Tidak menunggu lama, Vino langsung membuka pintu belakang. Dengan perasaan penuh rasa iba kepada Anne, sangat malang nasibnya, Ia jauh dari kasih sayang. Mamanya hanya mempriotiskan dirinya untuk suksesnya kelanjutan perusaahnya itu, hidup Anne hanya do hantui kata belajar, belajar dan belajar.
Anne sudah terisak, tapi suara sirine jauh lebih keras sehingga tidak terdengar isak itu. Bahkan air matanya yang sudah berkali-kali ia usap dengan lengan bajunya sendiri. Dan Hati Anne bertanya-tanya bagimana bisa ada Vino bersama mamanya?
Saat Vino membuka pintu mobil itu, ia mendapati Anne sudah tersadar. Betapa kagetnya Vino, dan langsung membantu Anne untuk bangun dan duduk. Wajah pucatnya sudah tidak separah sebelumnya, hanya raut sembab yang kini Vino lihat, mata dan hidungnya memerah.