Chereads / TWO OPPOSITES / Chapter 10 - Urung Menggoda

Chapter 10 - Urung Menggoda

Langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis kecil menangis sambil memainkan ponselnya. Karena penasaran, Cliera menghampiri gadis itu.

"Kamu kenapa nangis?" tanya Cliera dengan hati-hati.

Gadis itu mendongak menatap Cliera, kembali menangis dan langsung memeluk Cliera dengan erat.

"Dek, kamu kenapa?"

"Ega selingkuhin aku, Kak. Dia pacaran lagi sama temen aku."

Selingkuh? Serius kah? Seorang gadis kecil diselingkuhi?

Cliera menggaruk tengkuknya, bingung harus menjawab apa. Pasalnya dia tidak berpengalaman sama sekali dalam urusan percintaan, pacaran saja tidak pernah.

Tapi jika dipikir-pikir, gadis ini bernasib sama seperti papanya, diselingkuhi.

Cliera menghela nafas. "Dek, diselingkuhi itu gimana sih rasanya?"

Gadis itu mendongak wajahnya menatap Cliera, tatapannya teduh dengan mata yang berkaca-kaca. "Sakit kak, sakit banget malah! Rasanya hati kaya ditusuk-tusuk jarum! Perih banget deh." Gadis itu malah mendramatisir keadaan. Lebay!

"Emangnya, kalo orang pacaran itu sama ya?"

"Kakak juga diselingkuhi? Berarti, pacar kakak juga sama dong kaya Ega, sama-sama tukang selingkuh!"

Cliera menggeleng cepat, "enggak kok. Aku gak diselingkuhin!" elak Cliera.

"Yaiya lah, kakak kan cantik, pacar kakak mana mungkin berani selingkuhin kakak. Dia pasti cinta banget sama kakak."

Sebenarnya disini yang kakak siapa sih? Kok Cliera merasa bodoh ya bersanding dengan gadis ini?

"Dek, kamu ngerti apa sih soal cinta? Kamu kan masih kecil, tugas kamu itu belajar, bukan pacaran!"

Gadis itu berdecih, "kakak ngomong kaya gini karena kakak jomblo kan? Kakak ngiri ya sama aku?" gadis itu tertawa kecil meledek Cliera.

Bocil songong!

"Siapa juga yang ngiri? Aku juga punya pacar kok!" sewot Cliera.

Menatap Cliera dengan seringai jailnya, "masak sih? Siapa? Kok aku gak percaya ya?"

Cliera gelagapan, "ya... ada! Pokoknya ada deh!"

"Bohong! Jomblo mah jomblo aja, kak!"

"Aku gak jomblo!" keukeuh Cliera.

"Kalo gitu kasih tau aku, siapa pacar kakak? Namanya? Fotonya? Instagramnya? Dia selebgram bukan? Followernya berapa?"

Serius bocil itu tadi bertanya? Sedetail itu?

"Oke, aku kasih tau!" Cliera berpikir sejenak, siapa yang akan dia jadikan sebagai pacar pura-pura nya? Gian? Mana mungkin!

"Namanya..."

Cliera menelan ludahnya susah payah, tangannya mendadak dingin. Dia ragu untuk mengatakan satu nama yang mungkin mustahil dia ucapkan. "Rayhan!" jawab Cliera dengan wajah sombongnya. Walaupun sebenarnya dia tengah bergulat dengan batinnya. Bodoh!

Gadis itu membulatkan matanya. "Rayhan? Coba liat fotonya!"

Cliera mengambil ponselnya dan menyodorkan foto candid Rayhan saat sedang berlari di lapangan, saat itu dia sedang latihan futsal dan Cliera tidak sengaja memotretnya. Niatnya ingin memotret Gian, tapi malah Rayhan yang tertangkap kamera.

"Nih, orangnya yang ini!"

Gadis itu melongo tak percaya, "serius? Kakak gak becanda kan?"

"Ya serius lah! Ngapain juga aku harus bohong?"

Gadis itu tersenyum lalu memeluk Cliera. "Akhirnya... aku seneng banget deh bisa ketemu kakak!"

"Tapi aku gak seneng ketemu kamu!" ketus Cliera.

Gadis itu berdecak kesal, "oh iya, nama kakak siapa?"

"Nama aku Cliera. Kalo kamu?"

"Salam kenal kak Cliera. Aku Rina, kak. Semoga kita bisa ketemu lagi ya, kak?"

"Hm."

***

"BANG RAYHAN..." teriak Rina sekencang mungkin.

"Nah, lu disini ternyata! Darimana aja sih, Ri? Dicariin ayah noh, bunda juga sampe misuh-misuh ngomelin elo!" gerutu Rayhan pada Rina, sementara yang diomeli hanya diam tak bergeming, merasa bersalah namun gengsi mengucap maaf, apalagi pada Rina.

"Udah ngomel-ngomel nya?" ucap Rina santai. "Laper, beliin martabak gih!" suruh Rani.

"Lu itu udah nyusahin malah nyebelin, gada akhlak!"

Rina memutar matanya, kenapa dia harus punya abang secerewet Rayhan sih? Kadang dia itu pengen punya abang seperti Jeffry, baik, tajir, gak pelit, suka beliin kuota lagi. Gak kaya Rayhan, nunggu sebulan baru di traktir, itupun paling jajanan yang gocengan.

Atau paling enggak seperti Reyhan, yang selalu bisa diandalkan jika kesulitan membuat PR. Rina juga kerap kali meminta bantuan Reyhan untuk membuatkan PR nya, bahkan sering memaksanya. Tapi Reyhan bisa apa? Menolak? Jelas tidak! Mana mungkin dia bisa berpacaran dengan Rani tanpa dukungan dari Rina?

Rina memukul pundak Rayhan. "Bang Rayhan udah berani ya punya pacar gak bilang-bilang Rina dulu? Mana PJ nya?!"

"Pj apaan sih? Siapa juga yang punya pacar?"

"Ya Bang Rayhan lah! Pake gak ngaku segala lagi, kasian banget kakak cantik punya pacar kaya Bang Rayhan!" sewot Rina.

"Kakak cantik siapa sih? Orang gue beneran gak punya pacar kok! Ngelantur lu!" Rayhan tertawa jenaka.

"Bohong! Rina bilangan Bunda kalo Bang Rayhan udah berani pacaran, biar bunda ngadu ke ayah sekalian aja Rina nyuruh ayah buat jual si Black!"

"Lu ngancem gue?"

"Enggak kok, Rina gak ngancem Bang Rayhan."

Rayhan menghela nafas jengah. "Terus, mau lu apa? Hah?!"

"Starbuck kayanya rame deh, mampir kuy!" ajak Rina antusias, sementara Rayhan menggelengkan kepalanya cepat. Enak saja Starbuck! Bisa-bisa Rayhan kanker! 'Kantong kering'

"Gausah! Ngopi dirumah aja. Kata iklan, kopi itu kopi nikmat yang nyaman diminum jadi mau lagi!" Rayhan malah nyanyi ala-ala iklan.

"Kuy, pulang aja kuy!"

"GAK MAU! Pokoknya Rina mau ke Starbuck. Titik!"

"Garis baru, kita pulang titik!"

"Tapi-"

"Pulang, atau gue aduin ke ayah kalo lo abis jalan sama si Egi-Egi itu!"

"Namanya Ega, bukan Egi."

"Kalo lo bego!"

"Bodo amat, yang penting laku!"

"Gue bacok juga lo lama-lama!"

"Pokoknya mau Starbucks!"

"Teh poci!"

"Dasar pelit!"

"Bacot lo! Masih untung gue mau beliin!" Rayhan beranjak lalu masuk lebih dulu kedalam mobil meninggalkan Rina yang sedang menggerutu tak jelas.

"Kak Cliera kok mau ya pacaran sama orang pelit kaya Bang Rayhan? Atau jangan-jangan, abang gue pake pelet? Astaghfirullah, ternyata Bang Rayhan gak sepolos yang gue kira."

Sementara di sebrang sana, Cliera tengah uring-uringan memikirkan betapa bodohnya dia tadi. Kenapa juga dia harus berbohong kepada gadis kecil itu?

"Kenapa gue harus ngaku-ngaku jadi pacarnya Rayhan? Kalau sampe dia tau, bisa malu banget gue!" Cliera si mengacak rambutnya frustasi.

Saat jam pertama dimulai, tiba-tiba perut Cliera terasa nyeri, masa maag nya kambuh sih? Tadi kan dia udah sarapan ya walaupun cuma minum susu sereal doang.

"Ahhhrrgg... kok sakit banget ya?" Cliera memegang perutnya dan meringis kesakitan. Rayhan yang kala itu sedang fokus mendengar Pak Duloh mengajar tak menyadari kalau Cliera kesakitan.

Cliera kembali merasakan sakit. Dia memegang bahu Rayhan dan seketika Rayhan terkejut atas perlakuan Cliera.

"Iya Lie, gue tau gue ganteng, tapi kalo mau pacaran jangan disini juga dong, tau tempat. Kalo Pak Dul ngeliat kita bisa berabe, kita kan belum muhrim, Lie."

"Sakiiitt..." lirih Cliera.

"Lie, lo kenapa sih dari tadi megang perut mulu? Laper lo?" ujar Rayhan.

Tak ada respon. Cliera meremas baju Rayhan dan menariknya. Rayhan yang sadar menoleh dan mendapati wajah pucat Cliera seperti orang yang menahan sakit.

"Lie, lo diare? Atau, muntaber? Wah parah, kekurangan obat cacing nih pasti! Maka nya Lie, kita itu kan masih remaja harus rutin minum obat cac-"

Rayhan yang tadinya hendak bercanda, seketika khawatir dengan perubahan raut wajah Cliera yang pucat. Cliera sakit kah?

"Lie, lo gak apa-apa kan? Lo sakit? Sakit apa? Aduh, muka lo kok pucet sih? Ra, jangan bikin panik dong!"

Rayhan bego. Bukannya ditolongin malah bikin makin panik aja. Bawa ke UKS kek, atau bilang ke guru kek. Dasar tolol.

Setelah beberapa saat, bel istirahat berbunyi, dan semua siswa tidak langsung keluar karena Pak Duloh memang sengaja lebih lama dikelas, dia tau kalau murid-muridnya tadi sebagian tidak mengerjakan tugasnya.

"Perut gue... sakit, Ray."

"Yang bener? Bukan modus biar bisa berduaan sama gue kan?"

Cliera diam saja, raut wajah yang semakin pucat membuat Rayhan mengurung niatnya untuk menggoda Cliera.

"Kita ke UKS!" Rayhan menepuk pundak Cliera, sedangkan Cliera hanya mengangguk pasrah. "Gue izin bentar ya sama Pak Duloh?" lagi, Cliera mengangguk mengiyakan.