Di sebuah ruangan temaram, terlihat seorang gadis yang berdiri di dekat jendela, memandang bangunan tinggi dan suasana kota yang di penuhi lampu-lampu gemerlap yang menyilaukan mata. Sang gadis tampak merenung. Namun tak lama renungannya di pecahkan oleh suara seseorang dari belakang.
"Dyanra, bagaimana keadaanmu sekarang, setelah tinggal di rumah pria itu?" Tanya Dave
"Sangat baik Dave," jawab Dyanra dengan senyum miringnya, dan masih membelakangi Dave.
Dia adalah Dyanra Oktavia, si gadis polos dan menggemaskan, namun di balik wajah polosnya tersimpan sebuah Rahasia besar. Dia pura-pura amnesia untuk mengelabui dokter Raihan dengan memasang wajah polosnya agar dokter itu iba, karena dia ingin memanfaatkan dokter Raihan untuk membalas dendamnya.
Dari awal Dyanra tau semua rencana Raihan di rumah sakit itu. Dia mengetahui bahwa dokter itu menaru hati padanya, setelah melihat dokter itu datang diam-diam ke ruangannya saat tengah malam dan dengan kurang ajarnya mengelus pipinya. Dia saat itulah rencana jahat Dyanra di mulai.
Dyanra juga tau rencana Raihan yang ingin menghancurkan pamannya, dan memang hal itulah yang Dyanra inginkan memanfaatkan Raihan untuk menghancurkan pamannya tanpa mengotori tangannya sendiri. Dyanra sengaja memalsukan informasi mengenai keluarganya, bahwa dia sudah tidak memiliki keluarga dengan bantuan Dave, agar Raihan mencari tau sendiri mengenai keluarganya.
"Apa kamu tidak takut Raihan tau semua rencana dan kebohongan kamu?" Tanya Dave lagi
"Tidak, dia tidak akan tau semua rencana yang telah aku susun dengan rapi," jawab Dyanra menghadapkan dirinya kearah Dave dengan tersenyum manis.
"Dan kamu hanya perlu diam dan membantuku jika aku butuhkan saying," ucap Dyanra sembari mengelus wajah Dave secara sensual.
Dave yang merasakan perlakuan Dyanra hanya terdiam kaku, Dave mencintai Dyanra, sangat mencintainya, sehingga dia rela membantu Dyanra untuk menjalankan rencananya, dan Dyanra tau bahwa Dave menaruh hati padanya dan hal itulah yang dimanfaatkan Dyanra, Dave pasti tidak akan menolak jika Dyanra meminta bantuannya.
Anggaplah Dyanra rubah licik karena memang begitu, dia akan menghalalkan segala cara untuk membalas dendamnya.
"Apa kamu sudah jatuh hati padanya Dyanra?" Tanya Dave menatap Dyanra, yang terdiam kaku mendengar pertanyaan.
"Tidak, fokusku sekarang hanya menjalankan rencanaku, aku tidak akan melibatkan hati di dalamnya!!" bantah Dyanra.
Dave yang mendengar itu hanya tersenyum miris, Dave tau Dyanra sudah mulai mencintai dokter itu terlihat dari kegugupan Dyanra saat di tanya dan perhatian-perhatian Dyanra yang selama ini dia lihat. Karena selama ini Dave memang memantau Dyanra tanpa sepengetahuan gadis itu.
"Baiklah Dave, aku pulang dulu, dan jaga dia untukku Dave," pamit Dyanra keluar dari ruangan itu.
Dave hanya mengangguk dan melihat punggung Dyanra yang sudah hilang di balik pintu.
"Semoga semua rencana kamu berjalan dengan lancar Dyanra, aku akan selalu ada untukmu meskipun kamu tidak pernah menganggapku dan semoga Raihan tidak tau rencana kamu yang sebenarnya, karena jika dia tau kamu bisa dalam bahaya Dyanra karena Raihan sama liciknya denganmu," ucap Dave .
Sementara di Apartement Raihan sedang kelimpungan mencari Dyanra, karena dia tidak melihat Dyanra di dalam Apartement. Tadi Raihan ketiduran dan dia baru bangun, dan menyadari bahwa Dyanra tidak ada di Apartement.
"Aku pulang!!" teriak Dyanra, memasuki Apartementnya dengan menenteng banyak kantong kresek berisi beberapa bahan masakan dan juga cemilan.
Raihan yang mendengar teriakan Dyanra berlari kearah pintu Apartement.
"Kamu dari mana?" Tanya Raihan memasukkan tangannya ke saku celana dan berdiri dengan gagahnya di depan Dyanra.
Dyanra yang melihat ada tubuh jangkung yang menghalanginya, dia mendongakkan wajahnya dan melihat Raihan sudah berkacak pinggang, memasang wajah kesalnya.
"Dari supermarket mas, belanja bahan-bahan makanan, bahan di kulkas sudah habis," jawab Dyanra.
"Terus kenapa kamu nggak bangunin mas, ini sudah jam 8 malam loh Dy, terus kamu itu lagi sakit malah kelayapan?" Tanya Raihan lagi
"Aku tadi lihat mas, tidurnya pulas banget, jadi nggak aku bangunin, aku udah mendingan kok mas," jawab Dyanra.
"Udah ah mas tanyanya, aku mau naruh bahan-bahan dulu di dapur," ucap Dyanra mendorong tubuh Raihan kesambing dan melongos pergi dari hadapan Raihan.
Raihan yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Dyanra dan menyusul gadis itu ke dapur.
"Mas mau aku masakin nggak untuk makan malam atau mau go food aja?" Tanya Dyanra
"Masakin dong, kan kamu sudah beli bahan makanannya tadi," jawab Raihan melihat Dyanra yang masih memasukkan beberapa bahan masakan di kulkas.
"Nggak ah, Dy capek habis belanja, jadi go food aja ya, hehehe," ucap Dyanra berdiri dihadapan Raihan.
Raihan yang mendengar itu, hanya bisa menghela nafas, dan heran dengan tingkah absurd Dyanra.
"Terus, kenapa nanya kalau ujung-ujung go food?" Tanya Raihan mencubit hidung Dyanra main-main
"Udah mas nggak bisa nafas ini!" seru Dyanra menarik tangan Raihan dari hidungnya.
"Aku mau ngejailin mas aja!!" jawab Dyanra berlari, keruang keluarga
Raihan yang melihat itu, berlari mengejar Dyanra.
"Awas kamu ya," Ucap Raihan
Hap!!
"Ketangkap kamu!" seru Raihan yang berhasil menangkap Dyanra, kemudian menggelitiki pinggang gadis itu.
"Sudah mas…hahaha…geli!" seru Dyanra berusaha melepaskan diri dari gelitikan Raihan.
"Makanya jangan jailin mas lagi," ucap Raihan menghentikan gelitikannya dan bersandar di sofa.
"Ayo pesan go foodnya mas Dy laper nih," ucap Dyanra mengelus perutnya.
"Ok!" ucap Raihan
Beberapa menit kemudian, makan yang mereka pesan telah sampai, mereka menyantap makanannya dengan hikmat, setelah itu kembali ke kamar untuk beristirahat, karena kelelahan.
Keesokan paginya Raihan bangun terlebih dahulu dan melihat keadaan Dyanra yang masih tertidur pulas. Setelah itu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak lama kemudian setelah membersihkan diri, Raihan keluar dari kamar mandi dan melihat Dyanra yang masih tertidur. Raihan mendekati Dyanra dan mengecek suhu tubuhnya yang ternyata masih panas, tapi sudah tidak sepanas semalam.
Semalam Dyanra mengalami demam tinggi dan Raihan harus terbangun tengah malam untuk mengompres kening Dyanra.
Flashback on
"tolong…tolong…tolong!" teriak Dyanra dalam tidurnya
Raihan yang mendengar teriakan Dyanra terbangun dan mendapati Dyanra yang mengigau dan demam tinggi.
"Dyanra, hei kamu kenapa?" Tanya Raihan memeluk tubuh Dyanra dan mengelus punggungnya.
Perlahan-lahan nafas Dyanra sudah mulai teratur dan tenang di pelukan Raihan. Raihan yang melihat gadis itu sudah tenang kembali merasa lega dan melepas pelukannya, setelah itu membaringkan Dyanra kembali. Kemudian turun ke bawah untuk mengambil kompres. Sekitar jam satu malam Raihan kembali merebahkan dirinya di samping Dyanra.
Flashback of
"Mhhh!" gumam Dyanra terbangun dari tidurnya.
"Mas!" panggil Dyanra.
"Iya, mas disini!" seru Raihan dari arah pintu kamar, yang sedang membawa piring berisi bubur dan juga segelas air untuk Dyanra.
"Kenapa mas nggak bangunin aku?" Tanya Dyanra
"Kamu masih sakit Dyanra, mas mana tega bangunin kamu," jawab Raihan menyodorkan sesendok bubur ke mulut Dyanra.
"Hari ini kamu nggak usah sekolah ya, kamu di Aparetement aja, biar mas yang izin ke wali kelas kamu, kalau kamu sakit," ucap Raihan. Dyanra hanya menggangguk mendengarnya, dia seperti tidak memiliki tenaga untuk menjawabnya.
Sebenarnya Raihan ingin menanyakan ke Dyanra, tentang mimpi Dyanra tadi malam, tapi Raihan yang melihat Dyanra masih lemas, mengurungkan niatnya.
Beberapa menit kemudian setelah sarapan dan menyuapi Dyanra. Raihan pamit untuk berangkat ke sekolah.
Ketika hendak keluar dari gedung Apartement, tak sengaja Raihan melihat seseorang yang mencurigakan yang sedang menatap Apartementnya. Raihan menghampiri orang itu.
"Kamu ngapain ngeliatin Apartement saya terus?" Tanya Raihan.
Orang yang di tanya menoleh kaget, melihat Raihan.
"Saya hanya ingin mengantar paket pak untuk mba Dyanra?" jawab orang itu
"Kamu bisa berikan ke saya, Dyanra itu istri saya, biar saya yang kasi ke dia," ucap Raihan menyodorkan tangannya untuk mengambil paket itu.
"Ini pak, terima kasih," ucap orang itu, memberikan paketnya dan pergi dari sana.
Melihat orang yang di curiagi sudah pergi, Raihan pun langsung tancap gas menuju ke sekolah.
"Hampir saja aku ketahuan," ucap orang itu, yang sebenarnya adalah Dave, dia mengetahui jika Dyanra sedang sakit. Dia tau dari beberapa bawahan yang dia tugaskan untuk memantau Aparetement Dyanra.
"Halo Dy, kamu di Apartement kan? Aku mau ke situ," ucap Dave
"Kamu mau ngapain kesini, nanti kalau ketahuan gimana?" Tanya Dyanra balik ,di seberang telfon.
"Nggak akan, Raihan sudah pergi, sekarang aku ada di depan gedung Aparetement kamu," jawab Dave
"Nggak lebih baik kamu pulang, karena di Apartement ini banyak banget orang-orang suruhan Raihan dan di dalam Apartement aku ada CCTVnya dan hanya Raihan yang bisa akses, jadi lebih baik kamu pulang.
"Tapi Dy…"
Tuttt…..sambungan telepon di tutup oleh Dyanra.
"SIAL!" kesal Dave.
Dyanra yang baru saja memutus sambungan teleponnya, segera merebahkan diri di atas kasur, dia benar-benar pusing memikirkan rencananya. Di tambah Dave yang selalu mengganggunya. Memikirkan itu membuat kepala Dyanra serasa ingin meledak.
Untuk menenangkan dirinya, Dyanra turun ke bawah berencana untuk membuat segelas es teh untuk menyegarkan dirinya dan juga membuat beberapa cemilan, karena cemilan yang di belinya tadi malam sudah habis.
Setelah sampai di bawah, Dyanra segera menyiapkan bahan-bahan untuk membuat es teh dan juga cemilannya, sampai deringan ponsel berbunyi mengganggu kegiatan Dyanra.
"Siapa lagi sih!!" kesal Dyanra mengambil ponselnya dan melihat sang penelepon yang ternyata Raihan.
"Halo mas, kenapa?" Tanya Dyanra.
"Nggak apa-apa, cuma mau tanya kabar kamu, kamu sudah mendingan atau masih pusing?" Tanya Raihan diseberang telepon
"Sudah mendingan kok mas, ini aku sudah di dapur mau buat es teh sama cemilan?" jawab Dyanra
"Ya sudah, mas tutup teleponnya dulu ya, mas lagi di rumah sakit ini ada pasien," ucap Raihan.
"iya, mas semangat kerjanya!" ucap Dyanra.
Raihan yang mendengar seruan Dyanra hanya tersenyum dan mematikan sambungannya.