Liya dan Vano menunggu Ardan dan Vira di tempat yang sudah direncanakan kemarin. Liya berdecak kesal karena Ardan dan Vira tak kunjung datang.
"Van, coba Ardan telepon," suruh Liya.
"Bentar." Kemudian Vano mengambil ponselnya dari saku bajunya.
Layar ponsel Vano hanya menampilkan tulisan berdering dan tak kunjung berubah menjadi angka yang setiap detiknya terus bertambah. "Nggak dijawab, masih di jalan mungkin." Liya mengangguk saja.
Tak lama kemudian, suara deru motor mendekat, siapa lagi kalau bukan Ardan.
"Lama," kata Liya.
"Sabar, tadi macet," jawab Ardan.
"Ya udah, yuk," kata Vano kemudian menyalakan motornya, memang sedari tadi Liya dan Vano menunggu di atas motor. Mereka meninggalkan tempat tadi dan melaju di bawah terik matahari.
Sekitar satu jam kemudian, motor Vano dan motor Ardan berhenti di parkiran yang disediakan. Liya segera turun dari motor Vano.
"Kayanya sepi, deh," kata Liya karena tak banyak motor yang berada di parkiran.