"Beneran, nggak apa-apa ditinggal?"
Shaka berdecak sekali. "Iya, Bang. Lo mau
pergi ke Aussie, bukan ke Mars apa. Masih
bisa video call."
Andra menutup buku tebal yang semula
dibacanya, lantas duduk di tepi ranjang,
di samping laki-laki itu. "Dek, kamu tau,
kan, apa yang Abang cemasin?" Tangan
kanannya terulur, mendarat leher Shaka.
Satu helaan napas lepas dengan berat
darinya, begitu merasakan suhu tubuh
Shaka naik. Wajah laki-laki itu juga
tampak pucat.
"Di luar matahari lagi terik, makanya kena
kulit jadinya panas." Shaka menurunkan
tangan Andra. Ia tersenyum singkat,
berushaa terlihat baik-baik saja. "Gue
baik-baik aja kok."
"Kamu pasti belum makan." Andra
beranjak dari tempat duduk. "Bentar,
Abang ambilin makanan."
"Bang, nggak usah--"
Percuma, Andra sudah keluar.
Beberapa menit setelahnya, laki-laki
kembali dengan membawa nampan
berisi makanan dan segelas air. "Habisin
makanannya," ucap laki-laki itu bernada perintah. "Kamu nggak boleh pulang