Cewek itu langsung berlari ke dalam rumah ketika petir kedua terdengar. Ia langsung masuk ke dalam kamar dan meringkuk di dekat pintu, sembari menutup kuat-kuat kedua mata dan telinganya. Bibirnya bergetar hebat dan air mata mulai mengucur keluar.
"Eng-gak. Enggak. Nara bukan pembunuh. Nara bukan pembunuh," racaunya dalam tangis. Lagi-lagi kilasan itu datang dan menghantuinya.
Kepala Nara terangkat begitu ia merasakan ada bola bulu kecil menyentuh ujung kakinya. Dari sudut matanya yang berair, ia melihat seekot anak kucing dengan corak buku hitam putih coklat duduk di depannya, menatap dengan mata kelabu cemerlangnya. Anak kucing itu adalah Nana, piaraannya. Kucing itu mengejarnya hingga masuk ke kamar.
Nana mengeong pelan, seakan bisa merasakan kesedihan majikannya.
Nara mengulurkan kedua tangan, mengambil kucing tersebut dan menaruhnya dalam pangkuan. "Cuma lo yang gue punya sekarang," katanya mengelus pelan kepala Nana.