Matahari baru sepenggalan naik. Namun mendung sudah menutupinya, menyembunyikannya dalam kegelapan. Dokter Hans sudah bersiap-siap mengenakan jaket mantel yang cukup tebal. Hujan yang turun dari semalaman belum juga reda hingga hari cukup siang.
"Sebentar lagi aku akan tiba di kafe."
Tulis pesan Dokter Hans pada deretan nomor tanpa nama yang berada di ponselnya. Setelah menekan tombol send, Dokter Hans memasukan benda pipih itu ke dalam saku jaket mantel dan bergegas masuk ke dalam mobil.
Satu jam perjalanan, mobil luxury Dokter Hans berhenti di depan sebuah restoran cepat saji dari negeri bambu. Sesaat lelaki berkepala plontos itu memperhatikan ke sekeliling. Hanya ada beberapa mobil yang terparkir di luar halaman restoran, akan tetapi tidak ada satupun dari deretan mobil itu adalah mobil milik Sam.
Dokter Hans meriah ponselnya kembali, dan menekan deretan nomor tanpa nama yang berada di ponselnya.
"Di mana?" tanya Dokter Hans setelah terdengar sapaan dari seseorang di balik telepon. Netra Dokter Hans, masih memperhatikan ke sekeliling, barangkali ia lah yang salah melihat.
"Baiklah, aku sudah berada di restoran!" ucap Dokter segera mematikan ponselnya.
Restoran dengan gaya khas negeri bambu itu di lengkapi dengan desain khas dari cina. Hingga nuansa negeri itu sangat terasa sekali. Dokter Hans memilih bangku yang berada di lantai bawah, tepat di samping kolam kecil yang terletak di luar jendela restoran. Ikan-ikan kecil berenang di dalam kolam dengan air yang jernih itu.
Seorang wanita berseragam khas restoran itu berjalan menghampiri Dokter Hans.
"Selamat pagi, mau pesan apa?" tanya wanita itu ramah, ia menyodorkan buku menu pada Dokter Hans.
Dokter Hans meriah kaca mata yang selalu ia bawa dari dalam saku baju yang ia kenakan. Tanpa benda itu, dirinya tidak dapat melihat aksara dengan jelas.
"Saya pesan Yu Seng satu, dan Fu yung hai satu." Dokter Hans menujuk pada buku menu dengan foto makanan khas Cina yang mengunggah selera.
"Baiklah, akan segera kami siapkan!" jawab pelayan wanita yang berada di belakang punggung Dokter Hans.
Wanita itupun berlalu, bersamaan dengan datangnya lelaki bertubuh tinggi besar yang berjalan ke arah Dokter Hans. Senyuman tersungging dari kedua sudut bibir Dokter Hans menatap pada lelaki yang sudah ia tunggu-tunggu.
"Sam, bagaimana kabar kamu?" sapa Dokter Hans menyungingkan senyuman pada Sam yang duduk pada bangku di hadapannya.
"Dokter Hans, aku tidak suka bertele-tele. Sekarang cepat katakan rahasia apa yang kamu ketahui tentang Nico," cetus Sam, memicingkan matanya pada lelaki berkepala plontos yang duduk di hadapannya.
"Hahaha ..., Sam, Sam, jangan menjadi kacang yang lupa kulitnya!" Dokter Hans menertawai Sam. Lelaki beriris biru dan hidup pajang itu membalasnya dengan tersenyum sinis. "Memangnya aku tidak tau, apa tujuan kamu mendekati Sofia. Aku tidak ingin setelah kamu mendapatkan semuanya, kamu ingin menyingkirkan aku!" cetus Dokter Hans dengan nada sinis.
Sam tidak bergeming. Membiarkan lelaki yang usianya hampir mendekati setengah abad itu terus mengoceh pajang lebar.
"Dokter Hans, saya tidak memiliki banyak waktu untuk mendengarkan ocehan anda." Sam menarik tubuh mendekat ke arah meja. Netranya memicing menatap pada Dokter Hans, kesal.
"Baiklah Sam, aku akan memberitahu kamu sebuah rahasia besar. Asalkan berikan aku dari sepertiga perusahaan CP (COOPORATION) milik Nico," ucap Dokter Hans seketika membuat mata Sam mendelik.
"Apa?" cetus Sam terhenyak. "Sepertiga?" pekik Sam. "Apakah kamu sudah gila!" desis Sam meradang.
"Tidak! Jangan pernah berharap aku akan memberikan kamu sepeserpun lagi, Hans!" cetus Sam penuh penekanan. "Aku dan Sofia sudah memberikan kamu sebuah Vila milik Nico dan sekarang kamu masih meminta bagaian dari perusahaan itu!" Sam nampak kesal, ia menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. "Gila kamu!" hardik Sam.
"Aku yakin, setelah mendengarkan ini pasti kamu akan berubah pikiran," decih Dokter Hans penuh penekanan. Sorot matanya tertuju pada pelayan wanita yang membawakan pesanan ke arah mejanya. Lelaki itu menarik sedikit tubuhnya menjauh dari meja, begitu juga dengan Sam. Membiarkan pelayan itu meletakan makanan pesanannya di sana.
"Silahkan, Tuan!" ucap wanita itu.
Dokter Hans menjeda ucapannya. Begitu juga dengan Sam yang nampak sedang menahan kekesalan.
"Sekarang cepat katakan, apa maksud kamu?" cetus Sam menarik tubuhnya kasar ke dekat meja.
Dokter Hans tersenyum sinis, "Tenang Sam, tenang, aku hanya minta sepertiganya saja dari perusahaan itu dari kamu dan Sofia. Tidak berat kan, tentunya aku pasti akan membantu kamu untuk mempercepat mendapatkan itu," desis Dokternya Hans dengan wajah serius.
"Iya, tapi cepat katakan informasi apalagi yang kamu dapatkan, Sialan!" decih Sam meradang. Matanya membuka menatap kesal pads Dokter Hans yang bertele-tele.
Melihat Sam murka justru tidak membuat Dokter Hans takut. Ia justru semakin senang. "Jadi kalian bersedia memberikan sepertiga saham perusahaan itu untukku," ucap Dokter Hans seperti sengaja diulur-ulur.
"Iya!" sentak Sam menaikan nada suaranya, ia terpaksa mengiyakan permintaan lelaki itu agar Dokter Hans segera mengatakan rahasia itu.
"Bagus!" Senyuman lebar tersungging dari kedua sudut bibir Dokter Hans.
Satu tangan Dokter Hans meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak di atas meja. Sesaat lelaki berkepala plontos itu mengusap lembut pada layar.
"Baiklah!" Dokter Hans memasukan benda itu ke dalam saku kemeja yang ia kenakan. Kemudian mengalihkan tatapannya pada wajah Sam yang merah menyala, rahangnya mengeras dengan gigi bergemelutuk, menahan amarah.
"Beberapa hari yang lalu aku melihat Nico dan pengasuh Alisa berada di luar lobby salah satu rumah sakit di Jakarta. Kebetulan saat ini aku sedang mengantikan tugas seorang teman, dan apa kamu tau apa yang aku lihat, Sam?" Dokter Hans seperti sengaja ingin membuat Sam semakin penasaran.
Sam mendengus kesal. Membalas tatapan tajam pada Dokter Hans.
"Hahaha ...!" Lelaki itu tergelak melihat wajah Sam semakin memerah.
"Cepat katakan atau bogem ini akan membunuhmu!" cetus Sam mengarahkan kepalan tangannya pada Dokter Hans yang menghentikan tawanya.
"Oke, tenang Sam, aku hanya tidak suka kamu terlalu serius. Santai saja!" Dokter Nico mengangkat telapak tangannya di udara.
"Sepertinya Nico sudah dapat melihat kembali dan dugaanku selama ini benar. Bahwa operasi yang di lakukan oleh Dokter Firman beberapa bulan yang lalu berhasil." Wajah Dokter Hans terlihat serius.
"Apa?" Sam tercekat, netranya terbuka sempurna. "Berarti selama ini Nico sudah bisa melihat?" Wajah Sam semakin menegang, hampir seperti maling yang tertangkap basah.
"Yups, betul sekali!" Dokter Hans tersenyum kecil. "Nico adalah orang yang sangat cerdik, jadi kamu dan Sofia harus bersiap-siap dengan pembalasan terpahit yang akan Nico lakukan pada kalian," ucap Dokter Hans tersenyum sinis.
______
Bersambung .....