Chapter 45 - Episode 45

Albara terus mengejar pria berbadan tegap di depanya hingga keluar Kota Raja, tetapi pria itu seperti menghilang begitu saja setelah melewati tembok kota, Albara berhenti kemudian melihat kiri kanan. Di sebelah nya depati Koto Tapus juga berhenti, seperti sedang mencari sesuatu tetapi tidak menemukan apa yang di cari.

"Albara sebaiknya kita waspada sepertinya ada seseorang berilmu tingi yang sedang mengincar kita" kata Depati Koto Tapus pada Albara.

Depati Koto Tapus yang selama ini dikenal dengan julukan "hanya malaikat maut yang dia takuti" sekarang terlihat agak gentar dengan kehebatan lawan. Albara kepikiran pria tersebut pasti mencarinya mungkin akan merebut cincin pintak pinto dari nya atau ada hubungannya dengan Ratu Mas.

"Benar tuan gerak geriknya sangat mencurigakan, dia sepertinya adalah orang berilmu sangat tinggi" Albara menimpali.

Setelah sasaran mereka benar benar lenyap Depati Koto Tapus dan Albara segera kembali ke vila tempat tinggal mereka, semalaman mereka bersiaga penuh tetapi tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

Paginya saat mereka bersiap menghadiri acara syukuran di istana Raja Sulaiman pria tegap dengan wajah sangat bengis, kembali berdiri di luar jendela menatap Depati Koto tapus dengan tajam, yang kebetulan duduk tidak jauh dari jendela.

Secara reflek Albara dan Depati Koto tapus melompat keluar kembali mengejar lelaki tersebut, mereka mengerahkan semua kemampuan mereka tapi tidak mampu memperkecil jarak di antara mereka. Pria di depan mereka terus berlari kini menuju ke istana Raja Sulaiman.

Albara dan depati Koto Tapus terus mengejar hingga ke istana, tapi setelah sampai di istana pria di depan mereka langsung menerobos tembok istana dan menghilang seperti di telan bumi. Albara kebingungan memeriksa tembok yang ditabrak pria tadi, alangkah heranya dia karena tembok tersebut tidak tergores atau meninggalkan membekas sedikit pun.

"Dia bukan manusia" kata Albara setelah buruan mereka menghilang dalam tembok istana.

Menghawatirkan keselamatan Raja Sulaiman di dalam istana, maka Depati Koto Tapus dan Albara segera memasuki Istana, tapi sepertinya tidak ada yang terjadi tamu yang sudah mulai berdatangan mengambil makan dan minum lalu duduk di tempat yang di seduakan bagi para tamu. Albara dan Depati Koto Tapus pun mengambil makanan dan minuman, kemudian menyatap makanan mereka di meja yang telah disiapkan untuk mereka.

Alangkah kaget nya Depati Koto Tapus dan Albara saat melihat di meja tidak terlalu jauh dari mereka. Terlihat pria yang mereka kejar, lagi ngobrol dengan akrab dengan Raja Sulaiman. Lelaki itu tiap sebentar menatap ke Depati Koto Tapus dengan pandangan yang sangat tajam. Pria itu bicara pada Raja Sulaiman dengan suara yang lembut hingga tidak terdengar oleh Depati Koto Tapus dan Albara.

"Saya di perintahkan Tuhan yang Maha Esa mencabut nyawa Depati Koto Tapus hari ini di daratan Hindia, saya bingung kenapa malah Depati Koto Tapus ada di sini. Apa takdir sudah tidak mengikuti perintah Tuhan yang Maha Esa" kata pria tersebut, kemudian meninggalkan ruang pesta dengan mata selalu menatap depati koto tapus dengan tajam.

Depati Koto Tapus merasa sangat takut saat melihat pria tersesebut selalu menatapnya. Melihat pria yang mereka kejar telah meninggalkan ruang pesta, segeralah Depati Koto Tapus dan Albara mendekati Raja Sulaiman, kemudian menanyakan siapa pria tersebut.

"Yang Mulia bolehkah saya tau, siapakah pria yang berbicara dengan yang Mulia barusan, dia selalu mengintai dan menatap hamba dengan tajam?!" tanya Depati Koto Tapus.

Raja Sulaiman menatap Depati Koto Tapus, lalu menjawab dengan santai.

"Dia adalah Malaikat Maut, sahabat saya"

Mendengar jawaban dari Raja Sulaiman seluruh bulu roma depati koto tapus berdiri, dia ketakutan luar biasa saat Malaikat Maut di sebut raja Sulaiman.

"Ooh Malaikat Maut ada di sini, yang Mulia tolibg antarkan saya kembali ke Daratan Hindia dengan pesawat angin, saya sangat takut melihat tatapan Malaikat Maut saat menatap saya" pinta Depati Koto Tapus pada Raja Sulaiman.

"Saya juga yang Mulia" kata al bara.

"Di sini tidak ada yang mau menerima sedekah, saya akan membuka bank wakaf di Daratan Hindia" sambung Albara, tapi di hatinya juga berharap Ratu Mas juga akan menyertai mereka.

"Baiklah saya akan mengirim kalian ke Daratan Hindia" kata Raja Sulaiman kemudian memanggil angin.

Angin yang menyerupai jet pribadi datang merendah mendarat di halaman istana, segera Depati Koto Tapus dan Albara masuk lalu duduk dengan santai. Jet Angin segera mengudara kemudian bergerak melebihi kecepatan pesawat tempur canggih buatan Amerika atau pun Rusia yang ada di zaman milinium trendy.

Albara kecewa saat menyadari kalau Ratu Mas tidak ikut mereka, bagaimanapun dia merasa Ratu Mas adalah Mulan dia lupa bahwa mereka sama tapi merupakan dua individu yang berbeda.

"Paman Depati, kenapa Ratu Mas tidak di bawa serta ke Koto Tapus" tanya Albara pada Depati Koto Tapus yang duduk di sebelahnya.

"Ooo iya paman lupa ngasih tau Albara, kalau Ratu Mas sudah menikah dengan Jendral Alfredito, tentu saja dia akan tinggal dengan suaminya di Kota Raja" jawab depati Koto Tapus.

Albara Sangat kaget dengan ucapan Depati Koto Tapus, lalu mulai mengubah topik pembicaraan.

"Maaf paman kalau Albara baru tau"

Sekalipun cukup menyakitkan di hati, Albara berusaha untuk tetap tenang, nenghibur diri dengan berpikir positif. Kekasihnya adalah Mulan bukan Ratu Mas. Berpikir tentang Mulan timbulah rasa kangen yang luar biasa di hati Albara. Ingin sekali dia segera kembali ke zaman milinial lalu menjumpai Mulan. Berbeda dengan Albara yang terlihat gelisah sebaliknya dalam perjalanan depati koto tapus terlihat santai, dan sangat menikmati perjalanan terbang untuk pertama kalinya dia terlihat sangat ceria sepertinya rasa ketakutan sudah menghilang.

Albara sangat heran dengan beberapa keajaiban yang ditemuinya selama bersama raja sulaiman, setelah Albara merasa tenang dia mencoba bertanya pada Depati Koto Tapus.

"Saya menyaksikan banyak sekali keajaiban yang di miliki Raja Sulaiman, seperti pesawat angin yang kita tumpangi sekarang apa kah ada sekolah khusus yang mengajarkan teknik pembuatannya?" Tanya Albara.

"Tidak ini bukan hasil belajar atau hasil penerapan teknik canggih, tapi Angin ini adalah salah satu mujizat dari Tuhan yang Maha Esa pada Raja Sulaiman, ada mujizat yang lain seperti cincin yang bisa mengendalikan angin serta jin dan dia bisa mengerti bahasa binatang dan banyak lagi yang lainya" jawab Depati Koto Tapus.

"Bukan saja Raja Sulaiman ada banyak dari pembantu dekatnya yang dapat karomah, setiap mereka yang mengagungkan Tuhan yang Maha Esa, dapat anugrah yang berbeda misalnya Asif bin Bukira di anugrahi kemampuan memmindahkan istana Ratu Balqis dalam sekejap mata" jelas Depati Koto Tapus.

Albara mengangguk seakan mengerti. Sehabis depati koto tapus bicara pesawat sudah berhenti di halaman rumahnya di Koto Tapus, mereka berdua keluar pesawat, tetapi saat mereka keluar mereka melihat Malaikat Maut menyerupai pria yang tegap berwajah begis yang mereka lihat di Istana Raja Sulaiman sudah menunggu dengan senyum penuh arti di depan mereka.

Dengan gerakan secepat cahaya tanpa mampu di elakkan oleh Depati Koto Tapus, seketika tangannya Malaikat Maut sudah memegang ubun ubun Depati Koto Tapus, detik betikutnya Depati Koto Tapus terkulai lemas jatuh dalam keadaan sudah tak bernyawa lagi.

Sekejap mata Malaikat maut menghilang dari pandangan, kemudian sosok bayangan lain berkelebat sangat cepat tau tau sudah berdiri di samping Albara, dalam waktu yang bersamaab tangannya telah memegang pergelangan tangan Albara. Sosok itu ternyata Kha Cang To Jin, tangan Albara ditarik dibawa berlari cepat hingga mereka seperti terbang sesaat kemudian mereka berhenti di depan Batu Diri.