"Dea, sini lihat aku."
Gadis itu turun dari motornya dan tidak mau menatap Arga. Laki-laki itu menghela napas sambil membuka helm-nya sendiri. Ini pertama kalinya dia berpacaran dan dia memang payah dalam membaca mood perempuan. Tapi dia sekarang benar-benar bingung harus berbuat apa supaya masalah ini selesai. Dia bahkan sudah meminta maaf pada gadis itu dan tampaknya gadis itu masih belum puas juga.
Mata gadis itu akhirnya bertemu dengan matanya. Sepasang benda itu berkaca-kaca karena menahan air mata. Arga memejamkan matanya sebentar. "Aku minta maaf, okay? Yaudah, aku ga senyum-senyum lagi ke mereka."
Mata gadis itu masih menahan air mata. Bibirnya bergetar. "Aku kayak anak kecil ya?"
Arga melemaskan bahunya. "Dea, tadi aku Cuma kesal-"
"Salah ya, aku ga suka lihat kamu senyum ke mereka?" Dea berucap lagi. "Soalnya buat aku senyum kamu itu spesial. Kalo kamu kasih senyum itu ke orang lain lagi, berarti itu udah ga spesial 'kan?"