Tok... Tok...
Gavin yang mendengar ketukan pintu langsung bangun dari rebahannya.
"Kenapa?" tanya Gavin dingin saat ia melihat Imelda yang berdiri didepan pintu kamar Ibunya.
"Mau minum."
"Ya tinggal minum lah. Kenapa? Lo gak bisa minum?" tanya Gavin sambil menatap tajam Imelda.
Imelda memggeleng, "nggak gitu maksud
Gue.
"Gak tau dapurnya dimana."
"Di hidung lo," ucap Gavin dengan sarkas.
"Ko lo ngegas sih anjir?!"
Gavin hanya memutar bola matanya malas sebagai repon.
"Bacot cepetan dimana?" tanya Imelda. Gavin mendengus kesal ia yang punya rumah tapi ia yang dimaki.
"Tuh deket ruang tengah, jalan aja agak ke sono dikit ada dapur," jawab Gavin.
"Anjir rumah lu gede juga ya," kagum Imelda.
"Yah lebih kaya lo dari pada gue," ucap Gavin.
"Kok lo bisa tau?"
Gavin agaknya sedikit gelagapan, "sana minum. Lo tadi bilang haus."
"Ya udah gue mau ngambil minum dulu ya, lu jangan malem-malem tidurnya," ingat Imelda lalu berjalan kearah dapur.
"Dosa gak sih gue jahatin lo?"