Di pelukan sang kekasih, Liya merasakan matanya memanas. Rasanya sangatlah terharu, penatantiannya selama ini sudah terlaksana. Sebelum bulir air mata melewati pipi, ia mengelap bawah matanya.
Vano merenggangan pelukannya. Di tatapnya sepasang mata indah milik Liya, begitupun Liya. Ia juga membalas tatapan itu. Per sekian detik mereka saling bertatapan tanpa ada satu kata yang keluar dari mulut mereka. Sepasang sejoli yang baru saja akur itu memilih sibuk dengan pikirannya.
Aku nggak tau apa yang buat kamu jadi percaya sama aku lagi, tapi aku seneng banget bisa sama kamu lagi, batin Liya. Ia melengkungnya senyumnya.
Nggak salah pilih kamu, walaupun aku udah jahat sama kamu, kamu masih tetap mau maafin aku yang brengsek ini, ucap Vano dalam hati.
***
Vano menggenggam pergelangan tangan Liya, ia membawanya pada bangku besi yang sempat ia duduki tadi.
Liya duduk di samping kiri Vano, di tataplah wajah Vano dari samping.
"Besok aku jamput kamu," ucap Vano.