"Gue tau tuh muka," kata Arka sedikit takut. "Riani, gue baru sadar dari koma asal lo tau. Lo gak mau kan berurusan sama polisi gara-gara menganiaya pasien?"
"Gue bukan Riani!" sergah cewek itu. "Nyebut nama aja masih salah mau sok-sok-an ngerayu." Ia membuang muka kesal.
"Rini." Arka memanggil-manggil. "Reni. Rani. Aduh, siapa sih nama lo?" Ia berusaha keras mengingat nama cewek yang kini ada bersamanya. Aneh sekali, tak peduli sesering apa pun ia mendengar nama cewek itu disebut, tetap saja namanya akan cepat hilang dari ngatan.
"Panggil yang bener dulu, baru gue mau nengok."
Arka berdecak sekali. "Banteng."
Renata menggeram, lalu melirik Arka tajam. "Bisa gak sih gak usah panggil-panggil banteng bisa gak sih? Panas kuping gue!" omelnya. "Nama gue Renata, bege. Panggil aja Ren biar lebih gampang. Gue tau kapasitas otak lo gak memadai buat ngapalin nama lebih dari dua suku kata."
"Dih. Galak banget sih jadi cewek," dengus cowok itu. "Banteng kan panggilan kesayangan-"