Hati Rachel kembali terasa seperti diiris oleh pisau sangat tajam. Dada nya juga terasa sangat sesak. Garrel, cowok itu...
Rachel memejamkan matanya sejenak tidak membuat air matanya berhenti mengalir. Terdengar kekehan kecil begitu miris keluar dari bibir Rachel.
"Terus buat apa waktu itu kamu bilang kamu nggak jijik punya istri yang lahir dari wanita jalang, Rel? Kalau akhirnya kamu bilang jijik punya istri wanita jalang kaya aku, buat apa Rel?"
"Dan iya Rel kalau aku ini wanita jalang sama kaya mama karena buah nggak akan jatuh jauh dari pohonnya kan?
Rachel menarik napasnya dalam-dalam. "Kamu minta aku buat tanda tangan surat perceraian ini?" Rachel mengangkat map merah itu di hadapan Garrel.
"Iya, aku bakalan tanda tangan surat tanda tangan ini dan setelah ini aku bakalan pergi jauh dari hadapan kamu bersama anak kita," lanjut.
"Bagus, kalau perlu lo dan bayi lo enyah dari dunia ini karena gue udah muak lihat muka lo!" cetus Garrel membuat hati Rachel kembali terasa sakit.
