Chereads / Wanita berkalung Tasbih / Chapter 2 - Maafkan aku

Chapter 2 - Maafkan aku

Faiza POV

Setiap Istri pastinya ingin dihargai dan dikasihi oleh Suaminya, begitu juga diriku. Mendengar ucapan mas Zein di dalam ponsel membuat hatiku sakit, sebutan wanita rendahan itu terasa tak ingin ku terima. Tapi ... Apakah aku harus protes terhadapnya? Sedangkan diriku menyadari bahwa Suamiku membenciku.

Pembelaan Tanvir terhadap ku terasa sangat menyayat hati, dia yang hanya mantan mampu menghargaiku, dia yang hatinya telah ku lukai masih bersikap baik padaku, tapi kenapa Suamiku sendiri justru bersikap kasar?

Tanpa terasa air mataku menetes, sakit sungguh sakit rasa dalam hati.

"Kamu ada hak apa menyumpahiku?! Faiza tidak akan pernah mendapatkan pria lain, orang tuanya telah berhutang banyak pada keluarga ku.Jadi simpan saja omong kosong mu!" Suara Mas Zein masih penuh dengan emosi, aku tak ingin pertengkaran Tanvir dan Suamiku terus berlanjut. Ku langkahkan kakiku menghampiri mantan terindah ku tersebut, ponsel di tangannya segera ku raih dan ku matikan.

"Kamu tidak perlu bicara apapun pada mas Zein! Bagaimana pun juga dia adalah Suamiku, aku tidak akan suka bila ada yang melukai perasaannya."

Normal...

Tanvir tertegun mendengarnya, dia tidak menyangka kalau wanita yang pernah dicintainya tersebut sungguh membela pria lain di hadapannya, bahkan tak menghargai perasaan diringa yang masih sayank hingga rela untuk ribut dengan kakak kembarnya.

Allah SWT berfirman: وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS. An Nisa: 124). Menjaga nama baik suami merupakan termasuk ahlak baik, kamu adalah wanita shalihah, Faiza. Aku minta maaf."

Setelah mengatakan kalimat tersebut, pria bermata safir tersebut Bangkit dari tempat duduknya lalu meninggalkan tempat tersebut.

"Kasihan Syehan, dia padahal berniat baik padamu. Orang yang bernama Zein itu sudah merendahkan martabat mu sebagai seorang wanita, apakah kamu tidak merasa keterlaluan pada Syehan? Dia memang bukan suamimu, tapi setidaknya bicaralah dengan baik, jangan marah-marah," tegur Nita. Ia tidak suka melihat gadis itu bersikap kasar pada sahabatnya, baginya sekali pun tidak suka tetap harus menegur dengan baik tanpa perlu harus marah-marah.

Faiza terdiam, ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Hatinya terlalu emosi hingga tak bisa mengontrol amarah, tapi apa yang dikatakan gadis itu memang benar. Dia tidak seharusnya bersikap terlalu kasar pada orang yang dengan niat baik terhadapnya.

"Aku tidak tahu, aku hanya merasa sedih, kesal dan ingin marah ketika mendengar ucapan mas Zein. Tapi ... Tapi aku juga tidak bisa melakukan apapun, bagaimana pun juga mas Zein adalah Suami ku, aku tidak boleh bersikap tidak baik padanya."

"Aku tahu itu, kamu pasti akan selalu berusaha untuk menjadi Istri yang baik, tapi setidaknya Suamimu juga harus menjadi Suami yang baik. Setidaknya seperti Paman Maulana, ayahnya Tanvir." Nita tetap tidak suka dengan cara Faiza menegur Tanvir, ia pun mengambil makalah di atas meja lalu kembali menatap gadis tersebut.

"Za, aku harap kamu mengerti antara Suami dan sahabat. Aku akan mengerjakan tugas ini dengan Syehan saja, kamu urusi Suami mu." Ia langsung berjalan melewati sahabatnya tersebut.

Faiza merasa sangat bersalah, sesungguhnya ia sama sekali tidak ada niat untuk menyakiti perasaan Tanvir. Dia juga tahu kalau pria tersebut selalu berniat baikterhadapnya, tapi dirinya juga seorang istri, seorang istri haruslah lebih memilih suaminya.

"Faiza."

Wanita tersebut tersentak ketika mendengar suara sang suami dari balik ponsel, ia pun menjawab panggilan panggilan tersebut."Iya, mas. Maafkan aku, tadi Tanvir yang menjawabnya, aku di kamar mandi, mas. Apakah mas ingin bicara denganku?" Dia berusaha agar sang suami tidak tahu bahwa dirinya menangis.

"Lain kali kalau kemana pun, kamu itu bawa ponsel. Aku tidak mau kalau sampai dia menyentuh apapun barang milikmu. Kamu juga jangan terlalu dekat-dekat dengannya," omel Zein dari balik ponsel.

"Iya, mas. Aku mintak maaf, aku tidak akan mengulnginya," jawab Faiza takut, ia tidak ingin membuat suaminya marah. Sekali pun pria itu jelas yang bersalah.

"Bagus, aku suka istri yang patuh. Aku akan menjemputmu nanti, kita akan membeli baju-baju yang cocok untukmu. Semua bajumu sangat tidak enak dipandang." Yang Zein maksud adalah baju busana muslim, dia lebih suka seorang wanita yang memakai baju seksi.

"Iya, mas. Saya akan memakai baju yang sangat mini kalau hanya bersama mas, mas tidak perlu khawatir. Saya akan berusaha untuki membuat mas senang." Faiza berubah menjadi sedikit formal pada suaminya. Ada perasaan takut setiap kali melihat pria tersebut marah. 

"Sudalah, aku mau kerja lagi sekarang." Zein langsung menutup panggilan telponnya setelah mengatakan kalimat tersebut.

"Hisk…Hiks…Ya Allah, kenapa aku selalu seperti ini? Aku bisa bersikap sabar tapi hati ini terasa sangat sakit. Aku juga punya perasaan." Faiza menangis setelah panggilan telponnya terputus. Ternyata dari kejauhan Tanvir masih memperhatikan wanita cantik tersebut, ia tidak tega melihat gadis yang dia sukai harus menderita. Tapi ia juga tidak bisa melakukan apapun, karena sang gadis sudah melarangnya.

"Za, maafkan aku. Sekarang aku hanya bisa berdoa, agar suamimu itu mengerti dan menghargaimu."

"Syehan." Nita memanggil pria rupawan tersebut dari belakang, ia tidak tega melihat seorang pria sebaik itu tersakiti. Menurutnya masih banyak wanita yang lebih baik dari Faiza.

"Aku tahu kalau kamu masih menyukai Faiza, tapi dia sudah menikah. Jadi … tidak mungkin bukan kalau kamu memberi perhatian lebih padanya? Bagaimana kalau kamu juga menikah, misalnya denganku?"

Tanvir terkejut mendengarnya, ia menoleh kebelakang. Sahabatnya itu terlihat malu-malu ketika mengatakan hal tersebut."Kamu pandai bercanda, bagaimana mungkin aku menikah? Aku bahkan belum ada wanita lain yang ingin ku nikahi."

"Aku, aku bersedia menjadi istrimu. Aku tahu kalau kamu belum ada rasa padaku, tapi aku yakin kalau lama-kelamaan rasa itu akan tumbuh. Bukankah kamu sudah 30 tahun, dan kamu tidak akan bisa membohongiku tentang siapa kamu. Kamu seorang CEO Mizuruky Corp yang datang ke kampus ini dan mengaku sebagai tukang cilok, padahal kamu bahkan tidak tahu cara membuat cilok. Kamu -." Ucapan Nita terhenti ketika Tanvir membungkam mulut gadis tersebut dengan telapak tangannya. Iris safirnya melotot memberi peringatan.

"Bisa tidak, kamu jangan ember? Aku tidak ingin semua orang tahu siapa diriku. Lagi pula ayahku meminta mencari seorang istri yang baik dan tidak pernah menilah seseorang hanya dari materi, jadi aku tidak bisa sembarangan membongkar identitasku.