"Gadis itu melarikan diri." Pria itu sudah bersiap kena amukan dari atasannya.
"Bodoh! Apa yang kau lakukan? Kau tidak becus!" hardiknya.
"Maafkan saya," sesalnya.
"Kau tahu kalau kita membutuhkannya? Bertahun-tahun bos mencari keberadaannya!" Pria itu diam saja, ia tahu kalau ini salahnya yang terlambat bergerak. "Cari dia sampai dapat, gunakan segala cara dan... hancurkan bisnis pelelangan itu, perintah baru dari bos. Ia mau wanita itu hilang dari dunia ini," ucapnya.
"Baik. Saya akan melakukannya." Sambungan telfon itu pun terputus.
"Apa yang dia katakan?" tanya salah satu rekannya.
"Dia ingin kita menangkap gadis itu dan menghancur bisnis pelelangan."
Dahinya berkerut. "Kenapa sampai menghacurkan pelelangan juga?"
"Bos yang memintanya," jawabnya. "Apa kalian membawa barang itu?"
Mereka mengangguk. "Bagus. Kau ikut aku," katanya sambil menunjuk salah satu rekannya, "dan kalian berdua pasang barang itu." Mereka berpisah dan mulai menjalankan tugas masing-masing.
Dean menuju lantai empat untuk membeli makanan ringan dan minuman, ia melihat ada beberapa bodyguard dari acara pelelangan yang berlalu lalang. Dean mencuri dengar apa yang mereka bicarakan. Matanya membulat saat ia mendengar mereka menggeledah kamar penumpang dan kini sudah ada beberapa orang di lantai tiga dan mulai menggeledah kamar itu satu persatu. Dean tidak tahu mereka sudah menggeledah kamar penumpang sampai nomor berapa, pikirannya langsung tertuju pada Kim, tidak ada jalan untuk lari untuk Kim jika mereka sudah memeriksa kamar yang ia tempati. Dean buru-buru membayar belanjaannya dan berusaha bersikap biasa saja saat bodyguard yang ia curi dengar menatapnya dengan tajam.
Dean merutuk saat melihat banyaknya antrian di depan lift, ia pun memilih menuruni anak tangga, dengan cepat ia menuju kamarnya, beruntung para bodyguard itu belum sampai di depan kamarnya. Dean mengetuk kamar dan tidak lama kemudian Kim membukakan pintu, Dean langsung masuk dan menutup pintu, ia membereskan barang-barangnya. Kim menatap Dean heran.
"Ada apa?" tanyanya bingung.
"Mereka akan mengeledah kamar. Kita tidak bisa bersembunyi di sini lagi." Mata Kim membulat.
"Me-mereka akan menggeledah kamar," ulangnya.
"Ayo kita pergi sekarang, sebelum mereka menemukanmu. Sudah tidak ada waktu lagi." Dean bisa saja menggunakan kekuatannya pada mereka, tapi ia sedang bersama Kim dan tidak mungkin ia menunjukan kekuatannya di hadapannya.
"Kita akan kabur ke mana?"
"Ikut aku, aku sudah menjelajahi kapal ini dan membuat rute pelarian," ucap Dean dengan bangga.
"Apa itu akan berguna?"
"Tidak, sebelum kita mencobanya."
Kim tidak membawa apa-apa selain pakaian yang ia kenakan, ia sudah siap dengan segala kemungkinan bahkan yang terburuk sekalipun. Dean dan Kim keluar dari kamar lalu menelusuri koridor lantai tiga saat mereka mendekati tangga darurat ada dua orang bodyguard yang melihat mereka. Mata mereka bertatap-tatapan.
"Ketemu juga akhirnya. Mau kemana, heh?"
"Kami tidak akan melepaskan kalian berdua." Dean mengumpat, Kim mundur beberapa langkah.
Kedua bodyguard itu mendekati Dean dan Kim, Dean langsung menedang perut bodyguard yang mendekati Kim dengan lututnya berulang kali, bodyguard itu meringis kesakitan. Bodyguard satunya bersiap melayangkan tinju ke pelipis Dean, Dean menghindarinya dan memberikan tendangan tepat mengenai kepala samping bodyguard itu, ia ambruk ke lantai. Dean mengulanginya kepada bodyguard yang satunya hingga ia menabrak dinding sebelahnya, badan bodyguard itu mengeluarkan suara cukup keras saat menghantam dinding. Melihat ada kesempatan Dean menarik tangan Kim menuju tangga darurat.
"Kami menemukan mereka," ucap bodyguard itu pada temannya melalui headset.
"Di mana?"
"Di lantai tiga dan mereka lari menggunakan tangga darurat," ucapnya sambil meringis.
Dean menuju lantai lima, Dean sudah menyiapkan speedboat untuk pergi dari Sun Night. Ketika ia membuka pintu tangga darurat sudah ada enam orang bodyguard yang menunggunya, Dean kembali berkelahi dengan mereka, tidak lama kemudian bodyguard yang lainnya juga datang.
"Sial tidak ada habisnya!"
Dean menarik tangan Kim menuju Hall utama di sana sangat ramai, ternyata ada acara resepsi pernikahan, mereka berdua memasuki Hall itu dan berjalan menghindari keramaian di ruangan tersebut, di belakang mereka bodyguard itu terus mengejar. Dean dan Kim berjalan cepat hampir berlari untuk menghindari mereka. Sesampainya di luar, dua orang misterius itu melihat Kim yang dipegang oleh Dean.
"Itu dia," ucapnya. Ia menarik lengan rekannya.
"Kita tangkap wanita itu." Mereka berdua berlari mengejar Dean dan Kim.
Dean menoleh ke belakang dan dahinya berkerut, ia melihat dua orang asing dan yang jelas mereka bukan bodyguard dari acara pelelangan. Dean mempercepat larinya, nafasnya Kim sudah tersenggal-senggal karena ia berlari sangat cepat mengikuti langkah panjang Dean. Sesampainya di bagian belakang sudah banyak bodyguard yang menunggu ditambah dua orang asing itu. Rahang Dean mengeras, ia akan sangat kelelahan menghabisi musuh sebanyak ini, tapi tidak ada pilihan lain, ia harus melakukannya. Dean menyuruh Kim mundur dan ia mulai menumbangkan satu persatu bodyguard itu. Dari atas Madam melihat Kim dan ia tersenyum miring. Ia mendapatkan laporan dari anak buahnya dan langsung menuju lantai lima sambil membawa senapannya.
"Mau lari ke mana? Barang yang sudah laku tidak bisa berganti tuan begitu saja," ucapnya, ia menatap tajam Dean. Madam memejamkan sebelah matanya dan sebelahnya lagi fokus pada Dean, ia bersiap menembak Dean.
Dean mulai kehabisan tenaga, nafasnya mulai terputus-putus, dadanya naik turun. Satu persatu bodyguard itu tumbang. Kini ia sedang berhadapan dengan tiga orang sekaligus.
DOR!
Sebuah peluru terlontar dan hampir mengenai kepala Dean, beruntung ia merunduk walau itu tidak sengaja. Setelah menjatuhkan lawannya, Dean melihat siapa yang menembak dirinya dan ia melihat wanita yang dipanggil Madam sedang memegang sebuah senapan laras panjang sambil tersenyum miring.
"Mau kau bawa ke mana gadis itu? Dia sudah memiliki tuan dan jangan mencuri dirinya dari tuannya," ucap Madam cukup keras.
"Dia tidak dijual," balas Dean dingin dan tak kalah kerasnya.
"Hahaha… tidak dijual katamu? Aku bahkan mendapatkan dia dengan cara membeli datanya dari manager tempat ia bekerja."
Kim membulatkan matanya tidak percaya, jadi yang membuat dirinya menjadi incaran orang jahat adalah managernya sendiri, Kim terhuyung ke belakang. Selama ini ia tidak pernah membuat masalah selama bekerja dan manager-nya pun selalu bersikap baik padanya, apa salahnya yang tidak ia ketahui pada manager-nya hingga ia tega menjual informasi dirinya pada orang jahat. Kim merasa kepalanya berputar-putar, Dean menangkap dirinya saat tubuhnya akan ambruk.
"Kuatkan dirimu, dunia ini memang kejam," ucapnya lirih tanpa melihat Kim. Tatapan matanya masih fokus pada wanita di lantai atas.
Sementara itu dua orang misterius yang mengejar Dean dan Kim menghindar dari perkelahian. Madam hendak menembakan pelurunya yang kedua, jari manisnya sudah siap menekan pelatuk. Tepat jarinya akan menekan pelatuk, tangannya terkena tembakan, senapan itu jatuh ke lantai lima.
"SIAPA YANG BERANI MENEMBAKKU!" teriaknya, ia melihat ke samping dan menemukan pria asing dengan senapan di tangannya. Madam membebelakan matanya, wajahnya terlihat sangat mengerikan.
DOR!
Satu peluru mengenai bahu pria yang menembak Madam, pria itu merintih kesakitan. Madam menoleh dan melihat Van sudah berada di sampingnya.