Chereads / Sang Penjerat Cinta / Chapter 18 - 18. Jangan Di Sini

Chapter 18 - 18. Jangan Di Sini

Mark mengerutkan dahinya saat mendengar apa yang diucapkan oleh Altea karena dia yakin jika wanita yang ada di dekatnya saat ini benar-benar Clarinda. Sebab dia sudah menyelidikinya dengan baik dan tidak mungkin dia melakukan kesalahan.

Altea berjalan mendekat ke arah Mark dan juga wanita yang ada di depannya itu. Dia menatap dengan saksama wanita yang ada di depannya itu dan semua itu untuk meyakinkan dirinya apakah wanita yang ada di depannya benar-benar sang kakak atau bukan.

"Katakan di mana dia?" tanya Altea pada wanita yang ada di depannya itu yang mengaku sebagai Clarinda.

"Siapa yang kau maksud?" jawab wanita yang ada di dekat Mark sembari menatap ke arah Altea.

Altea tersenyum dan dia tahu dengan pasti jika wanita yang ada di depannya itu bukan sang kakak. Sebab bagaimanapun juga sang kakak tidak mungkin tidak mengenali dirinya meski saat ini dia sedang menyamar.

Mark semakin bingung tetapi dia tidak akan banyak tanya terlebih dahulu karena dia akan melihat apa yang akan terjadi. Dia percaya penuh dengan apa yang dirasakan oleh Altea dan sekarang dia hanya ingin melihat sampai sejauh mana semua ini berlangsung.

"Mark, sebaiknya kita pergi saja dari sini karena wanita yang ada di dekatmu itu sama sekali tidak bisa memberikan kita informasi," Altea berkata pada Mark lalu dia membalikkan tubuhnya dan berjalan ke luar dari ruangan itu.

"Mengapa kau terburu-buru untuk pergi? Apakah kau sudah tidak ingin bertemu dengan aku?" ucap seseorang yang menghentikan langkah Altea.

Altea membalikkan tubuhnya karena dia ingin melihat orang yang baru saja bicara, dia hanya berdiri dan melihat seorang wanita yang tengah duduk di atas kursi roda. Di belakangnya ada seorang wanita yang sedang mendorong kursi roda tersebut.

Dia terpaku saat melihat wanita yang tengah duduk di atas kursi roda, dia tidak mengira dengan semuanya. Altea berusaha untuk melangkahkan kedua kakinya, dia ingin mendekat ke ara wanita itu dan bertanya akan hal-hal yang ingin ditanyakannya.

"Aku senang kau selamat," ucap wanita yang duduk di kursi roda itu lalu tersenyum lembut.

Wanita itu menatap Altea yang masih terpaku melihat ke arahnya lalu dia kembali berkata, "Apa kau tidak ingin memeluk kakakmu ini?"

Kedua kaki Altea langsung bergerak dan dia berjalan mendekat kepada wanita yang duduk di atas kursi roda. Wanita itu yang tidak lain adalah sang kakak yang ingin ditemuinya setelah dia ke luar dari hutan.

Tanpa banyak bicara Altea langsung memeluk Clarinda, dia tidak mengira akan melihat sang kakak yang duduk di atas kursi roda. Namun, dia merasa lega karena sang kakak selamat dari ledakan itu, Clarinda pun membalas pelukan sang adik.

"Kita bicara di tempat lain," ucap Clarinda setelah dia melepaskan pelukannya.

"Tunggu … jika kau Clarinda lantas siapa dia?" tanya Mark yang melihat dua wanita dengan wajah yang sama.

Clarinda tersenyum dan dia pun mengatakan jika wanita yang ada di depannya itu adalah seorang pengawal yang selalu menjaganya. Wanita itu pun akhirnya membuka penyamarannya dan dia melepaskan topeng yang dibuatnya sama persis dengan wajah Clarinda.

"Aku akan menghancurkan wajah samaran ini," ucap wanita itu sembari berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan dengan membawa topengnya.

"Kau juga bisa pergi karena sudah ada adikku," Clarinda berkata pada wanita yang ada di belakangnya.

Wanita itu mengangguk adan dia pun berjalan ke luar dari ruangan itu, setelah semuanya pergi Clarinda pun meminta Altea untuk mendorong kursi roda. Dia ingin menuju suatu tempat dan dia juga ingin tahu sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan sang adik.

Altea pun mengikuti apa yang dikatakan oleh sang kakak, dia hanya diam dan mengikuti apa yang diarahkan oleh sang kakak. Mark pun mengikuti mereka berdua dari belakang sebab dia juga ingin tahu apa tentang mereka berdua.

Clarinda meminta Altea untuk berhenti karena sudah tiba di sebuah ruangan, di mana ruangan itu adalah kamarnya. Dia merasa aman untuk bercerita jika ada di dalam kamarnya sebab di dalam kamarnya tidak ada kamera penyadap dan alat-alat yang digunakan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam kamar.

Mark membukakan pintu kamar itu dan mereka pun masuk ke dalamnya, dia pun menutup pintu kamar dengan rapat sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Clarinda. Stelah menutup pintu kamar Mark pun berjalan dan dia duduk di atas sofa.

"Jelaskan padaku apa yang sudah terjadi padamu?" tanya Clarinda pada Aleta.

Altea mengatakan semua hal yang sudah terjadi, dia sebenarnya ingin menghadiri acara pernikahan Clarinda dengan Don. Namun, di tengah jalan ada yang aneh dan dia pun mulai mengikuti apa yang dirasakan dan akhirnya terjadi perkelahian dengan orang-orang yang sudah membuatnya terjatuh ke perairan.

Semua hal diceritakan Altea dan tidak ada yang dia sembunyikan termasuk Samantha dan juga Alex yang membantunya. Dan dia juga tinggal di hutan selama penyembuhan semua luka-luka yang ada di tubuhnya dan akhirnya dirinya ke luar dari hutan dan menemukan informasi tentang ledakan itu.

"Apa kau tahu siapa yang menyerangmu?" Claridan bertanya kembali pada sang adik yang sudah menyelesaikan semua ceritanya.

Altea menggelengkan kepalanya karena dia belum tahu dengan pasti siapa orang-orang itu dan dia juga mengatakan jika Mark sedang menyelidikinya. Dia berharap jika Clarinda selalu ada di dalam perlindungan Tuhan dan juga orang-orang yang berkompeten.

Dia mengatakan pada sang kakak jika dirinya akan pergi untuk mencari tahu siapa dalang di balik kematian kedua orang tuanya. Altea sudah tahu harus pergi ke negara mana untuk memulai pencariannya.

"Bagaimana denganmu … mengapa ada orang yang ingin menghabisimu?" Altea balik bertanya setelah dia menjelaskan semuanya pada sang kakak.

Clarinda terdiam saat sang adik bertanya akan hal itu sebab dia tidak ingat dengan semua kejadian yang terjadi sebelum ledakan itu. Dia juga kembali teringat akan kabar sang suami yang nyawanya sudah tidak bisa tertolong lagi.

"Aku akan mencari orang itu dan membalaskan dendam atas kematian, Don," Clarinda berkata dengan mengepalkan kedua tangannya.