Jalan pintas tiba-tiba saja turun dari langit atas kehendak Tuhan, hujan deras yang semula membasahi bumi dalam sekejab berhenti seakan sedang ada perintah. Langit terlihat cerah dan tidak ada sisa rintik hujan setelahnya.
Ke dua pemain itu kembali menyatu dalam satu pertempuran, mengerahkan skill masing-masing. May berbekal ke jeniusan, sedang preman-preman itu bermodal kekuatan supernya. Keduanya akan bertarung demi keselamatanya sendiri-sendiri.
May terus berteriak hingga tenggorokanya terlilit lidahnya sendiri, dan batuk tersedak berkali-kali.
"Kak, bantu berteriak kenapa!" Kata May sebal, batuknya terus saja menganggu tenggorokanya.
"Masa iya kakak harus teriak-teriak kaya kamu?!" Awalnya kak Ahmad menolak, dengan alasan hanya karena gengsi jika harus menirukan gaya adiknya yang super lebay.
"Ingin selamat tidak?!" Jawab May sedikit membentak, dan menciutlah nyali kak Ahmad setelah mendengar tatapan pedas mata May.