Sebagai ujung tombak serangan setiap tim, striker diharapkan untuk menangkap setiap kesempatan dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut striker harus memiliki kemampuan menembak yang mumpuni. Dalam sebuah pertandingan, rata-rata kesempatan menembak langsung ke gawang lawan dapat dihitung dengan jari. Karena hal itu setiap striker harus mampu memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya.
Untuk menjadi striker yang baik, ada tiga hal dasar yang harus dipenuhi. Kemampuan menerima bola, kemampuan menahan bola, dan kemampuan menendang bola.
Tak setiap umpan yang diberikan rekan setim akan sangat nyaman dan bagus, dalam keadaan yang singkat, ada kemungkinan umpan yang diberikan gelandang sangat buruk sehingga striker harus bisa menerima bola tersebut dengan kemampuannya. Dalam ruang yang sempit di kotak penalti, jika seorang striker gagal menerima bola dengan baik, ada kemungkinan yang tinggi bola akan direbut oleh lawan, yang pada akhirnya akan berujung pada serangan balik.
Menahan bola, sekali lagi, sempitnya kotak penalti mengharuskan striker untuk dapat menahan bola dari aksi pencurian para bek, entah dengan metode fisik ataupun teknik striker harus mampu menahan bola tersebut dengan baik.
Menendang bola, kedengarannya sangat sederhana, tetapi menghadapi pertahanan yang sengit, seorang striker harus mampu menembak dalam keadaan apapun. Karena itu memiliki kaki yang seimbang adalah salah satu keuntungan bagi seorang striker, tanpa harus menyesuaikan bola, striker dengan kaki yang seimbang bisa langsung menendang bola tersebut.
Untuk melatih ketiga aspek tersebut. Kazuki mengatur kondisi dimana dia tengah menghadapi pertahanan sengit dari tim lawan. Kesulitan pertahanan tersebut disesuaikan dengan standar liga utama di eropa.
'Sangat sulit.' Kazuki merasakan betapa sulitnya mendapatkan kesempatan yang baik ketika ia dijaga oleh dua pemain. Dengan tingkat kesulitan tersebut, Kazuki mengalami kegagalan. Untungnya keadaan ini dapat diulang berkali kali dalam [Pelatihan Mimpi]. Kazuki kemudian mulai berlatih dalam situasi tersebut berulang kali.
[Pelatihan Mimpi] mungkin tidak akan membuat fisik tiba-tiba melonjak hanya karena Kazuki sering berlatih disana, tetapi [Pelatihan Mimpi] mampu mengasah memori otot Kazuki sehingga Kazuki dapat merasakan tubuhnya mulai terbiasa untuk menembak dalam keadaan yang sulit.
Tidak hanya di dalam [Pelatihan Mimpi] Kazuki juga meneruskan kedisiplinan berlatihnya di dunia nyata, terlepas dari pelatihan tim yang dilakukan setiap hari, Kazuki menambah porsi pelatihan terutama untuk menendang bola dan menerima bola. Ia meminta bantuan Bennet yang dengan enggan akhirnya membantu Kazuki setelah Kazuki berjanji untuk meneraktirnya makan.
Traves, dapat dengan jelas menyaksikan perkembangan Kazuki dalam tiga hari ini. Mungkin hanya sebuah perubahan kecil tetapi hal itu mampu membuat Traves yakin bahwa anak ini setidaknya akan mampu bertahan di liga utama di eropa. Walaupun begitu kemajuan Kazuki tidak membuatnya optimis dengan kesempatan Kazuki memasuki tim utama Manchester United. Sebagus apapun seseorang di tahap yunior, di tim raksasa seperti Manchester United, mereka hanya bisa menjadi pengganti saja.
Tanpa dirasa akhirnya liga premier akademi kembali dimulai. Pada hari sabtu yang cerah, Manchester United u-18 akan menyambut Leicester u-18. Dalam starting line up yang diumumkan Traves, Kazuki gagal memasukinya, ia hanya bisa menjadi seorang pengganti saja. Tetapi setidaknya ini sebuah kemajuan. Dalam beberapa bulan ke belakang, Kazuki berkali-kali gagal menjadi memasuki daftar pemain utama.
Situasi Manchester United u-18 bisa dikatakan tidak terlalu buruk namun juga tidak terlalu bagus. Squad ini menempati urutan ketiga di tabel Premier Academy League selatan, itu cukup bagus tetapi sebagai akademi yang telah menghasilkan banyak pemain Inggris berkualitas bisa dibilang memalukan bagi Manchester United karena hanya menempati peringkat ketiga.
Jarak antara para pemain muda sering kali lebih jelas daripada pemain biasa dan pemain bintang. Itu karena para pemain berbakat mampu menampilkan bakat mereka dengan penuh tanpa mengkhawatirkan taktik rumit yang dimaksudkan untuk menargetkan mereka.
Karena pada dasarnya liga di tahap yunior seperti ini adalah ajang pertunjukan bagi setiap remaja. Ini lebih tentang menunjukan bakat dan kualitas daripada membentuk pola taktik. Hal ini lebih jelas terjadi di Inggris daripada negara Eropa lainnya.
Walaupun begitu pertandingan Leicester u-18 melawan Manchester United u-18 menyajikan kejutan, terutama bagi Traves. Ia melihat bahwa Leicester bermain secara rapi dan taktis. Dengan pola 4-4-2 pada dasarnya ada dua lapis pertahanan ditambah dengan dua striker yang juga mencoba mencuri bola dari kaki pemain Manchester United. Untuk para pemain muda, tingkat taktis seperti ini jelas dieksekusi dengan baik.
Dibawah pertahanan ketat tim the Fox, Manchester United hanya bisa bermain aman, sampai pada menit ke 10 Bennet akhirnya mampu menerobos garis pertahanan lawan. Manchester United yang bermain dengan formasi 4-2-3-1 langsung melesat menuju kotak penalti Leicester. Bennet memberikan umpan ke samping yang disambut oleh Ethan.
Ethan melewati fullback kiri Leicester City dan memotong ke dalam kotak penalti, ia kemudian memberikan umpan lambung ke tengah kotak penalti, namun Perreira yang lebih unggul memainkan bola kaki agak canggung karena diberi umpan lambung. Akhirnya ia menahan bola tersebut dengan dadanya dan memberikan tendangan voli yang kuat ke arah penjaga gawang. Namun bola itu menghantam tiang dan terlempar ke depan.
Tanpa sengaja bola itu jatuh di kaki para pemain Leicester, serangan balik pun dimulai dengan cepat. Dua striker Leicester City sama-sama memiliki kecepatan yang bagus. Dengan umpan satu dua mereka berhasil menembus garis pertahanan terakhir Manchester United u-18, penjaga gawang Manchester United u-18 berlari tembakan striker Leicester. Tetapi ia gagal, bola menghantam jaring dengan keras.
Kehilangan bola jelas membuat Manchester United u-18 sedikit terkejut tetapi mereka dengan cepat menyesuaikan diri. Pelatih Traves Lennon menepuk tangannya di pinggir sembari berteriak-teriak mencoba menyemangati anak asuhnya. Manchester United u-18 kembali menguasai bola, mereka terus menerus mencoba membongkar pertahanan Leicester City u-18 namun terlepas dari kesempatan yang mereka dapatkan, Manchester United tidak dapat merubah skor sampai akhir babak pertama.
Masalahnya terletak pada Perreira, setelah gagal mencetak goal di awal tadi, Perreira selalu memaksakan diri untuk menerobos garis pertahanan Leicester City sendirian sehingga membuat serangan Manchester United selalu menemui jalan buntu. Keinginan Egois untuk mencetak goal seperti itu tentu saja hal yang lumrah di tim muda seperti ini, tetapi Traves masih sedikit marah, menurutnya Perreira harus menyadari jika ia tidak bisa menerobos pertahanan lawan sendirian maka ia harus bekerja sama dengan teman-temannya.
Oleh karena itu, Traves ingin memberikan sedikit pelajaran pada Perreira. Ia memutuskan untuk mengganti Perreira dengan Kazuki yang baru-baru ini tampil bagus di pelatihan. Traves tidak menempatkan banyak harapan pada Kazuki tetapi ia berpikir Kazuki akan lebih proaktif dalam bekerja sama dengan rekan setimnya daripada Perreira.
Dengan masuknya Kazuki pola permainan Manchester United sedikit berubah dari yang tadinya menyuplai bola pada Perreira menjadi sedikit mirip dengan False Nine, dimana Kazuki lebih seperti umpan untuk menciptakan celah pada garis pertahanan Leicester agar pemain sayap, terutama Ethan mampu masuk ke kotak penalti lawan dan mendapatkan ruang tembak.