Chereads / CHRONOS / Chapter 15 - Bab 15

Chapter 15 - Bab 15

Terlalu lama berlatih Dean pun tertidur di ruang gym, ia baru terbangun saat jam menunjukkan pukul tiga sore. Ia menggeliat lalu menguap.

"Aku sudah terlalu lama di sini." Ia pun bangun menuju loker untuk mengambil pakaiannya.

Di loker yang berada di lantai itu Dean menyimpan beberapa bajunya. Saat ia berlatih Dean akan mengganti bajunya terlebih dahulu setelah selesai ia akan menggantinya kembali, baju yang sudah bau dan kotor akan ia bawa pulang untuk dicuci.

Setelah membawa pakaiannya ia pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang bau keringat serta lengket. Dean termasuk orang yang rajin mandi, soalnya ia rajin olahraga dan tidak tahan kalau badannya lengket. Selesai mandi, ia pun mengambil sebuah paper bag dan meletakkan pakaian yang ia gunakan saat latihan tadi di dalamnya, baju itu akan ia cuci dulu.

"Baru selesai latihan?" Andre baru saja membuat kopi di pantry dan bertemu dengan Dean yang keluar dari lift.

"Aku ketiduran."

"Hahaha... jangan terlalu memaksakan diri."

"Aku ke pantry dulu, lapar." Perutnya sudah berbunyi beberapa kali sejak ia mandi tadi.

"Sana, makanlah yang banyak."

Mereka pun berpisah, Andre berjalan menuju ruangannya dan Dean berjalan menuju pantry. Ia berhenti di depan ruang kerja Kim lalu mengintipnya, Lay memang jarang menutup pintu ruang kerjanya jadi orang yang lewat di depan ruangannya bisa melihat apa yang sedang ia lakukan.

"Sepertinya ia sedang fokus." Dean melihat Kim yang tampak sangat serius memperhatikan komputernya, di atas mejanya terdapat banyak tumpukan kertas. "Lay, tidak tanggung-tanggung, Kim baru saja mulai kerja hari ini dan langsung diberikan banyak pekerjaan." Ia geleng-geleng kepala.

Dean pun melanjutkan jalannya ke pantry, ia sebenarnya tidak begitu peduli dengan pekerjaan bagian lain, hanya saja ia agak takjub dengan pekerjaan yang diberikan Lay pada Kim. Tapi memang dari dulu sudah seperti itu, dari awal bekerja memang sudah dibebankan pekerjaan yang banyak termasuk dirinya saat awal bergabung dulu. Dean tidak mau mengingat masa-masa suram itu lagi, ia yang belum dewasa sudah diberikan pekerjaan yang sangat berbahaya dan itu ulah Victor.

Seperti biasa kantor sepi, akhir-akhir ini terlalu banyak permintaan jadi Dean pun lebih jarang lagi bertemu dengan unit lainnya dan di unit S, Dean pun tidak mengenal mereka semua, hanya beberapa saja yang ia kenal itu pun karena mereka bertemu di kantor. Ya, itu memang salah Dean, ia memang hanya akan muncul di kantor saat ada keperluan saja dan hal itu mungkin yang menyebabkan ia jarang bertemu dengan anggota satu unitnya. Bahkan dengan unit lain pun bertemu karena berpapasan.

Hanya Victor yang mengenal unit S semuanya, Andre yang sering berhubungan dengan anggota unit S lainnya juga hanya mengenal beberapa saja, selebihnya tahu lewat foto begitu pun Dean, hanya pernah melihat mereka di foto. Ini membuat Dean sedikit tidak nyaman, bagaimana bisa sesama anggota unit saja tidak kenal, tapi kenyataannya ada juga yang tidak mengenal dirinya. Mau bagaimana lagi, selagi Victor yang memegang kendali, semuanya tidak masalah bagi Dean.

"Kau baru makan siang?" Kim keluar dari ruangannya, ia melihat Dean yang duduk di meja makan sendirian lalu menghampirinya.

"Aku ketiduran tadi."

"Apa kau tidak bosan di sini?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Kening Dean berkerut menatap Kim.

"Kau, kan, libur. Seharusnya kau nikmati saja hari liburmu. Bukannya kau mengatakan akan pergi liburan."

"Sayangnya aku tidak tahu harus ke mana. Karena selama ini aku jarang liburan."

"Biarkan saja, Dean memang seperti itu." Victor keluar dari ruangannya. "Ia selalu protes minta jatah libur ketika dirinya terlalu lama menjalankan misi, tapi ujung-ujungnya malah ia bingung sendiri mau ke mana."

Kim mengerutkan dahinya. "Kau aneh juga."

"Memang," tambah Victor dengan nada mengejek.

"Diamlah, Vic, atau kulemparkan mangkuk ini ke kepalamu!" Dean melotot.

Victor melengos dan menghilang di balik pintu pantry. Ia dan Victor ini memang jarang akur, selalu saja ada yang diributkan, tapi kalau soal pekerjaan mereka satu pemikiran.

"Kalian akrab sekali, ya." Kim tertawa kecil

"Victor itu memuakkan," ucapnya kesal.

"Tapi yang aku lihat kalian sangat dekat."

"Dekat dari mana? Tolong tarik kata-katamu." Kim mencebik dan meninggalkan Dean di sana yang belum menyelesaikan makannya.

Jam lima sore pun datang, saatnya mereka pulang. Kim keluar dari ruangan bersama Lay, ia mencari Dean dan menemukannya berada di ruangan Victor, ia mengerutkan dahinya. Sepertinya mereka berdua sedang membicarakan hal penting karena mereka tampak serius.

Kim memutuskan menunggu Dean di sofa, ia tidak mungkin meninggalkan Dean begitu saja. Ia menjemput dirinya di apartemen, pergi ke kantor bersama dan menunggunya pulang. Tidak sopan kalau dirinya meninggalkan Dean begitu saja, merasa obrolan mereka akan lama, Kim pun membaca majalah keluaran minggu ini untuk mengisi waktu.

"Kenapa kau masih di sini?"

Kim menoleh. "Sudah selesai? Aku menunggumu."

"Kau, kan bisa pulang sendiri." Kim meletakkan majalah yang ia baca di tempatnya lagi.

"Tapi aku merasa tak enak padamu."

"Kenapa?" Dean mengangkat sebelah alisnya.

"Sudahlah, kau sudah selesai, kan. Ayo pulang."

Kim berdiri kemudian berjalan meninggalkan Dean. Dean yang tidak paham menyusul Kim di belakangnya, saat mereka keluar Jane sudah tidak ada ditempatnya.

"Apa masih ada yang dikerjakan oleh Victor?"

"Sepertinya ada, biarkan saja, ada Andre di sana."

"Apa besok kau akan ke kantor?"

"Ya, tapi hanya mengantarkanmu saja, setelah itu aku ada kepentingan."

"Baiklah, terima kasih dan maaf aku selalu merepotkanmu."

"Sudahlah, tidak apa-apa." Dean mengibas tangannya.

Kim belum bisa masuk ke kantor sendiri karena tanda pengenalnya belum selesai dan itu artinya ia tidak bisa mengakses lift menuju kantor. Besok hari terakhirnya merepotkan Dean, ia tidak enak jika terus merepotkannya.

"Kau ingin makan apa untuk makan malam? Siapa tahu aku bisa membuatkannya."

"Tidak usah," jawabnya. "Lebih baik kau ikut denganku ke sebuah cafe yang menyediakan pertunjukan live."

Mobil Dean melaju membelah jalan kota New York, mereka menuju cafe yang dikatakan olehnya tadi. Mobil Dean berhenti di parkiran cafe, mereka pun keluar.

"Apa tempat ini selalu ramai?" Kim sibuk melihat sekelilingnya.

"Ya, selain makanan mereka yang enak juga murah, dua kali seminggu mereka rutin mengadakan pertunjukan live di sini." Dean mengambil tempat kosong yang di pojok ruangan, Kim duduk di depannya.

"Sepertinya yang datang ke tempat ini kebanyakan anak muda."

"Apa kau terganggu?"

Kim menggeleng. "Tidak. Jam berapa live-nya dimulai?"

Dean melihat jam tangannya. "Kurang lebih satu jam lagi, mereka baru akan tampil jam tujuh sampai sepuluh malam."

"Lama juga durasinya."

"Apa kau tidak masalah menunggu selama itu?"

"Tidak masalah. Aku juga jarang keluar selama di Denver dan tidak pernah pergi ke tempat seperti ini, jadi aku akan bersabar menunggu."

"Sepertinya hidupmu terlalu monoton."

"Kau benar, sehabis bekerja aku akan pulang untuk segera membuatkan makanan untuk kakekku serta merawatnya yang sedang sakit. Jadi aku tidak bisa pergi untuk bersenang-senang," jelasnya. "Setelah kakek meninggal pun aku juga tidak berminat ke mana-mana, karena aku juga tidak tahu tempat-tempat seperti ini di sana."

"Astaga, maafkan aku, aku tidak bermaksud." Dean tidak enak atas ucapannya barusan.

"Tidak apa-apa."

Makanan yang mereka pesan pun datang, Kim memesan makanan manis, donat dan croissant serta kopi sedangkan Dean memesan pasta yang diberi lelehan keju di atasnya dengan toping ikan dibalut tepung dan juga sebotol bir. Mereka berdua menghabiskan waktu sambil berbincang.

Kim terkejut kalau Dean sudah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun di Hollow, berarti Dean sudah melakukan pekerjaan berbahaya ini sejak ia masih remaja di saat dirinya masih menuntut ilmu di sekolah.

"Apa saat itu kau tidak bersekolah?"

Dean menggulung pastanya. "Apa sekolah penting dalam pekerjaan yang aku lakukan?"

"Memangnya tidak?" Kim menggigit croissant-nya.

"Tidak terlalu, hanya untuk pekerjaan sejenis Andre dan Lay yang membutuhkannya, sedangkan pendidikan yang aku tempuh berbeda."

"Ah, begitu rupanya. Sangat masuk akal jika kau menempuh pendidikan yang berbeda." Kim mengangguk, ia pikir Dean tidak sekolah tapi ternyata sekolah juga tapi berbeda ilmunya saja.

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Cukup mengerikan, Lay memberikanku banyak pekerjaan."

"Jangan heran, kita kekurangan orang jadi mau tidak mau kita dituntut melakukan pekerjaan yang sangat banyak. Bukannya karena kekurangan juga, tapi Vic yang tidak mau mempekerjakan sembarang orang."

"Tentu saja ia seperti itu, orang mana yang tidak selektif memilih bawahannya terlebih pekerjaan seperti ini."

"Ke depannya pekerjaanmu akan semakin banyak, aku sering melihat Lay yang stress dan selalu protes pada Vic soal pekerjaannya, mau bagaimana lagi. Setidaknya sekarang ia sudah bisa melepas stress-nya sedikit karena sudah ada kau."

"Aku salut padanya, ia bisa bekerja sendiri mengurus semua berkas-berkas itu, benar-benar pria yang luar biasa."

"Itulah Lay."

"Aku tidak yakin bisa mengimbanginya."

"Belajarlah perlahan, tidak semua orang langsung bisa. Tapi aku yakin kau pasti bisa mengimbanginya nanti."

"Semoga saja."