Tangan May masih di gapit bumi dan sepatu Vino, ujung jarinya menyelip sedikit, sehingga terasa terjepit dan kesakitan. Vino tertawa di dalam hati melihat tingkah lucu May, wanita yang mendadak menghidupkan hatinya itu hanya seorang May, cewek kucel yang berpenampilan serba sederhana. Bahkan lusuh dan sama sekali tidak menarik.
"Maysaroh!" Panggil Ibu Sulastri, guru Bahasa lewat buku absenya. Semua Siswa menengok ke belakang, mengarah ke singgasana May dan Anne di bangku Paling belakang dan pojok.
Mereka masih diam karena tidak mengerti kabar May, di panggih sekali lagi nama Maysaroh. Juga dengan suara lebih lantang, karena sudah ke tiga kali bu Sulastri mengabsen tanpa jawaban, bu Sulastri terpaksa berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke bangku-bangku muridnya.
"Kemana anak kumuh yang pandai sekali menulis puisi itu?!" Tanya bu Sulastri dengan tangan menggapit ke belakang, mencari sosok siswi yang diam-diam menjadi siswi kesayanganya itu.