Nara menghitung dalam hati, sambil sesekali mengatur napasnya yang sudah mulai menderu. Kedua mata hazel yang biasanya cemerlang itu kini tampak mengembun.
Ia menatap lurus ke depan, ke arah dua orang−seorang laki-laki dan seorang perempuan−yang bahkan tak menaruh perhatian sama sekali padanya.
"Tega ya lo, Za," tuding Nara pada Reza, laki-laki yang berdiri di hadapannya. Tak terasa, satu bulir air mata jatuh mengenai pipinya. Angin malam di tepian jalan bertiup cukup kencang, membuat beberapa helai rambutnya yang terurai melayang menutupi sebelah sisi wajahnya, namun ia tak lagi peduli dengan tatanan rambutnya saat ini.
"Bisa-bisanya lo selingkuh sama dia, sahabat gue sendiri! Kenapa?" ia menuntut. "Gue ini pacar lo."
Salah satu sudut bibir Reza terangkat. "Pacar? Itu kan menurut lo." Dan tanpa memikirkan perasaan Nara yang tersayat-sayat sekarang, ia melingkarkan tangan ke pundak perempuan yang ada di sebelahnya lalu mengecup keningnya.