Dea menggigit roti panggangnya dengan cemas. Sejak kemarin Arga tidak menghubunginya dan bilang dia akan menjemput jam berapa. Apa laki-laki itu jadi mengantarnya ke sekolah?
Dea melirik ibunya yang sejak kemarin sedang ada dalam mood yang bagus.
Dia menengok ke sisi kirinya dan melihat ada sekotak brownies yang kemarin ibunya janjikan untuk Arga. Sudah bisa dipastikan kalau itu juga alasan ibunya tersenyum senang sejak kemarin. Padahal biasanya wajah ibunya selalu kusut di pagi hari.
"Pa, hari ini Dea berangkat bareng temen ya, gumam Dea ketika melihat ayahnya baru keluar dari kamar dengan kemeja kerjanya.
Ayah Dea mengerjap pelan. "Sama siapa?"
"Calon pacar," ibu Dea duluan menjawab sebelum Dea sempat keluar suara. "Ganteng banget loh, Pa. Bahkan Papa kalah ganteng sama dia."
Alis ayahnya terangkat sebelah. "Oh ya? Papa jadi ingin lihat."