pekerja keras, tidak perlu mengganggunya."

" Ah...tuan muda Aldo mungkin tidak tahu kalau kakak Arlen bukan hanya pimpinan cabang perusahaan ekspor impor grup Karaka tetapi juga CEO perusahaan kontruksi." Pria muda lainnya muncul.

" Jhon kamu disini." Sambut nenek Liana senang. Ini cucu dari satu-satunya kakak perempuan Kakek Aron yang selalu mendukung hubungan mereka bahkan saat mereka harus ditinggalkan keluarga besar Karaka saat itu.

Aldo hanya mengangkat alis dan tidak menjawab John.

Selain mendapat kode dari ayahnya, tuan Alvin untuk diam, John juga dikenal sebagai crazy rich Indonesia yang sukses mengembangkan perusahaannya sendiri yang tentu saja tidak sebanding dengan dirinya.

" Ayo kita ke ruang makan." Nenek Liana memimpin mereka ke ruang dalam.

" Sebentar lagi ulang tahunku, acara ini juga aku gunakan untuk mengenali pewaris sesuai tradisi keluarga." Kata nenek Liana.

" Bukankah ini untuk keturunan asli keluarga Karaka, kan?." Tanya Arista.

" Keluarga asli?." Amerah memprotes. " Apa di keluarga Karaka ada anggota keluarga yang palsu?."

" Tepat kakak Amerah bertanya, bukankah Arlen hanya anak angkat? Bukankah itu sama saja palsu?."

" Kalau Arlen palsu? Bagaimana denganmu? Kamu juga tidak sepenuhnya dalam pengakuan keluarga." Andrew mendengus."

" Kamu...!!." Wajah Arista memerah.

" Kalian semua diam!." Hardik Alvin, dia agak tersinggung dengan ucapan Andrew.

" Arin, kamu harusnya mendidik anakmu dengan benar." Tambahnya lagi.

" He..he.." Arin tertawa sinis." Anakku tidak sopan? Apa mulut putrimu bersih? Kalau Arlen hanya adopsi, dia diadopsi istri sah dan di akui kepala keluarga? Posisi siapa yang lebih baik."

" Kenapa kalian berdebat?." Aura tegas Arga mengheningkan suasana.

" Dalam hak waris sudah ada aturan yang telah ditinggalkan leluhur. Kakek juga memiliki anak angkat disisinya yang banyak membantu dia dalam bisnis. Ayah juga mengakui kalau dia banyak belajar dari paman angkatnya." Wajah Arga tetap dingin.

" Dimalam itu, nanti juga akan diberi penjelasan agar kalian yang muda mengerti aturan keluarga." Nenek Liana menengahi." Tidak ada keluarga palsu dan asli bagi keluarga Karaka." Tekan nenek Liana yang membuat Arista menutup rapat mulutnya.

" Ibu, kalau sudah tidak ada, aku kembali lebih dulu." Tuan Arga berdiri menghampiri ibunya, walaupun dia terlihat galak, dia sangat lembut pada ibunya.

" Setelah mendapat jabatan baru, kamu harus lebih telaten dan amanah. Maaf, ibu mengganggu waktumu." Nenek Liana tertawa pelan.

Tuan Arga menepuk lembut tangan ibunya." Arga yang justru minta maaf karena tidak punya banyak waktu merawat ibu."

" Sejak kami ijin masuk tentara, ibu sudah siap seperti ini. Lagipula, istri dan anakmu sering datang menemaniku. Setidaknya, ibu bersyukur kamu menemukan istri yang pengertian."

" Dia lagi menemani Amey ikut kegiatan siswa."

" Iya, Amey sedang ikut lomba kreatifitas siswa." Amerah menambahkan." Dari kemarin ibu sudah sibuk nyiapin ini itu buat dia."

" Adikmu itu sangat aktif."

" Nek, aku juga harus pergi dulu, kalau ada waktu senggang, aku akan mengunjungimu."

Nenek Liana mengangguk melepas mereka.

" Nenek, Aku juga harus pergi." Andrew datang merangkul bahu nenek Liana. " Masih banyak pekerjaan yang menungguku."

" Kamu anak bau." Nenek Liana terkekeh.

" Jangan katakan itu, nanti tidak ada gadis yang menyukaiku."

" Ayo....bawa gadismu menemuimu."

" Kalau aku sudah menemukan yang secantikmu, aku akan membawanya."

" Dasar perayu." Nenek Liana mencibir.

" Nek, Andrew belum punya pacar untuk menemanimu. Ibuku akan menemanimu hari ini."

Nenek Liana melihat kearah Arin.

" Rin, kamu tidak ikut pulang?."

" Bu, mumpung Arin di Indonesia, jadi Arin nemeni ibu aja. Capek juga keluyuran diluar nggak jelas."

" Bu, kami sepertinya tidak bisa tinggal." Tuan Alvin menyela cepat.

" Masih banyak kerjaan di kantor." Aldo menambahkan dengan bangga

" Arista juga punya kegiatan diluar." Nenek Liana mengangguk cepat.

" Kalian hati-hati."

" Nyonya besar." Asisten Ren menghampiri nenek Liana penuh semangat.

" Tuan muda Arlen sementara kesini."

" Oh...siapkan makanan kesukaannya." Kata nenek Liana cepat.

" Aku juga akan ke dapur." Arin bangkit.

" Karena Arlen datang, aku mau tinggal mengobrol dengannya sebentar." Putus John.

" Kalian sangat dekat waktu masih muda." Kata Nenek Liana.

" Sekarang, kami sama-sama sibuk jadi sudah jarang bertemu."

Tuan Alvin dan anaknya segera terabaikan dengan kedatangan Arlen.

Tanpa basa basi lagi mereka meninggalkan ruangan itu.

Memasuki ruang parkir, mereka malah bertemu orang yang membuat mereka kesal. Arlen yang baru saja keluar dari mobilnya bersama Tellu segera menyapa sopan kearah mereka.

" Ayah selamat siang." Arlen mengangguk halus kearah tuan Alvin yang balas mengangguk samar.

" Siang juga." Dia berjalan cepat ke mobilnya.

" Mendengarmu mengucapkan kata itu membuatku jijik." Aldo berjalan menabrak bahu Arlen.

Tellu yang melihat bossnya di ganggu melangkah maju tapi dihentikan oleh Arlen.

" Sebentar lagi, kamu tidak bisa memanggil Ayah atau nenek lagi. Kamu bukan bagian dari keluarga Karaka."

Arista ikut melemparkan cemoohan.

" Boss..." Tellu masih tidak terima penghinaan duo saudara itu.

" Biarkan mereka berbahagia sedikit lagi." Ucap Arlen acuh tak acuh melihat ketiga mobil itu meluncur pergi.

" Kamu hanya perlu memastikan pertunjukan kita akan berjalan baik." Arlen menepuk pundaknya sebelum memasuki Villa.

****