"Cha, Cha, Icha!" teriak Deta saat melihat Prisya yang tengah santai melangkahkan kaki sambil mengdengarkan musik melalui earphone. Prisya sering dipanggil Icha oleh sahabatnya, berbeda dengan orang baru atau teman biasa yang memanggilnya dengan panggilan Risya.
Prisya menghentikan langkah kakinya dan berbalik, meski mereka terbilang sahabatan, mereka memang tak selalu bersama. Lebih tepatnya, Prisya yang lebih ingin menyendiri. "Ada apa?" tanya Prisya dengan nada yang begitu santai.
"Lo udah tahu belum tentang berita yang sekarang tengah heboh di SMA kita?" tanya perempuan berambut sedikit pendek dengan kulit yang agak putih dan mata yang bulat besar.
Dengan begitu santainya Prisya menggelengkan kepalanya. "Gak, dan gak mau tahu juga akan hal itu. Gak penting!" Sama sekali tidak ada sebuah keinginan dalam diri Prisya untuk mengetahui atau mendengarkan mereka yang membahas sebuah berita yang akan lebih tepat jika disebut sebagia sebuah gosip yang tengah beredar di SMA Medika Kencana.
"Tapi ini ada hubungannya sama lo Cha," ucap Lily dengan nada yang begitu polos. Memang Lily mempunyai sifat yang cukup unik, dia juga adalah orang yang peling lucu serta polos di antara mereka berempat, tak lupa juga dia sering menjadi lemot.
Alis Prisya mengernyit bingung, Prisya bingung kenapa hal ini sampai ada hubungan dengan dirinya. "Memangnya apa berita itu? Kenapa jadi ada hubungannya sama gue? Perasaan gue gak buat ulah yang aneh-aneh deh, kenapa sampai heboh seperti ini?" Akhirnya sebuah rasa penasaran timbul dalam diri Prisya sebab sudah mendengar Lily yang mengatakan kalau hal ini ada hubungannya dengan dia.
"Emang bener ya, lo pernah ciuman sama badboy SMA kita?" tanya Deta sambil menatap Prisya dengan tatapan yang begitu serius. Deta merasa percaya dan tidak percaya kalau Prisya sudah berciuman dengan orang yang merupakan badboy SMA Medika Kencana.
"Badboy yang mana dulu nih?" tanya Prisya setelah dia ingin kalau ada begitu banyak cowok yang menyandang status sebagai badboy di SMA ini.
"Badboy sekaligus most wanted SMA kita," jawab Deta.
Prisya menggelengkan kepalanya. "Gue gak tahu," ujar Prisya dengan begitu datar.
Novi menjadi memperhatikan Prisya dengan tatapan yang jauh lebih serius dari tatapan yang sudah Deta berikan tadi. "Marsell Naufan Mahardika, anak kelas kelas XI IPS 3. Cowok ganteng yang punya kepribadian badboy, karena sering bolos dan buat onar. Namun, jadi cowok yang diincar banyak cewek satu sekolah ini sebab wajah dan juga penampilannya." Novi menjelaskan dengan begitu panjang lebar dan juga cukup rinci.
Lily ikut-ikutan menatap Prisya, tapi dengan tatapannya yang polos. "Cowok tinggi yang punya hidung mancung, suka pake celana karena dia cowok. Lo ciuman sama dia kapan? Kenapa kita gak tahu? Kenapa mereka jauh lebih tahu dari pada kita?" tanya Lily sambil ikut menyelidiki apakah Prisya benar orang menjadi perbincangan dari gosip yang tengah beredar ini.
Kenapa hal ini baru menyebar sekarang?
Prisya begitu tanda tanya akan hal ini sebab kejadian di mana Marsell menciumnya sudah lebih dari 1 minggu yang lalu, mungkin sudah sekitar 2 minggu yang lalu. Prisya kesulitan bagaimana menjawab hal ini pada mereka, karena memang Prisya tidak menceritakan hal ini pada mereka.
Awalnya alasan yang membuat dirinya tidak ingin memberi tahu hal ini pada mereka karena dia pikir hal ini tidak akan menyebar, apalagi menjadi gosip yang diperbincangkan oleh banyak siswi di SMA ini. Lagi pula, dirinya merasa malu kalau dirinya harus memberi tahu mereka bahwa dirinya sudah berciuman dengan cowok yang waktu itu tidak dia kenali.
*****
"Heh lo, tunggu!" teriak Prisya saat melihat cowok yang sekarang tengah melangkahkan kaki dengan santai menuju ke arah di mana motornya berada.
Cowok itu menghentikan langkahnya dan berbalik. Melihat Prisya yang sedang berjalan ke arahnya, membuat cowok itu berdiri dengan santai sambil menunggu Prisya sampai di depannya. "Ada apa?" tanya Marsell saat Prisya sudah berada di hadapannya.
"Lo udah tahu hal yang tengah anak-anak bicarakan sekarang tidak?" tanya Prisya sambil memperhatikan wajah Marsell.
Marsell sedikit mengernyit bingung. "Anak-anak mana maksud lo?" Marsell tidak tahu anak-anak yang sudah Prisya maksud dalam kalimatnya itu mengarah ke anak-anak mana, makanya Marsell memilih untuk bertanya terlebih dahulu sebelum memberikan sebuah jawaban.
"SMA kita. Hal yang sedang menjadi perbincangan di SMA kita, lo tahu gak?" tanya Prisya dengan nada yang sudah mulai kesal. Bagaimana tidak kesal karena cowok yang berada di hadapannya sudah membuat dirinya menjadi bahan perbincangan anak-anak satu SMA.
Dengan santai Marsell menggelengkan kepalanya. "Gak tahu, gue gak peduli dengan apa pun yang mereka bicarakan. Gue gak suka gosip dan menurut gue apa pun itu gak penting," jelas Marsell yang memang dirinya tidak mempedulikan apa pun yang berhubungan dengan sebuah gosip.
Mata Prisya membelalak melotot sambil menatap Marsell. "Gak peduli? Gak penting? Enak aja gak peduli, hal itu sudah membuat gue terlibat ke dalamnya. Lo adalah orang yang sudah membuat gue menjadi bahan perbincangan banyak orang. Enak aja bilang gak peduli!" cerocos Prisya.
Mendengar Marsell yang tidak peduli akan hal ini terlebih mengatakan kalau hal ini tidak penting membuat dirinya semakin merasa kesal pada Marsell. Di sini Marsell mengernyit tidak paham, terlebih saat melihat ekspresi Prisya yang terlihat begitu kesal serta marah sekarang.
"Kenapa dengan lo? Kenapa lo mengatakan kalau gue ada orang yang sudah membuat lo jadi perbincangan banyak orang?" tanya Marsell. Di sini Marsell meminta sebuah penjelasan dari Prisya.
"Lo inget gak kejadian waktu itu antara gue dan lo di lapangan?" tanya Prisya. Prisya tidak yakin kalau Marsell tidak mengingat kejadian itu, karena dirinya saja masih mengingat kejadian itu dengan begitu jelas di ingatannya.
Sebuah senyuman mendadak terukir di bibir Marsell. Marsell ingat akan kejadian itu, bahkan sekarang dirinya merasa ingin tertawa akan hal itu. "Iya, gue ingat. Ada apa, lo mau lagi ciuman sama gue?" tanya Marsell dengan nada yang begitu enteng.
Prisya membelalakkan matanya. "Gak! Gue ogah, bahkan kalau gue bisa memutar waktu, gue tidak ingin ciuman dengan cowok badboy kayak lo!" ketus Prisya.
"Terus?" tanya Marsell dengan menggunakan nada yang berubah menjadi datar. Tatapannya juga berubah saat mendengar Prisya yang melibatkan kata 'badboy' ke dalam kalimatnya. Seolah ada sebuah hal yang tidak Marsell sukai dalam hal ini.
"Asal lo tahu, sekarang banyak orang yang tengah membicarakan kita. Gosip yang tengah beredar sekarang adalah gosip di mana lo mencium gue saat di lapangan dan dengan begitu enteng lo mengatakan kalau lo gak peduli?!" Nada bicara Prisya naik.
Marsell melangkahkan kakinya beberapa langkah mendekat ke arah Prisya. "Terus mau lo apa? Mau ciuman lagi sama gue?" tanya Marsell dengan nada bicara yang terdengar cukup serius. Cara Marsell memandang Prisya sekarang juga tidak terlihat seperti orang yang tengah main-main.