"Lihat apa yang sudah kamu lakukan ke dia! Lihat!" bentar pria itu sekali lagi sembari menghempas tubuh kecil Nara hingga jatuh di kaki Kania. "Dasar pembunuh!"
Rasa dingin menyelimuti ketika telapak tangan Nara bersentuhan dengan kulit sang Kakak.
"Enggak," ucap Nara dengan suara bergetar. "Nara bukan pembunuh." Ia bergerak bangkit, hendak menghampiri Mamanya, sekedar menjelaskan apa yang sudah terjadi. "Ma, Nara gak-"
"Diam kamu!" teriak Mamanya parau. Ada begitu banyak kepedihan yang bercampur kemarahan dalam suaranya. "Jangan mendekat! Mama gak sudi lihat muka kamu."
"Papa langsung narik tangan aku dan nyeret aku ke luar rumah. Dia ngunciin aku di luar, padahal waktu itu ada hujan deres dan petir," kata Nara dengan mengarahkan pandang ke muka air. Malam ini, dengan berbekal cahaya lampu tiang, ia dan Satria tengah duduk di ujung dermaga. Tempat yang tempo hari pernah mereka datangi.
Satria sengaja mengajak Nara kesana, untuk menenangkan diri.