Pintu depan masih tertutup rapat dengan ganjal kayu panjang yang di selipkan antara dua pintu, berkali-kali suara ketukan pintu itu membuat bising May dan kakaknya. Tanpa ucapan salam atau sapaan sekali pun.
Tidak biasanya se pagi itu mereka menerima tamu seperti pagi ini, atau hanya tukang sayur yang sedang mampir, begitu yang ada di fikiran May.
Kak Ahmad sudah yakin, itu adalah segerombolan rentenir yang berusaha akan mendobrak pintu reotnya. Saat itu tidak ada sepesel pun uang yang bisa menyelamatkanya, Ahmad hanya bermodal nekat dan pasrah.
"Aku saja kak" Bantah May tidak sabar, dia akan memilih jajanan favoritnya dari tukang sayur itu. Segenggam uang receh sudah di tarik dari dalam sakunya.
"Jangan!!" Bentak kak Ahmad mengagetkan May, ia sedikit mundur ke belakang dan menjauhi kak Ahmad.
Mereka terus beradu membuka pintu depan, dengan tebakan masing-masing, dan perasaan yang berbeda-beda. Ide di otak kak Ahmad juga tidak membantu saat itu, buntu dan tidak ber akal.