Chereads / SUAMI BUAH DENDAM / Chapter 16 - Kak Zidan

Chapter 16 - Kak Zidan

"Gak telat?" tanya Prisya saat melihat Marsell yang baru saja datang dan menghentikan motornya tepat di samping Prisya.

Dengan begitu santai, Marsell membuka helm full face-nya yang membuat Prisya menjadi menonton apa yang Marsell lakukan. Seolah perlahan, Prisya begitu menikmati adegan ini dimulai dari melihat rahan bagian bawah wajah Marsell, perlahan menunjukkan hidungnya, sampai akhirnya menunjukkan mata serta alis yang pada akhirnya menunjukkan keseluruhan wajah Marsell yang pagi ini terlihat begitu fresh.

"Kali ini gue punya orang yang menjadi alasan kenapa gue datang pagi," jawab Marsell dengan nada bicara yang santai sambil menatap Prisya dengan tatapan yang begitu intens dan tanpa sebuah aba-aba, Marsell mengukirkan senyumannya yang berhasil menarik senyuman Prisya.

Alis Prisya mengernyit tanda tanya. "Siapa orangnya?" tanya Prisya. Prisya merasa heran siapa orang yang Marsell maksud dalam kalimatnya sampai bisa membuat dirinya berangkat pagi dan tidak sampai membuat dirinya terlambat seperti biasanya.

Senyuman itu kembali muncul di bibir Marsell. Pagi ini Prisya merasa Marsell agak aneh karena dirinya melihat kalau Marsell pagi ini penuh dengan sebuah keceriaan. "Orangnya sekarang tengah tersenyum ke arah gue," jawab Marsell yang masih terlihat begitu asyik tersenyum sambil memandangi Prisya yang mendadak ikutan tersenyum.

Beberapa kali Prisya mengerjap-ngerjap matanya seolah tidak percaya dengan apa yang sudah Marsell ucapkan dan terlebih dirinya tidak mau terbang karena sebuah pemikiran yang salah sampai akhirnya Prisya memilih untuk bertanya, "Siapa orang yang lo maksud? Gue?" Prisya bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

Marsell menganggukkan kepalanya perlahan. "Iya," jawab Marsell dengan begitu santai.

"Kenapa bisa sampai gue?" Prisya merasa heran kenapa dirinya dijadiikan sebuah alasan yang membuat kebiasaan buruk Marsell tidak dia lakukan hari ini.

Dengan santai Marsell melirik ke arah jam yang sekarang tengah melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Setelah gue gak terlambat, apakah lo hari ini mau bolos jam pelajaran pertama?" tanya Marsell.

Prisya sadar kalau kalimat yang baru saja Marsell tanyakan adalah sebuah pertanyaan yang merupakan sebuah sindirian. "Ya udah deh, ayok ke kelas." Prisya akhirnya memilih untuk turun dari motornya dan melangkahkan kakinya bersama-sama dengan Marsell.

*****

"Demi apa gue harus kembali bertemu dengan lo?" Prisya merasa heran karena hari ini kembali dipertemukan dengan Marsell. Sebelumnya Prisya berniat untuk memesan minuman serta makanan, tapi dirinya malah melihat Marsell ada di sini.

Hari ini sepertinya suasana hati Marsell tengah berlangsung dengan indah. "Gak sekalian makannya sama gue?" tanya Marsell. Pertanyaan yang sudah Marsell ajukan sekarang lebih ke arah di mana dirinya memilih untuk mengajak Prisya untuk makan bersama dengannya.

"Bilang aja lo ngajak gue untuk makan bareng?" tanya Prisya yang sudah mengerti dengan maksud dari pertanyaan yang sudah Marsell ajukan. "Ya udah yuk," ajak Prisya dengan nada yang begitu enteng.

Dengan santai mereka berbincang-bincang sampai akhirnya makanan tiba dan fokus mereka menjadi beralih ke makanan mereka. Beberapa saat berlalu mereka fokus pada makanannya, Prisya melirik ke arah Marsell. Memperhatikan wajahnya dengan tatapan yang begitu teliti.

"Diperhatikan terus kenapa? Suka?" tanya Marsell yang membuat Prisya dengan seketika terdiam sambil mengerjap-ngerjap matanya. Pertanyaan Marsell berhasil membuat Prisya terdiam kaget.

"Dih suka? Kagak, gue gak suka sama lo." Dengan seketika Prisya menjawab seperti itu.

"Kalau lo gak suka sama gue, kenapa setiap kali gue ngedeketin lo, lo selalu mau?" tanya Marsell dengan penuh selidik.

Pertanyaan Marsell semakin membuat Prisya terdiam dalam kebingungan. Prisya merasa bingung dengan kalimat yang akan dia gunakan sebagai jawaban dari pertanyaan yang sudah Marsell ajukan, karena memang di saat Marsell mendekatinya, dirinya tidak menolak. Prisya selalu mau saat diajak bersama dengan Marsell.

"Au ah, gelap." Prisya benar-benar bingung harus menjawab pertanyaan Marsell dengan kalimat yang seperti apa.

"Kalau suka itu ungkapkan, dari pada ditahan terus. Gak enak," ujar Marsell. Tatapan Marsell semakin lama semakin berubah.

Ada sesuatu rasa yang aneh sekarang, Prisya bingung apa yang sedang dia rasakan sekarang, kenapa rasa ini mendadak muncul dalam hatinya. Prisya lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah yang lain untuk menutupi perasaan yang sekarang semakin bertambah.

*****

"Kak Zidan?" Prisya menghentikan langkahnya saat sekarang berpapasan dengan Kakak kelasnya yang sebelumnya pernah dekat dengannya, tapi sekarang sudah jauh. Sekarang kali pertama mereka berpapasan lagi.

Senyuman milik Zidan terlihat begitu manis saat ditunjukkan, terlihat sebuah ketulusan di balik senyumannya. "Apa kabar?" tanya Zidan dengan nada yang cukup pelan.

Prisya menganggukkan sambil tersenyum kaku. "Baik Kak, Kakak sendiri gimana?" tanya balik Prisya sambil memperhatikan wajah yang sudah lama tidak dia perhatikan dalam jarak yang sedekat ini.

"Cukup baik, tapi setelah kita tidak sedekat biasanya, ada sesuatu yang sepertinya hilang dalam diri gue." Zidan berucap dengan penuh kejujuran. Memang dirinya merasakan sesuatu yang dirasa hilang setelah dirinya menjadi jauh dengan Prisya.

Hembusan napas Prisya terasa begitu berat dan terkesan dipaksakan. "Duh Kak, jadi ngerasa gak enak. Kenapa Kakak bisa seperti ini? Berjalan aja Kak, gak usah terlalu memikirkan sebuah status." Prisya merasa tidak enak dengan semua ini.

Sebelumnya Zidan pernah mengungkapkan perasaannya pada Prisya, tapi di waktu itu hatinya masih belum bisa menerima kehadiran seseorang dalam hatinya. Prisya masih sering merasa terluka dengan kenyataan hidupnya, ada sebuah trauma yang belum sembuh pada saat Zidan mengungkapkan perasaannya.

"Andai bisa seperti itu, gue juga ingin." Zidan semakin memelankan nada bicaranya. Tatapan Zidan saat sedang menatap Prisya terlihat begitu tulus dan penuh dengan kasih sayang, tatapan yang seperti ini mampu membuat Prisya luluh tanpa diminta.

Prisya bukan tidak suka pada Zidan. Sepertinya orang yang lebih awal suka pada Zidan adalah Prisya, dari awal dirinya bertemu dengan Zidan saat sedang masa orientasi siswa, sosok Zidan sudah berhasil mencuri perhatiannya, tapi sebuah kenyataan membuat dirinya tidak bisa menerima sosok Zidan sebagai pacarnya.

Zidan itu salah satu Most wanted di SMA Medika Kencana, banyak siswi yang begitu mengejar Zidan, tapi tidak untuk Prisya. Prisya lebih memilih untuk mundur saat Prisya tahu kalau Zidan termasuk ke dalam siswa yang mempunyai catatan yang baik.

Di saat banyak most wanted yang termasuk ke dalam badboy seperti Marsell, lain hal dengan Zidan. Zidan bisa menjadi most wanted karena kepintarannya, wajahnya yang tampan dan juga hal positif lainnya yang dia miliki. Zidan itu cukup sempurna, tapi kesempurnaannya yang justru membuat dirinya tidak bisa bersama dengan Prisya.

Prisya itu sadar diri, di mana dirinya tahu kalau dia sering berbuat onar dan juga sering keluar masuk BK, bolos jam pelajaran dan lain halnya yang dia rasa tidak pantas bersama dengan seoarang Zidan yang mempunyai sebuah sisi positif yang begitu besar.

"Kak, coba deh Kakak buka mata sama hati Kakak. Liat di sekeliling Kakak, ada berapa banyak siswi MK yang suka dan juga tergila-gila sama Kakak? Berikan kesempatan untuk mengisi hati Kakak pada mereka Kak. Kakak berhak bersama dengan orang yang baik dan juga pantas bersama dengan Kakak," ucap Prisya.

Prisya itu sudah begitu sayang pada Zidan dan ingin kalau Zidan bersama dengan perempuan yang tepat. Perempuan yang sepadan dengannya, bukan bersama dengan perempuan seperti dirinya. Siswi yang mengejar Zidan bukan hanya dari kalangan yang suka akan tampang Zidan, tapi banyak juga goodgirl yang mengejar Zidan.

"Apakah tidak ada kesempatan untuk gue bersama dengan lo?"