Chereads / Rintangan Cinta / Chapter 3 - Terimakasih Untuk Penantian 1 Tahun

Chapter 3 - Terimakasih Untuk Penantian 1 Tahun

Pipit, sebut saja begitu. Dia seorang gadis berumur 16 tahun yang sedikit manja, pemalu, manis, dan cerdas. Walaupun begitu, Pipit tidak pernah besar kepala. Dia juga dapat melihat keadaan, di mana ia harus bermanja atau sedikit lebih dewasa. Sekarang dia duduk di kelas 2 SMA.

Dan mempunyai 2 orang sahabat yang selalu ada di saat dia membutuhkan mereka. Sebut saja Fany dan Putri, walaupun keduanya tidak sehebat Pipit, mereka selalu berusaha menyamakan kedudukan mereka dengan Pipit, dan mungkin semuanya akan terus sia-sia.

Malam ini Pipit akan pergi ke party teman sekelasnya. Pipit berdandan rapi layaknya seorang putri. Dengan rambut ikal panjang yang di urai dan poni layaknya tokoh Dora dalam film kartun, dengan dress hitam menutupi lutut beserta bandana pita mungil di kepalanya membuat Pipit terlihat sangat manis dan begitu anggun.

Sesampainya Pipit di tempat dilaksanakannya acara tersebut, matanya dengan lincah melirik kesana kemari mencari kedua sahabatnya, Fany dan Putri. Namun hasilnya nihil, dia tidak melihat keberadaan kedua sahabatnya tersebut.

Tiba-tiba handphone Pipit bergetar, ia dengan sigap mengambil handphone itu dari dalam tas kecilnya, dan yang dia dapati adalah 1 pesan masuk dari nomor tak di kenal. Yah, Pipit selalu mendapat pesan singkat dari nomor yang tidak diketahui siapa pemiliknya.

Percakapan lewat sms :

Nomor gelap : " Hy .. boleh kenalan? "

Pipit : " Boleh, siapa ini? "

Nomor gelap : " Aku Adit, kamu Pipit yang bersekolah di SMA 8 itu kan? "

Pipit : " Iyyah, aku Pipit. Kenal aku dari siapa?"

Adit : " Dari Wahyu, teman sekelasmu. Maaf ya sebelumnya, aku yang maksa dia buat ambil no kamu"

Pipit : " Iyya gapapa, eh nanti dilanjutin lagi. Soalnya aku lagi di party nih "

Adit : " Iyya iyya, boleh kabarin ga kalau udah selesai? "

Pipit : " Insya Allah "

Selesai membalas pesan singkat dari Adit, dia langsung menyimpan nomor Adit dalam kontak HPnya dan memasukkan HPnya kedalam tas. Entah apa yang dirasakan Pipit saat itu, getaran yang tidak biasa dirasakannya di saat melayani nomor-nomor gelap yang tanpa henti menerornya.

" Pit, ayo cepet kesini, party nya udah di mulai " teriak kedua gadis sebayanya yang suaranya tidak asing lagi di telinga Pipit. Remaja gadis tersebut segera berlari-lari kecil untuk cepat sampai di tempat kedua sohibnya berdiri.

Saat lagi beberapa langkah sampai di tempat kedua temannya, ada sepasang tangan mungil lembut meraih tangan kanan Pipit dan meletakkan 1 jari di depan bibirnya yang mengisyaratkan agar Pipit tidak mengeluarkan suara. Pipit pun mengikuti apa yang di isyaratkan oleh gadis tersebut. Sekali lagi gadis itu melambaikan tangannya yang mengisyaratkan agar pipit berjalan mengikutinya dari belakang.

Dia pun segera berjalan dengan sesekali menengok ke belakang untuk memastikan bahwa Pipit terus berada di belakangnya. Setelah berjalan cukup jauh dari keramaian, gadis itu memperkenalkan dirinya kepada Pipit. Dia anak kelas 3 di sekolahnya Pipit, seorang siswa pindahan dari Surabaya. Chatrin, itulah nama dari pemilik tangan mungil dan lembut yang meraih tangan kanan Pipit dalam keramaian party tadi.

" Oh, kaka pindahan dari Surabaya? Pantas saja, saya keheranan tadi saat melihat kaka meraih tangan saya " jawab Pipit setelah gadis tersebut memperkenalkan dirinya.

" Iya. Tapi benar kamu Pipit kan? Ada seseorang yang ingin berkenalan denganmu " balasnya sambil menepuk kedua tangannya. Seperti sedang memanggil seseorang, pikir Pipit. Tidak salah lagi, gadis itu memang sedang memanggil seseorang. Tak lama kemudian ada seorang lelaki tampan datang dari belakang Pipit. Sontak Pipit terkejut dengan kedatangan pria tersebut. Tak pernah kulihat wajah menawan seperti ini, puji Pipit dalam hati.

" Kenalkan, aku Amar, temannya Chatrin, panggil saja Ar. Dan aku yang memaksanya untuk mempertemukan kamu dan aku " terlihat senyum kebahagiaan yang terpancar dari paras pria tersebut.

" Aku Pipit, adik kelas kak Chatrin. Eh, di mana kak Chatrin? " Tanya Pipit sambil menutup malu yang sedari tadi hadir saat melihat kedatangan Amar.

" Aku telah merencanakan ini sebelumnya. Saat aku datang dan mengalihkan perhatianmu, dia akan mengendap-endap pergi tanpa sepengetahuanmu " mendengar Amar berbicara seperti itu, rasa malu Pipit pun memuncak. Seperti yang telah di katakan, Pipit adalah seorang yang pemalu. Selalu saja merasa malu terhadap sesuatu yang tidak penting.

" Aku segera balik ke party, teman-temanku pasti kebingungan mencariku " dengan nada bicara yang sedikit kacau dan mencoba rileks di depan pria tersebut, Pipit langsung melangkahkan kakinya menuju ke acara temannya. Namun, dia di halau oleh pria yang membuatnya salah tingkah tersebut.

" Sebelum kau kembali ke party, boleh ngga kamu bertukar nomor handphone denganku? " pinta Amar. Pipit lalu memberikan no handphonenya kepada Amar dan sebaliknya. Setelah semuanya selesai, Pipit segera pergi dari tempat itu. Bukannya pergi ke party, namun ia langsung pulang ke rumah. Dia lalu mengirimkan pesan singkat kepada sahabatnya bahwa dia merasa tidak enak badan sehingga dia lebih cepat pulang ke rumah. Kedua sahabatnya pun mengerti akan keadaan Pipit.

Setibanya di rumah, Pipit lalu mengganti pakaiannya dan segera merebahkan badannya ke tempat tidur. Malam yang indah, ungkap Pipit dalam hati sebelum terbawa dalam bunga tidur.

Allahu akbar Allahu akbar. Adzan subuh telah berkumandang, saatnya Pipit untuk melaksanakan sholat. Dia tidak terbiasa keluar rumah, mungkin hanya apabila akan membeli kebutuhannya di warung dan pergi keacara yang jelas-jelas saja. Makanya Pipit lebih banyak sholat di rumah dari pada di Mushola.

Setelah selesai sholat, dia mengingat bahwa semalam dia tidak mengabarkan kepada Adit bahwa partynya telah selesai. Dia sangat kelelahan malam itu, entah apa yang telah di minumnya sehingga membuatnya merasa kantuk luar biasa tadi malam.

Ku ingin kau tau diriku di sini menanti dirimu, sepenggal lagu dari band ungu ini menjadi nada dering dari handphone milik Pipit, ternyata itu panggilan dari Adit. Pipit dengan hati berbunga-bunga mengangkat panggilan dari Adit.

" Hallo, Assalamu' alaikum " terdengar suara lembut namun sedikit berat di seberang sana.

" Wa'alaikum Salam, iya Dit, ada apa? " Pipit membalas dengan nada bicara yang dipaksakan santai.

" Malam ini ada acara ngga? " balas Adit dari seberang telepon.

" Kebetulan ngga. Kenapa? "

" Aku ingin berjumpa denganmu di café 169 jam 7 yah, boleh ngga? "

" Oh iyya boleh "

" Nanti aku jemput yah jam 7 "

" Okay, see u tonight "

" Byee.. "

Teet teet teet, telepon pun dimatikan oleh Pipit. Pagi ini adalah pagi yang indah bagi Pipit. Walaupun dia belum melihat paras Adit. Tetapi telah ada sedikit ruang untuk Adit di hatinya. Mungkin dia lelaki yang tepat untuk menggantikan posisi Rama, ungkap Pipit dengan sedikit nada berharap bahwa Adit akan menjadi cinta terakhirnya.

Setelah pulang dari sekolah, Pipit segera megganti bajunya dengan kaus ketat berwarna biru polos dan celana jeans panjang berwarna hitam, serta rambut yang dibiarkan terurai dan tertiup angin. Sore ini dia akan bertemu dengan Amar, seorang lelaki yang berhasil membuatnya salah tingkah di party semalam.

Amar menjemputnya dan membawa dia ke sebuah taman yang indah. Dia mempersilahkan Pipit duduk di sebuah tempat duduk berhiaskan bunga aster kesukaan Pipit, entah dari mana dia mengetahui bahwa Pipit menyukai bunga aster. Dia lalu mengungkapkan isi hatinya yang mungkin tidak pernah diduga sebelumnya oleh Pipit.

" Pit, aku telah memendam rasa ini sejak lama. Aku selalu menanyakan siapa kekasihmu kepada teman-temanmu. Dan di saat kau telah sendiri di dalam luka, aku datang dan bersedia mengobat luka lamamu. Maukah kau menjadi kekasihku? "

" Iyya Ar, aku mau menjadi kekasihmu " Dengan spontan Pipit lalu menerima Amar menjadi kekasihnya. Entah apa yang aku fikirkan, ini pertama kalinya aku memberi harapan kepada seorang yang baru ku kenal, ungkap Pipit dalam hati.

" Namun dengan 1 syarat, kau tak boleh membicarakan tentang hubungan kita kepada siapapun " lanjut Pipit setelah resmi menjadi kekasih Amar.

" kenapa kau menginginkan hal itu bidadariku? " Tanya Amar dengan sejuta pertanyaan yang mengambang dalam pikirannya.

" Aku hanya ingin hubungan kita tidak di ganggu oleh orang lain dengan alasan mereka tidak menyukai hubungan kita " Jelas Pipit. Amar pun mengiyakan perkataan kekasih barunya itu. Mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan tertawa bersama. Pipit merasakan keabahagiaan baru muncul setelah hatinya dihancurkan oleh Rama, mantan kekasihnya yang berhianat dengan perkataannya di saat meminta Pipit menjadi kekasihnya.

Setelah pertemuannya dengan Amar yang menghasilkan hubungan tak terduga. Malamnya Pipit lalu bertemu dengan Adit, ternyata wajah Adit tidak kalah rupawan dengan wajah Amar. Tidak salah lagi, feeling ku selalu benar. Ternyata dia menawan, mungkin nanti setelah aku akhiri hubunganku dengan Amar, aku akan menjalin kasih dengannya, dan akan aku jadikan dia cinta terakhir dalam hidupku, ungkap Pipit bangga dalam hati.

4 bulan kemudian setelah terjalin kisah asmara antara Amar dan Pipit…

Kisah asmara Pipit dan Amar sangatlah romantis. Amar selalu mengerti apa yang di inginkan Pipit. Dia selalu memanjakan Pipit dengan kasih sayangnya, Pipit pun demikian. Namun, kisah cinta romantis itu pun berakhir sangat tragis. Ada seorang wanita hamil datang dan memfitnah Amar, bahwa Amar telah menghamilinya. Pipit pun segera melepaskan gandengan tangan yang tengah digandeng Amar dengan erat. Pipit lalu menyebrangi jalan dengan tangisan yang terisak-isak.

Brruuukkk!!!

Suara itu menghasilkan sejuta pertanyaan mengambang dalam benak Pipit, jantung Pipit berdegug sangat kencang, dia tak mampu membalikkan badannya ke belakang. Dia tidak ingin menerima kenyataan pahit. Namun, apapun yang sedang terjadi, Pipit harus berbalik dan akan melihat bahwa semuanya baik-baik saja.

Degg!!! Jatung Pipit terasa berhenti berdetak, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Amar tertabrak truk yang lewat dengan kecepatan tinggi di saat mencoba mengejar Pipit yang telah berlari di depannya. Pipit lalu segera mengangkat kepala Amar yang telah berlumuran darah dan meletakkannya di atas kakinya.

" Sayang, wa-wanitta ta-tadi memfit-nahku. A-aku m-men-cint-aimu Say-sayang " Pria itu berbicara terbata-bata sambil mengangkat tangan kanannya yang gemetaran dan berisikan 1 bunga aster dan memberikannya kepada Pipit sebelum ia meninggalkan Pipit untuk selamanya.

Penyesalan mendalam pun di rasakan Pipit, dia tidak bisa berkhianat kepada hatinya bahwa dia masih sangat mencintai Amar. Kenapa semua berakhir seperti ini? Mengapa kau ambil dia di saat rasaku mencapai puncaknya? Mengapa dia pergi disaat aku sangat mencintai dan menyayanginya? Mengapa Ya Allah? Mengapaa??, lirih suara yang dihasilkan oleh Pipit saat mengucapkan perkataan tersebut dengan sangat pelan.

Setelah semua orang berlalu dari pemakaman Amar, Pipit masih tertunduk sedih sekaligus menyesal, mengapa dia melakukan hal bodoh itu. Ternyata dari kejauhan Adit terus memperhatikan gerak-gerik yang diciptakan oleh Pipit. Tanpa menunggu lama lagi, Adit segera menghampiri gadis tersebut yang mungkin sedang dalam kondisi drop dan mempunyai luka yang sangat mendalam. Dia menggenggam kedua bahu gadis tersebut. Sontak Pipit terkaget dengan kedatangan Adit.

" Jalan-jalan yukk, untuk sembuhin luka kamu " kata Adit membuka percakapan. Pipit hanya terangguk lemah tak berdaya. Adit membawa Pipit ke taman bunga aster.

" Kamu suka aster? " Tanya Adit kepada Pipit.

" yeah, aku sangat menyukai mereka "

" apa yang membuatmu sangat menyukai bunga ini? "

" Entah apa, aku selalu merasa tenang ketika melihat bunga-bunga ini menari sambil tersenyum padaku " Kata Pipit sambil tersenyum memperhatikan bunga-bunga tersebut. Tidak di sadari, air mengalir di sudut matanya. Adit pun segera menghapus genangan air tersebut sebelum tangisan itu memuncak. Adit memberikan pelukan pertamanya kepada Pipit, pelukan itu di sambut hangat oleh Pipit. Hingga keduanya benar-benar larut dalam kemesraan.

Setelah beberapa bulan kematian kekasihnya itu. Hati Pipit telah dihibur kembali oleh seorang lelaki bernama Adit. Seorang lelaki tampan dan bersahaja, pikir Pipit. Tanpa di sadari bahwa ada rasa melebihi seorang teman yang dirasakan oleh Pipit kepada pria tersebut. Jelas saja Pipit seperti itu, karena mungkin Adit pun mempunyai perasaan yang sama terhadapnya sehingga selalu memberikan perhatian lebih kepada Pipit.

Mereka berdua hanya berteman, Adit mengungkapkan kepada Pipit bahwa ia akan memacarinya ketika Pipit berusia 17 tahun, karena dia tidak ingin terlalu dini untuk bersama. Pipit pun mempercayai semua perkataan yang di keluarkan oleh Adit yang didasari perkataan hatinya, pikir Pipit. Adit selalu berkata bahwa Pipit adalah cinta terakhirnya.

Dia juga pernah berpesan kepada Pipit untuk tidak pernah meninggalkannya, atas dasar cintanya kepada Pipit. Dia juga pernah mengatakan kepada Pipit bahwa Pipit merupakan semangat hidupnya, tanpa Pipit, dia tidak mempunyai semangat untuk hidup lagi. Dan kalimat terakhir yang didengar oleh Pipit adalah " Apasih yang tidak untuk kamu? ".

Namun semua janji dan perkataan itu hanyalah angin lalu. Beberapa bulan belakangan ini Pipit merasa Adit telah berubah. Feeling seseorang yang menyayangi kita dengan ketulusan sangatlah kuat, dia akan mengetahui apa yang tengah disembunyikan darinya. Dia merasa bahwa Adit tidak lagi menyayanginya. Bahkan dulu panggilan

"Cinta" dan "Sayang" yang selalu ditujukan padanya pun sudah tidak di gunakan lagi. Adit juga sudah jarang mengabari keadaannya kepada Pipit. Hingga pada akhirnya Pipit berusaha menghubungi Wahyu, temannya yang memperkenalkan dia dengan Adit.

" Wahyu, kamu tau mengapa Adit akhir-akhir ini berubah? Jujur saja, aku tersiksa dengan sikapnya yang sekarang ini " Ungkap Pipit dengan nada kecewa.

" Jujur, aku kasihan melihat dirimu. Aku tak sanggup membicarakannya kepadamu, aku takut hatimu terluka dan memaksa air keluar dari sudut matamu. Maafkan aku telah memperkenalkanmu dengannya. Aku kecewa Pipit, aku menyesal " Jawab Wahyu dengan nada bicara sedikit kacau. Pipit pun tidak melanjutkan bertanya-tanya lagi. Dia tidak ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Adit, karena dia mempunyai feeling yang kuat bahwa Adit telah mempunyai seorang kekasih.

Keesokan harinya, Pipit mendengar kabar dari teman sekelasnya yang bernama Tiwi bahwa Adit telah berpacaran dengan Vera, anak 1 kompleks dengan Tiwi. Degg!!! Pipit merasakan jantungnya tidak berdetak. Dia tidak mampu menahan rasa sakit di hatinya yang memaksa air bening mengalir di kedua sudut matanya. Mendengar kabar tersebut bagai mendengar kabar esok akan mati oleh Pipit.

Dia lalu berlari dengan sangat cepat ke kelas agar tidak ada yang melihatnya menangis. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan teman-temannya. Namun semuanya sia-sia, teman sekelasnya, Rahmat dan Nali mengetahui kejadian itu dan memaksa Pipit untuk bercerita tentang apa yang membuatnya menangis tersedu-sedu.

" terbukalah Pit, ceritakan semuanya kepada kami. Kami siap membantu jika kami mampu " Ungkap Nali. Namun tidak ada respon apapun dari Pipit, dia malah menahan tangisnya dan hanya berkata.

" I'm Okay, hanya sakit di bagian kepala " ucap Pipit. Dia lalu meminta agar Nali membawanya pulang dan memberitahukan kepada kedua sahabatnya bahwa ia sedang sakit.

Sesampainya di rumah, Pipit tidak mau makan. Dia menghabiskan waktunya terus di dalam kamar. Menghabiskan tissue yang baru saja di belikan oleh kedua orang tuanya. Ketika beberapa minggu tidak makan, kambuhlah penyakit magg dalam tubuh Pipit. Ini yang aku tunggu selama ini ungkap pipit dengan sedikit nada campur aduk.

Setelah keadaan kembali normal, Pipit mengirimkan pesan singkat kepada Adit yang berisikan perasaannya yang terluka dan meminta Adit agar segera melupakannya. Namun Adit menyatakan bahwa dia tidak akan berbahagia dengan sempurna tanpa kehadiran Pipit. Lalu Pipit mengirimkan pesan yang terakhir kepada Adit :

" Aku tau, jika aku memintamu untuk memutuskan pacarmu itu, kau mungkin tidak akan melakukannya. Jadi lebih baik aku meminta, kau kesini menjengukku untuk yang terakhir kalinya. Dan aku akan pergi jauh dari hidupmu dan kau tak akan melihatku lagi "

Tanpa basa-basi, Adit segera mengendarai motornya ke rumah Pipit agar bisa memenuhi permintaannya. Semoga setelah aku menjenguknya, dia tidak memintaku untuk meninggalkannya. Namun semuanya terlambat, Pipit telah berplang terlebih dahulu. Penyesalan mendalam dirasakan oleh Adit.

Apakah maksud pesan terakhir dari Pipit? Inikah permintaan terakhir darinya? Pernyataan bahwa dia akan pergi jauh meninggalkanku adalah seperti ini? Mengapa kau meminta kisahmu akan seperti cerita yang kau buat Pipit? Batin Adit menangis. Setelah di makamkannya Pipit, ibu dari Pipit segera memanggil Adit dan memberikannya buku diary milik Pipit yang sengaja telah di titipkan Pipit kepada ibunya sebelum ia meninggal.

Dia membuka di lembaran pertama, dia mendapati sebuah tulisan berisikan tentang curahan hati Pipit di saat pertama kali bertemu dengannya. Ada kebahagiaan tersimpan dalam hati saat membaca diary milik Pipit. Di lembaran kedua ia mendapati tulisan tentang perasaan Pipit kepadanya dan Amar.

Mungkin ini ditulis saat dia menjadi kekasih Amar, pikirnya. Dia melanjutkan untuk membuka lembaran ke 4, 5, 6 dan seterusnya. Terpancar kebahagiaan yang di rasakan Pipit saat menulis diary tersebut. Namun setelah sampai pada lembaran ke 19, dia mendapati kesedihan yang mendalam dari tulisan tersebut.

29 Oktober 2012

Dear diary …

Hari ini aku mendapati kabar yang sangat menyakitkan bagiku…

Orang yang selama ini aku percaya membohongiku …

Orang yang selama ini membuatku tersenyum, kini membuatku menangis …

Orang yang selama hampir 1 tahun membuatku menanti akan janjinya, mendustakan apa yang telah ia janjikan ..

Adit, iyya Adit ..

Dialah yang aku maksudkan ..

Dia pernah bilang aku cinta terakhirnya ..

Dia pernah bilang kalau aku semangat hidupnya ..

Dia pernah bilang kalau dia akan memacariku saat aku berusia 17 tahun ..

Tapi mungkin aku akan meninggalkannya dalam waktu yang sangat lama ..

Tuhaan … aku sangat menyayanginya …

Buatlah dia bahagia tanpa kehadiranku …

Karna aku akan pergi setelah 1 tahun lamanya penantianku di permainkan ..

*Flashback on

9 hari sebelum kematian Pipit …

@kantin sekolah

" aku ke toilet bentar yah " Pipit memotong pembicaraan kedua sahabatnya yang asyik bercerita tentang cerpen sad ending.

" Iyya iyya " sahut Fany yang sedang menyantap pop mie di genggamannya. Pipit pun segera berlari cepat ke toilet. Setelah 30 menit berlalu, Pipit pun belum menampakkan batang hidungnya. Putry dan Fany yang kebingungan pun segera menyusulnya ke toilet. Mereka mendapati Pipit sedang tertunduk, rupanya ia sedang menangis.

" Loh, tadi katanya mau ke toilet bentar. Kok malah nangis? Kasihan yah Pipit, ternyata di balik sosok yang selama ini kita lihat selalu tersenyum dan humoris terdapat sosok yang rapuh dan menyimpan kesedihannya seorang diri di balik semua itu " kata Putry sambil menatap wajah Fany yang sepertinya tidak menyadari bahwa dirinya tengah menangis.

8 hari sebelum kematian Pipit …

Mungkin ini memang jalan takdirku …

Mengagumi tanpa dicintai …

Tak mengapa bagiku, asal kaupun bahagia dalam hidupmu dalam hidupmu …

Telah lama kupendam perasaan itu …

Menunggu hatimu, menyambut diriku …

Tak mengapa bagiku, mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku …

Kuingin kau tau, diriku di sini menanti dirimu …

Meski kutunggu hingga ujung waktuku …

Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya …

Dan izinkan aku, memeluk dirimu, kali ini saja …

Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya …

Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja …

Beberapa hari setelah Pipit mengetahui bahwa di hati Adit ada orang lain, dia selalu menyanyikan lagu itu. Mungkin dia telah merasakan bahwa dia akan pergi selamanya meninggalkan Adit. Dia pun membuka Diarynya dan menuliskan isi hatinya.

30 Oktober 2012

Dear Diary …

Aku belajar untuk sabar

Aku belajar untuk memaafkan

Aku belajar untuk tidak membenci meski tersakitii

Dan saat aku mengetahui bahwa

ADA ORANG LAIN diHATIMU

Dan di saat itupun aku BERHENTI BERHARAP !!

Namun 1 yang harus kamu tau …

Selama aku bertahan, itu karena aku sayang ..

Mungkin Adit telah diberi tahu oleh Tuhan bahwa aku akan meninggalkannya untuk selamanya sehingga dia segera mencari penggantiku. Tapi secepat itukah dia melupakanku? Aku masih merasa bahwa minggu lalu dia mengatakan " APASIH YANG TIDAK UNTUK PIPIT ".

Dia juga ingin bahwa aku tidak akan meninggalkannya. Tapi kenapa dia mendustakan perkataanya? Apakah sayang yang dia berikan kepadaku selama ini hanyalah dusta? Apakah pernyataannya bahwa aku adalah semangat hidupnya juga dusta?, Pipit menangis. Dia tidak mampu menerima kenyataan bahwa orang yang selama ini ia sayangi telah mempunyai kekasih.

Mungkin sekarang Adit menuliskan nama kekasihnya dalam kontaknya dengan nama " sayang " mungkin sekarang mereka sedang bermesraan, mungkin sekarang mereka sedang membuat janji satu sama lain, mungkin sekarang Adit memanggil Vera dengan sebutan Sayang, Cinta, Bidadariku, semangat hidupku. Itu adalah sebutan untukku, dan mungkin sekarang aku harus merelakan semua itu di lakukan Adit kepada Vera. Pipit menangis terisak-isak. Dia masih menyayangi Adit, sampai kapanpun rasa sayangnya kepada Adit tidak akan hilang.

7 hari sebelum kematian Pipit …

" aku akan membuatkan 1 cerpen untuk nanti kuberikan kepada Adit, sebagai hadiah 1 tahun perkenalan ku dengannya " pikir Pipit, dia lalu membuka laptopnya lalu menuliskan kisah dari awal pertemuan dia dengan Adit hingga kisah asmaranya bersama Adit, tak lupa pula ia tuliskan kejadian-kejadian sedih yang menimpannya tanpa sepengetahuan Adit. Dia ingin Adit menyadari bahwa dia selalu ada untuk Adit. Dan mungkin setelah semuanya terjadi, Pipit telah pergi jauh untuk selamanya.

6 hari sebelum kematian Pipit …

2 November 2012

Dear Diary …

Adit sayang, mengapa kau mendustakan janjimu?

Aku telah menunggu, dan terus menunggu …

Mungkin sebenarnya yang aku tunggu kini bukanlah janjimu lagi …

Namun, setelah aku mengetahui ada orang lain dihatimu,

Aku selalu menunggu ajalku tiba …

Hingga mungkin aku dapat melupakanmu,

Secepat kau melupakanku …

Dan aku janji, aku akan pergi selamanya darimu,

Setelah genap 1 tahun penantianku …

Yaitu, pada tanggal 8 November 2012 ini …

Dan akan aku hadiahkan 1 cerpen terbaik untukmu …

Dan aku ingin kau menyadari,

AKU MENYAYANGI KAMU LEBIH DARI YANG KAMU TAU ?

Besok saatnya Pipit memberikan hasil karyanya kepada Adit melalui Wahyu. Diapun ingin Adit akan bahagia setelah kepergiannya di tanggal 8 November 2012 nanti.

Keesokan harinya, ia menghubungi Wahyu untuk datang menemuinya agar ia bisa menitipkan cerpen buatannya untuk diberikan kepada Adit.

" Wahyu, bilang ke Adit yah, semoga dia suka dengan cerpen buatanku ini, dan mungkin aku akan pergi jauh darinya setelah tanggal 8 November nanti " ucap Pipit dengan nada sedih.

" mengapa kau akan pergi darinya setelah tanggal 8 November? Bukankah ia telah menyakitimu? Lebih cepat lebih baik bukan? " Tanya Wahyu keheranan.

" Aku ingin usia perkenalanku dengan Adit genap 1 tahun dulu baru aku pergi " ucap Pipit.

" Pergi kemana? " Tanya Wahyu.

" Jauh, jauuuhh banget. Kamu juga gakan mungkin bisa liat aku, maaf yah kalau aku pernah buat salah sama kamu, dan juga titip salam buat semua orang bahwa aku meminta maaf atas semua perlakuanku terhadap mereka " jelas Pipit. Wahyu pun menggeleng keheranan setelah Pipit menghabiskan permbicaraannya dan pergi dari hadapan Wahyu.

4 hari sebelum kematian Pipit…

4 November 2012

Dear diary …

Aduhh, sakitt …

Penyakitku kambuh lagi ..

Sakit ya Allah,

Namun, sakit ini tidak bisa menutupi rasa sakit hatiku kepada Adit..

" Put, Pipit masuk rumah sakit. Penyakitnya kambuh lagi " teriak Fany dari kejauhan. Putry pun segera bangkit dari bangkunya dan pergi ke RS bersama-sama dengan Fany. Sesampainya di RS, dia melihat sahabatnya sedang terbaring lemah di atas kasur yang nampaknya tidak begitu nyaman di tempatkan oleh Pipit. Setelah mereka memutuskan untuk menunggu di luar. Mama Pipit terlihat sedang menangis. Mereka lalu menghampiri wanita itu dan menanyakan keadaan Pipit yang berharap semuanya akan baik-baik saja.

" dokter berkata, penyakitnya sudah sangat parah, mereka telah memasrahkan semuanya kepada Tuhan " jelas mama Pipit. Fany dan Putry sangat syok mendengar perkataan tersebut. 1, 2, 3 hari berlalu. Pipit masih tidak sadarkan diri. Adit pun tidak mengetahui hal ini. Karena tidak ada seorangpun yang berusaha menghubunginya. Keesokan harinya, Pipit siuman. Dia lalu meminta handphonenya karena ingin mengirimkan pesan terakhir kepada Adit.