Chereads / The Baby : Alda Arrani / Chapter 4 - 4. Pembawa Sial

Chapter 4 - 4. Pembawa Sial

Bungkam dan diam, hanya itu yang saat ini bisa Alda lakukan. Ia tak tahu harus berbuat apa selain menunggu informasi yang jauh lebih jelas. Ia juga tak tahu mau bagaimana di saat kabar ini menyebar begitu saja sampai satu Indonesia agaknya sudah mengetahui semuanya. Sedari tadi yang dilakukan oleh wanita yang tengah berbadan dua itu hanya duduk dan hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia berdoa kepada Sang Pencipta semoga saja suaminya baik-baik saja. Semoga saja semua penumpang dan kru di dalam penerbangan Indonesian Airlines baik-baik saja dan ditemukan lengkap tanpa kekurangan satu apa pun juga.

Jujur saja, ini yang paling Alda takuti sedari tadi. Ini yang selalu Alda khawatirkan sedari mimpi tersebut muncul dan mengganggu tidurnya. Siapa pun tolong bantu Alda saat ini juga, katakan kepadanya jika ini semua hanyalah sebuah rekayasa saja. Ini semua tidak nyata, kan? Desvin pastinya akan baik-baik saja nantinya, kan? Alda tidak mau jika suaminya kenapa-kenapa. Alda tidak mau jika hidupnya dipenuhi dengan penderitaan lagi.

Setetes air mata lagi-lagi terjatuh dari mata seorang wanita yang duduk tak berdaya di atas sofa. Matanya memandang satu arah namun pikirannya tak ada di pandangannya tersebut, pikirannya justru melayang jauh ke banyak hal lainnya. Tubuhnya bergetar hebat, takut akan kemungkinan terjadi yang akan muncul.

Ya, Alda tahu jika di saat seperti ini seharusnya ia hanya perlu berdoa saja dan tidak perlu memikirkan banyak hal, namun ia tidak bisa melakukan tersebut. Pikiran buruk justru terus-menerus berdatangan di pikirannya saat ini. Pikiran buruk justru terus menghantuinya saat ini.

PLAK!!!

"Sejak awal saya memang enggak pernah setuju kalau sampai Desvin bersama dengan kamu! Saya enggak pernah mau anak saya menikahi wanita yang bukan berasal dari keluarga berada karena saya tahu kalau kamu cuman bisa buat malapetaka bagi keluarga ini. Sekarang semuanya terbukti! Kekhawatiran saya selama ini sekarang menjadi nyata! Itu semua karena kamu, Alda! Itu semua karena kamu dan bayi kamu itu pembawa sial! Kalian pengaruh buruk bagi keluarga ini! Kalian sudah membuat keluarga ini menderita!" Najma berteriak dengan penuh emosi, tubuhnya sampai meronta-ronta di pelukan suaminya yang berusaha menenangkan dirinya. Air matanya pecah sempurna dengan bibir yang sudah pucat pasi.

Saat ini yang dilakukan oleh Alda bukan membalas apa yang ibu mertuanya katakan. Ia justru berusaha menghibur dirinya sendiri supaya lebih kuat dan berpikiran positif. Everything wanna be okay, Desvin sudah berjanji untuk kembali ke sini. Desvin sudah berjanji akan selalu bersama dengan Alda, jadi Alda tak perlu khawatir lagi.

"Udah, Mah. Udah! Dengan kamu marah-marah enggak jelas kayak gini pun enggak bisa mengubah apa pun juga. Sekarang lebih baik kita tunggu informasi dari tim investigasi, semoga aja pesawat enggak jatuh, semoga aja pesawatnya selamat dan aman. Semoga Desvin bisa kembali ke kita dengan keadaan baik-baik aja," sahut Bramastya dengan tubuh yang setia memeluk istrinya dengan tujuan menenangkan. Ia tak mau jika istrinya itu sampai melukai sang menantu yang saat ini sedang hamil besar. Ia tahu jika sang menantu pun tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Ia pasti merasakan sakit dan juga kehilangan yang luar biasa.

"Enggak, Pah! ini semua enggak bisa dibiarin!" berontak Najma dengan tatapan penuh tajam ke Alda. Tangannya bahkan sampai menunjuk Alda berkali-kali dengan sangat tegas. Embusan napasnya yang terdengar terengah-engah tentu saja terjadi akibat emosinya sudah berada di puncak saat ini. "Tadi pagi kamu bilang kalau prasangka kamu buruk. Kamu bilang kalau ada sesuatu yang bikin kamu enggak tenang. Kenapa harus kamu sampaikan? Kenapa enggak kamu simpan aja sendirian? Ucapan itu doa, Alda! Karena doa kamu yang mengatakan akan terjadi hal buruk, hal seperti ini terjadi. Anak saya menjadi korban atas doa kamu yang tidak bermutu itu! Kamu yang harus tanggung jawab atas apa yang terjadi dengan anak saya! Kamu yang buat anak saya jadi seperti ini! Saya enggak akan pernah mau maafin kamu!"

Harus merespon bagaimana lagi Alda terhadap semua perkataan yang sudah ibu mertuanya keluarkan? Harus membalas apalagi Alda terhadap apa yang baru saja diperlakukan ibu mertua terhadapnya? Alda hanya bisa menerima semuanya dengan baik, bukan? Alda hanya bisa diam dan bungkam saja.

"Ini semua udah takdir, Mah. Mau Alda bilang ataupun enggak ini semua emang harus terjadi karena udah jalannya. Alda udah kasih tau ke Mas Desvin kalau Alda enggak mau dia pergi, tapi Mas Desvin enggak dengerin apa yang Alda omongin. Justru mamah yang kasih izin Mas Desvin pergi, kan? Sekarang kenapa mamah malah salahin Alda? Alda salah apa? Bukan Alda yang membuat kecelakaan ini semua terjadi, Mah. Daripada kita ribut, lebih baik kita berdoa semoga semuanya baik-baik aja. Lebih baik kita berdoa sama Allah supaya Mas Desvin bisa kemnali dengan selamat tanpa kekurangan satu apa pun," lirih Alda yang akhirnya membalas semua perkataan Najma.

Memangnya di sini Alda bersalah? Memangnya di sini Alda yang membuat Desvin celaka? Tidak! Bukan Alda penyebabnya, justru Alda lah yang sudah memperingati Desvin tetapi pria tersebut tak mau mendengarkannya. Desvin terlalu batu sampai akhirnya semua kekhawatiran yang Alda lakukan benar-benar terjadi juga.

"Sudah-sudah! Kalian jangan ribut kayak gini, dong! Jangan saling salah-salahan. Ini semua udah enggak bisa diulangi kalau kita ribut kayak gini terus. Mending kalian berdua nunggu kabar selanjutnya bakalan gimana, investigasi udah mulai nemuin bangkai pesawatnya atau belum dan gimana keadaan pesawatnya. Jangan jadi orang yang saling menyalahkan gini." Bramastya agaknya sudah sangat kesal sekali dengan tingkah istri dan juga menantunya yang saling menyalahkan sampai ia harus turun tangan berkali-kali.

Ya, Bramastya sangat tahu bagaimana perasaan istri dan juga menantunya, mereka pasti sangat khawatir. Mereka juga pastinya akan sangat sedih jika sebuah kemungkinan buruk terjadi. Namun dengan cara melakukan hal seperti tadi, tidak membuat permasalahan jadi selesai, kan? Justru semakin memperumit permasalahan.

"Enggak bisa gini, Pah! Dia, wanita kurang ajar itu harus segera dikasih pelajaran! Karena dia, anak kita jadi terancam seperti ini. Kedatangan dia dan bayi dia itu buat sebuah malapetaka bagi kita semua. Mamah enggak bakalan setuju kalau dia ada di sini. Pergi kamu, pembawa sial! Kamu enggak pantas berada di sini! Kamu enggak pantas mendapatkan anak saya!"

Najma masih tetap berteriak dan menyalahkan Alda atas semua yang terjadi, walaupun sudah ditenangkan berkali-kali oleh Bramastya, tetapi Najma tak mau mendengarkannya juga. Najma masih terus benci dan mengatakan Alda pembawa sial.

Sudahlah, Alda tidak tahu harus berbuat apa jika seperti ini caranya. Alda tidak tahu mau bagaimana, ia malas sekali mempeributkan masalah yang hanya akan membuang-buang waktu saja. Lebih baik saat ini ia memejamkan matanya dan memilih untuk berdoa kepada Sang Maha Kuasa.

"Dasar pembawa sial!"