Rumah Sakit Kensington, London.
Noel memasuki kamar VIP yang akan menjadi tempat sang kakak dirawat sampai sembuh. Ia mengedarkan bola mata cantik hazelnya ke setiap sudut, dengan decakan kagum ketika pria yang menjadikannya simpanan sungguhan memberikan fasilitas terbaik sesuai janji.
Tidak mengapa menjadi wanita simpanan, asal sang kakak yang kini sedang dibaringkan dengan penuh kehati-hatian di ranjang sana bisa segera pulih, ia rasa semua pengorbanannya setimpal.
Ia melirik tas kecil berisi barang pribadi kakaknya dengan senyum sedih, kemudian memeluknya dengan erat seakan tidak ingin kehilangan apa yang ada di dalamnya.
"Nona Felicia!"
"Ah! Iya?" Noel segera menoleh ke asal suara, dimana seorang perawat tersenyum dan menghampirinya.
"Tuan San sudah kami pindahkan, dokter akan memeriksa setiap enam jam sekali dan kami juga akan segera menghampiri saat anda menekan tombol darurat," jelas sang perawat, kemudian menunjuk letak tombol yang dimaksudnya. "Dan di sana tombolnya, apa Nona mengerti?" lanjutnya memastikan.
Noel yang mengikuti arah tunjuk sang perawat segera mengangguki, kemudian tersenyum ketika menoleh. "Tentu saya mengerti, Suster."
"Kalau begitu kami permisi, Nona."
"Iya."
Noel hanya bisa mengikuti dalam diam saat para perawat yang meninggalkan ruangan serta menutup pintu dan menyisakan dirinya sendiri di sini.
Blam!
Kembali ia menoleh, menatap sekitar untuk terakhir kali sebelum akhirnya menghampiri sang kakak di sana dan kemudian duduk di samping ranjang. Ia juga segera menggenggam tangan pria kesayangan, tentunya setelah meletakkan tas yang dibawanya di dalam sebuah nakas.
Ruangan ini lebih hangat dibandingkan ruang pertama yang kakaknya tempati, lebih luas dan yang pastinya lebih mahal. Namun ia tidak memusingkan itu lagi, karena hidupnya sudah terjamin dan kembali seperti dulu dalam hal finansial.
Ya, bahkan pria itu mengatakan seseorang akan membantunya mengurus masalah universitas untuk jenjang pendidikan selanjutnya.
"Kak San, maaf Noel mengecewakanmu. Kakak pasti akan menatap Noel dengan jijik kalau sampai tahu, adikmu yang dulu tidak tahu apa-apa sekarang menjadi seorang simpanan."
Noel meremas lembut genggaman tangannya, kemudian menempelkan kepada pipinya dan merasakan betapa besarnya telapak tangan sang kakak di sana. Ia tersenyum sendu, karena tidak akan lagi bebas bertemu setelah ini.
"Tapi Kak San tenang saja, karena setelah selesai dan pria itu bosan kepada Noel, maka Noel akan hidup bersama Kakak lagi, oke?"
Sejenak ia menikmati kebersamaannya dengan sang kakak, masih memuaskan diri karena ia masih harus ke sekolah untuk menyelesaikan urusan. Ia juga masih harus menjalani aktivitas terakhir di sekolah, mempersiapkan dan mencari tahu universitas yang akan dipilihnya sebagai tempat belajar selanjutnya.
Dan merasa jika waktunya untuk pergi sampai, ia pun memutuskan untuk menyudahi dengan mengecup punggung tangan sang kakak lembut.
"Noel pergi, love you San," bisiknya sambil menatap sendu sang kakak.
Beberapa saat kemudian…
Kensington Aldridge Academy, London.
Sekolah yang menjadi tempat Noel menimba ilmu sampai umur 17 tahun tetap ramai seperti biasa, apalagi saat ini kegiatan belajar untuk kelas akhir ditiadakan karena mereka yang datang memang hanya untuk menghabiskan sisa waktu.
Ya…, sekedar membahas universitas, bahkan pesta prom yang akan diadakan tepat sebelum pengumuman kelulusan.
Di mejanya, Noel dan satu orang sahabatnya sedang berbincang membahas masalah universitas yang akan mereka pilih.
Seperti yang diketahui, jika awalnya Noel sudah menyerah dan mengatakan kepada sang sahabat jika ia tidak akan langsung melanjutkan pendidikan, maka saat ini si sahabat yang mengetahui Noel akan segera berkuliah tanpa menunda memasang wajah bertanya-tanya.
"Kamu serius, Noel?"
Untuk kesekian kali sahabatnya— Catrine bertanya dengan ekspresi sama yaitu penasaran dan senang sekaligus.
Jelas saja, ia sudah kecewa karena tidak bersama Noel di masa menjadi mahasiswa. Lalu saat ini, ia justru mendengar sendiri jika sahabatnya akan mengambil jurusan seni meskipun belum tahu akan masuk di universitas mana.
Ia sendiri masuk di universitas sama dimana kakak sepupunya mengambil jurusan arsitektur yaitu di Royal Collage Of Art.
Noel yang mendengar pertanyaan itu kembali mengangguk, ia tersenyum manis untuk meyakinkan sahabatnya yang sudah bertanya berulang kali. Ia juga kembali menjelaskan jika ucapannya benar, meski tidak semua penjelasan dikatakan olehnya dengan terang-terangan.
"Iya Cat, aku bisa kuliah tanpa menunda. Awalnya aku pikir memang tidak akan cukup untuk biaya rumah sakit Kak San, tapi ternyata ada uang asuransi yang masuk dan di sana ternyata termasuk pendidikanku, (Maaf aku berbohong, Cat)" jelas Noel kemudian melanjutkannya dalam hati.
Wajah lega seketika terpancar dari dari Catrine yang kini pun memeluk Noel dengan erat. Ia menepuk-nepuk punggung sahabatnya dengan senang membuncah dan menatap sambil menggenggam erat kedua tangan itu.
"Royal Collage Of Art."
"Huh?"
"Royal Collage Of Art. Aku akan masuk universitas sana, Noel. Mari kita kembali bersama-sama dengan masuk universitas sama. Meskipun jurusan yang kita ambil berbeda nantinya, tapi yang penting kita bersama ketika istirahat tiba," jelas Catrine setelah sempat membuat Noel bingung.
"Aku kira apaan," sahut Noel tanpa mengiyakan apa yang dikatakan sahabatnya, karena yang menentukan universitas mana tempatnya mengambil sarjana hanya pria itu, pemiliknya saat ini.
"Jadi bagaimana?"
Catrine sendiri sudah menatap Noel dengan berharap, membuat yang ditatap hanya bisa meringis dan memasang wajah ragu, meski pada akhirnya tetap menenangkan sang sahabat agar tidak perlu khawatir.
"Nanti aku pikirkan, tapi aku tahu kok di sana untuk jurusan seni bagus, maka itu aku akan pikirkan ini secara tenang dan tidak gegabah. Oke?" tukas Noel merayu.
"Sip deh…." Akhirnya Catrine kembali tersenyum lebar, membuat Noel yang melihatnya ikut tersenyum dengan genggaman tangan yang ikut pula mengerat.
Aku sepertinya harus mengatakan ini kepada Tuan Gael, semoga dia mau menuruti apa keinginanku, batin Noel.
"Oh iya, bagaimana dengan prom night nanti?" tanya Catrine antusias.
"Eh! Prom, prom night?" Noel hanya bisa mengulangi dengan wajah melongo dan pikiran bercampur.
Dulu, mungkin ia akan segera mengiyakan selama itu bersama Catrine yang akan selalu ada di sisinya. Namun sekarang, apakah ia akan diizinkan Tuannya yang mengatakan jelas ia tidak diperbolehkan keluar penthouse kecuali ke rumah sakit dan kampus di masa mendatang?
Duh, bagaimana ini? Aku baru bersama Tuan Gael dan sudah banyak meminta, yang ada dia pasti marah dan izin tidak mungkin kudapatkan dengan mudah, batinya takut.
"Iya, prom night. Kamu tidak mungkin lupa 'kan, karena teman yang lain saja jelas-jelas sedang membahasnya di sekitar kita saat ini," tutur Catrine sambil melihat sekeliling.
Noel sontak ikut melihat sekeliling, dimana ia memang mendengar teman-teman sekelasnya sibuk mencari pasangan untuk malam itu.
"Jangan-jangan, kamu juga lupa lagi kalau beberapa pria di sekolah sudah memberimu surat ajakan untuk ke prom nanti? Oh my gosh Noel…"
Catrine mengerang dan menatap Noel dengan gelengan kepala, sementara itu yang ditatap justru menepuk kening pelan dengan hati meringis.
Gael akan menggantungku secara terbalik kalau tahu soal ini. Ya Tuhan, aku bahkan belum benar-benar menjadi simpanannya, batin Noel meratapi diri.
"Jadi bagaimana?"
Bersambung