Pandangan Prisya begitu kosong, padahal sekarang ada orang yang sedang menemaninya. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, karena dia merasa begitu bingungan dengan semuanya.
Hatinya terasa begitu sakit, karena dia sama sekali tidak pernah berpikir jika pada akhirnya dia akan seperti ini. Semula dia sedang ingin melampiaskan perasaan marah dan benci yang ada dalam dirinya.
Pikirannya sekarang menjadi begitu kacau, karena dia tidak bisa membayangkan kalau sampai hal itu terjadi pada dirinya, terlebih sekarang saja dia begitu tidak bisa menerima dengan apa yang sudah terjadi.
Marsell masih mengelus-ngelus pundak Prisya, agar dia tidak terlalu terlarut dalam kesedihannya, tapi hal itu sama sekali tidak berguna, bahkan pikiran Prisya sekarang hanya tertuju pada hal tersebut.
*****
Waktu berlalu dengan sendirinya sampai Marsell melangkahkan kaki kembali ke kamar Prisya setelah baru saja dia keluar sebab ada orang yang membunyikan bel Apartemennya.