"Ann, lo tau sendiri, kan, anak-anak udah
pada heboh." Arvin berusaha membela
diri. "Kalo gue bilang gue salah nembak
cewek, sama aja dengan permaluin--"
Plakk!!
Satu tamparan mendarat di pipi kanan
laki-laki itu, membuat bagian itu kini
memerah dan berdenyut. "Bajingan!"
pekiknya. "Masih sempat-sempatnya lo
mikir soal malu di saat ada perasaan
yang dengan sengaja lo permainin? Lo ini
masih punya hati nggak sih?!"
"Ann."
Sumpah demi apa pun, Ann pasti
sudah meninju wajah laki-laki yang
bernama Arvin itu, jika saja Clara tidak
memanggilnya. Ia berbalik, menghampiri
gadis itu lantas menangkupkan kedua
tangan pada bahunya. "Gue antar lo
pulang, ya? Di sini dingin. Nanti lo sakit."
Clara menggeleng pelan. Sebelah
tangannya terulur, menurunkan tangan
Ann. "Shaka ada di rumah sakit. Lo harus
ke sana sekarang juga," katanya. "Cepat,
sebelum semuanya terlambat."
Mendengar nama laki-laki itu disebut,
membuat perasaan Ann mendadak jadi
tak karuan.