Arka terkekeh sinis. "Gak tega? Gak tega lo bilang?" kelakarnya, "sejak kapan lo punya sifat gak tegaan sama cewek? Bukannya lo gak pernah peduli sama apa yang bukan urusan lo ya? Trus kenapa lo jadi permasalahin ini sekarang? Lo suka sama dia kan?"
Arsa hendak menjawab, namun hal itu urung ia lakukan.
"Tuh kan. Papa lihat sendiri dia diem sekarang," ucap Arka pada Papanya. Cowok itu lalu menoleh pada Arsa yang napasnya sudah menderu sejak tadi. "Lo suka kan sama Chelsea? Kalo suka, yaudah ambil."
Arsa yang sudah kehilangan kesabaran langsung berdiri, menghampiri Arka dan mencengkram kerah bajunya. Matanya menyorot tajam. "Dia bukan barang yang bisa dikasih-ambil seenaknya," geramnya, "Dia juga punya perasaan!"
Cukup sudah. Selama ini, Arsa berusaha menutupi perasaannya karena ia tahu Arka masih menyukai Chelsea. Ia ingin menjaga perasaan Arka, tapi sepertinya percuma. Arka sama sekali tidak peduli.