Pagi ini Liya berangkat di antar oleh Alvin dengan mobil. Liya berjalan menuju kelasnya dengan langkah pelan. Ia menikmati udara pagi yang masih segar, serta memandangi daun yang sedikit berembun.
Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Itu suara Vano, Liya mengabaikannya seolah-olah dirinya tidak mendengar panggilan itu.
Tangan kanan Liya di cekal dari belakang membuat Liya mau tak mau berhenti melangkah.
"Kenapa nggak berhenti?" tanya Vano.
"Nggak denger," jawab Liya.
Jika kita membahas tentang kejadian kemarin, sejujurnya Liya sudah tidak mempermasalahkannya. Hanya saja jika untuk melupakan, dirinya belum seutuhnya bisa. Siapa yang tidak marah jika seseorang sudah berjanji lalu mengingkarinya tanpa alasan yang jelas?
"Marah? Katanya udah nggak."
Liya menghela napasnya. "Iya nggak." Lalu Liya tersenyum tipis.
Vano tersenyum melihat dan mendengar jawaban Liya. "Kemarin aku bantuin mamanya Shellia."