"Woy Medusa, lepasin kita!" teriak Rayhan.
"Mau lo apa sih? Kenapa Io ngelakuin ini, hah?!" lanjut Gian.
Layla diam saja, suara isakan tangisnya terdengar.
"Gue salah ngomong ya?" bisik Rayhan, Gian mengendikkan bahunya karena dia juga tidak tahu. "Jangan nangis dong, kan gue ngakak jadinya."
"Rayhan!" kata Cliera memperingati. Kenapa sih orang bernama Rayhan itu tidak pernah bisa serius?
"Canda, Ra."
Cliera menggelengkan kepalanya, sepertinya orang sakit jiwa saja kalah gilanya dengan Rayhan.
Tangis Layla makin terdengar jelas, dia tak henti-hentinya menyebutkan nama sang Papa. Cliera melirik pada Aisyah, Mamanya juga menangis dengan tatapan tertuju pada Layla.
"Kenapa..." gumam Layla. "Kenapa harus Papa yang pergi? Kenapa Papa ninggalin aku?"
"Pasti gara-gara dia kan, Pa?" Layla menunjuk tepat pada Aisyah. "Dia pembunuh, Pa. Dia yang buat Papa pergi, hiks."
"Layla," panggil Aisyah. "Maafkan tante, tolong-"
