"Aku juga lupa kak" Jawab May tanpa raut senyum di wajahnya, ia sengaja memasang muka garangnya lagi. Agar Vino semakin penasaran dan mencoba meraih hati May.
"Di ingat-ingat dong" Ketus Vino lagi, padahal ia tidak ingin membahasnya lagi. Tapi entah pagi itu lebih nyaman berlama-lama di Perpustakaan dan mencari tema, sengaja Vino ingin berdebat dengan May kali ini.
"Kentut"
Dengan masalah yang di hadapi, Vino sama sekali tidak menyerah dengan keaadan. Dia mengandalkan tawanya untuk mengundang tawa May lagi, tapi May masih seperti keong yang lelet, lama merespon.
"Kentut bu Fina sebenarnya tadi tidak fals kok, cuma kurang pas cengkoknya"
"Hahahaha" May benar-benar keceplosan dan tidak bisa menahan tawanya lagi.
Lalu menempel jari telunjuknya di bibir, padahal dia sendiri yang membuat gaduh di ruangan.
"Aku tau kamu hanya pura-pura marah" Ucap Vino lembut, kemudian menancapkan sedotan ke air mineral dan meneguk tanpa ingin menawarkan kepada May.
Ahirnya May bisa menghirup nafas lega setelah tau Vino sudah lupa dengan hukuman yang mungkin akan di berikan kepadanya lagi. Vino menaruh lagi air minumnya setelah selesai tegukan terahir, May cepat-cepat mengalihkan tatapanya yang mematung dengan wajah tenang Vino. Untung Vino tidak menyadari hal itu.
"Kamu belum selesai menjawab pertanyaanku tadi" Terpaksa Vino mengungkit hal itu lagi, Karena tidak ada sesuatu yang lain, yang membuat Vino bisa menahan May.
"Pertanyaan apa?" May sudah lupa dengan pura-pura marahnya, dia bersikap ramah tanpa di sadari.
"Kenapa Anne yang menjalani hukuman?"
"Yakin kakak mau percaya sama aku?" May mencoba meyakinkan Vino sebelum menjelaskan semuanya, dengan mengambil alih pandangan Vino agar bisa terbius dengan tatapan tajamnya.
"Percaya" Kata Vino cepat, dia sudah menjadi korban hipnotis May. Vino berfikir May akan menceritakan bahwa May memang sengaja memberikan hukuman itu buat Anne.
"Jadi ceritanya hari itu ada ulangan bahasa Inggris" May mengambil nafasnya lagi.
"Lalu Anne memintaku untuk memberi contekan"
"Terus apa hubunganya?" Ketus Vino memutus pembicaraan May.
"Belum selesai kak Vino yang gan-" Hampir kepleset mulut May, tanganya sendiri mendarat menapuk bibirnya. Untuk Kata ganteng belum sempat Louncing dari mulutnya.
"Ganjen"May seketika menyambung kata-katanya sebelum Vino menebaknya sendiri, pasti tidak ada tebakan lain selain Kata ganteng dari mulut Vino.
"Ganjen kamu bilang? Bukanya itu kamu" Vino nampak ngegas tidak percaya, lalu melengos mukanya dari hadapan May.
May berfikir panjang, apakah dia harus nekat merubahnya. Ah tidak mungkin, dia mencoba menenangkan pikiranya agar lebih baik dari sebelumnya. Dan merancang jawaban yang tidak bisa membuat Vino naik darah lagi.
"Bukan ganjen kak maksutnya, salah ngomong tadi, seharusnya kakak yang baik"
"Tidak masuk di akal" Decap Vino sambil mengambil air minumnya lagi.
"Jadi mau lanjut denger ceritaku tidak?" Tanya May lembut, dia menahan tawanya karena botol air minum Vino sudah habis, tapi anehnya Vino masih meneguknya berkali-kali.
"Ya lanjutin aja"Jawab Vino ketus.
"Aku memang jago banget kak bahasa Inggris, makanya Anne suruh aku kasih contekan"
"Terus apa hubunganya?!!" Vino sudah semakin geram. Fikiran negative tentang May kembali muncul lagi di fikiran Vino, ia menuduh May sebagai wanita licik.
"Anne menawarkan dirinya untuk menuntaskan hukumanku, asal aku mau memberi contekan itu!" May menjelaskan dengan tuntas kecurigaan itu, tekanan Vino perlahan menurun dan sedikit bisa mengontrol emosinya.
"Sebentar sebentar, kamu jago bahasa Inggris? Muka kamu aja mirip bule kampung!" Jawaban Vino ngelantur, tidak se arah dengan topik jawaban May barusan.
Karena Vino sedikit menyesali kecurigaanya, dia memusatkan tatapnya ke arah mata May, dia sama sekali tidak menggubris niat candaanya itu.
"Ya biarin mirip bule kampung, dari pada kak Vino mirip monster" Rupanya May juga ingin berdebat lucu dengan Vino.
"Monster yang bisa menghantui hatimu" Tapi suara itu muncul dari belakang Vino, sontak ia menoleh ke belakang dan keget dengan tubuh tinggi menjulang itu, Aldi sahabatnya Vino sudah ikut campur kali ini.
"Kenapa kamu nimbrung sih, sana urusi ketekmu yang bau ini!" Kata Vino sambil menutup hidungnya, Aldi sudah paham watak sahabatnya itu, saat dia punya perasaan ke orang lain, dia tidak pernah memperlihatkan kelebihan atau keistimewaanya. Justru dia bersikap acuh agar target itu benar-benar geram tapi lama-lama meleleh karena sikap dewasa yang sengaja di buat mendadak itu.
"Sudah se dekat apa nih sama mbaknya?" Mata Aldi melirik gemas ke arah Vino dan May, dan senyum May bocor dan tertangkap di mata Aldi. Tapi Aldi masih menyembunyikan dari Vino, dan mengacak rambut Vino yang sudah tersisir rapi.
"Kenal aja belum kok dekat sih kak" Ucap May mencoba mengetes bagaimana reaksi Vino, dan itu di setujui Aldi yang mengedipkan matanya sebelah memberi kode oke untuk aksi May.
Muka Vino seperti marah tapi sedikit di tahan, matanya berbicara bahwa dia tidak terima. Vino diam karena tidak mau May menganggapnya marah karena tidak terima.
"Lawong iya" Jawab Vino terpaksa sambil menaruh janggutnya di meja. Aldi dan May saling melempar senyum nyiyir, serasa berhasil mendeteksi seberapa lucu reaksi Vino.
"Lucu ya kalian itu, belum kenal tapi udah saling cinta, hahaha!" Aldi terus menggoda tanpa celah, hati May tidak henti-hentinya tumbuh bunga bemerkaran. Berharap itu adalah sesuatu yang cepat terjadi.
" Hai kak siapa namanya?" May menanyakan nama sahabat Vino itu.
"Perkenalkan nama saya Aldi, Aldi saja!" Kata Aldi memperkenalkan diri.
"Namanya Aldi saja? Nama lengkapnya?"
"Ya Aldi saja"
"Cuma Aldi saja?" May masih saja belum faham.
"Gak mau di tambah lagi gitu namanya?" Tanya May lagi, membuat Aldi terkekeh sambil menggedor meja di sebelahnya.
"Mau di tambah gimana lagi, kan namaku Aldi saja" Kata Aldi hampir menyerah.
"Nggak malu apa namanya cuma Aldi gitu, terlalu pendek lo" Otak May memang belum 100% menguasai maksut Aldi, dia tetap saja menyalahkan nama pendek Aldi itu.
"Dengarkan baik-baik ya, namaku lengkap itu Aldi saja, depanya Aldi dan nama belakangnya saja. Gimana sudah waras otaknya?" Aldi sudah habis ke sabaranya, lalu meregangkan otot-ototnya agar kembali normal.
"Aldi saja ya? Gimana kalau aku kasih saran nama tambahan, aku yakin deh kak Aldi pasti suka" Entah otak May lagi tersumbat apa, yang jelas hari itu otaknya sama sekali tidak bekerja dengan baik.
"Sudah cukup Aldi sajaaa!!!" Teriakan Aldi begitu menggema karena ruangan itu terlalu tertutup, Vino ngos-ngosan sambil mengelap keringatnya.
May ketakutan dan menenggelamkan mukanya di dalam tas, lalu kembali mengangkat kepalanya setelah keadaan itu berdamai lagi.
"Pendek banget ya namanya, cuma Aldi doang"
Sudaaaaah!!!