Chereads / Perjodohan Gila / Chapter 2 - 1. Terlambat

Chapter 2 - 1. Terlambat

Maura berlari menyusuri trotoar jalan ke arah sekolahnya. Pagi ini Maura bangun kesiangan. Gara-gara semalaman nonton Drakor kesukaannya sampai jam dua pagi. Karena bangun kesiangan dirinya tidak bisa berangkat bersama ayahnya. Akhirnya dirinya berangkat sendiri menggunakan ojek online. Tapi kemudian di tengah jalan motor yang di tumpanginya mogok. Alhasil Maura harus jalan kaki ke sekolah. Karena mogok Maura hanya bayar setengah dari perjalanannya.

Berlari sekuat tenaga untuk sampai di sekolah. Jam menunjukkan pukul 7.15. Itu artinya gerbang sekolah sudah di tutup. Setelah sampai di sekolah, gerbang sekolah sudah di tutup oleh satpam sekolah. Dengan nafas ngos-ngosan Maura mengatur nafasnya dengan tangan memegang gerbang sekolah.

Setelah itu datang ketiga siswa laki-laki yang datang terlambat juga. Salah satu diantara mereka melihat ke arah Maura yang terlambat. Lalu laki-laki yang berambut hitam legam berkata sambil tersenyum mengejek.

" Eh ada anak OSIS nih?! "

Ketika seruan itu di omongkan oleh siswa berambut hitam legam membuat kedua temannya menoleh.

" Iya nih ada anak OSIS telat! Hey mba OSIS kok bisa telat? Kalo telat di hukum nggak yaa? " Kata siswa berambut cokelat berpura-pura berpikir

" Pastilah di hukum lah. Masa nggak? Masa cuma kita-kita doang yang di hukum. Nggak adil dong. Jangan mentang-mentang anggota OSIS terus dia nggak di hukum " Timpal temennya yang satu lagi berambut pirang

Ketiga siswa laki-laki itu tertawa terbahak-bahak dengan apa yang diucapkannya. Dengan senyuman mengejek terpatri di wajah mereka. Sedangkan Maura yang mendengar ocehan ketiga siswa laki-laki itu langsung tersulut emosinya. Padahal dirinya baru telat sekali tapi malah ketahuan dengan siswa yang sering telat dan di hukum. Semua ini gara-gara dirinya begadang semalaman nonton drama korea kesukaannya. Tidur hampir pagi sekitar jam dua pagi dan bangun setengah tujuh. Itupun Maura setelah mandi dia langsung berangkat tanpa sarapan. Sekarang perutnya kelaparan belum diisi makanan.

Karena mendengar seseorang yang tertawa satpam sekolah keluar dari pos penjagaan. Satpam sekolah melihat ke arah gerbang ternyata ada empat siswa yang masih berada di luar. Segera dirinya berjalan ke arah gerbang sekolah. Dan meneliti mereka satu persatu. Pak satpam sepertinya mengenali salah satu siswa yang datang terlambat itu. Dirinya heran dengan siswa perempuan yang telat itu. Lalu pak satpam bertanya pada siswa perempuan itu.

" Dek, kok kamu telat? "

" Iya pak " Jawabnya dengan malu-malu

" Kok bisa telat? "

" Saya bangun kesiangan pak "

" Ya sudah jangan di ulangi lagi. Cepetan kamu masuk lalu baris di lapangan dengan siswa yang lain " Suruh pak satpam

" Baik pak "

Pak Yono satpam sekolah membuka gembok gerbang sekolah. Setelah dibuka mereka berempat berlari ke arah lapangan. Di tengah lapangan guru BP sedang memberi arahan kepada siswa yang telat. Keempat siswa langsung masuk ke barisannya masing-masing.

Pak Bagyo meneliti mereka semua dari atas sampai bawah. Apakah mereka memakai atribut sekolah dengan lengkap atau tidak. Dari kesemua orang yang sedang berdiri di tengah lapangan, ada satu siswa perempuan yang menyempil di antara delapan siswa laki-laki yaitu Maura. Lalu pak Bagyo selaku guru BP berjalan ke arahnya dan bertanya kepada Maura.

" Kamu anak OSIS kan? "

" I...Iya pak " Jawab Maura dengan menunduk malu-malu

" Kenapa kamu telat? "

" Saya bangun kesiangan pak "

" Ya sudah jangan di ulangi lagi. Tidur lebih awal agar tidak telat ke sekolah. Kamu itu termasuk siswa yang paling membanggakan di sekolah ini. Jadi jangan buat kesalahan untuk yang kedua kalinya. Hari ini kamu saya maafkan. Tapi kamu tetap di hukum untuk mengikuti peraturan sekolah "

" Iya pak. Saya mengerti. Berjanji tidak akan datang terlambat lagi ke sekolah "

Setelah mengatakan itu pak Bagyo berjalan meninggalkan Maura. Kembali ke tempat sebelumnya dia berdiri. Pak Bagyo memerintahkan kepada semua siswa yang telat untuk berlari mengelilingi lapangan selama lima kali putaran. Dimulai dari siswa yang paling belakang lalu di susul siswa lainnya yang berdiri di belakangnya. Dari kesembilan siswa yang terlambat, Maura berada di barisan paling belakang.

Baru tiga kali putaran Maura tiba-tiba berhenti karena kelelahan. Mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari. Sambil mengatur nafas dia mulai berlari lari kecil. Tiba-tiba dirinya limbung ke samping dan akhirnya Maura jatuh pingsan. Semua orang yang sedang berlari langsung menengok ke arah Maura. Pak Bagyo yang sedang memperhatikan mereka langsung berlari ke arah Maura yang jatuh pingsan. Pak Bagyo menepuk-nepuk pipi Maura untuk membangunkannya tetapi tidak berhasil.

Sedangkan di tempat lain seseorang sedang berdiri senderan di tembok kantin. Melihat banyak kerumunan membuat dirinya tergerak untuk melihat. Setelah berjalan cukup cepat, siswa laki-laki itu melihat gadis yang di sukainya jatuh pingsan. Segera siswa laki-laki itu masuk ke kerumunan dan membopong tubuh Maura yang pingsan. Sedangkan yang lain kembali ke tengah lapangan dan pak Bagyo menyuruh mereka untuk kembali berlari.

Sementara siswa tampan dan mancung itu membopong tubuh Maura ke UKS. Berlari cepat melewati beberapa kelas membuat siswa dan siswi yang sedang belajar melihat ke luar kelas melalui jendela kelas. Para siswa perempuan yang mengagumi sosok yang sedang membopong tubuh Maura karena pingsan membuat mereka iri. Dalam hati mereka menjerit iri dengan Maura yang dibopong oleh siswa laki-laki itu. Setelah sampai di UKS ada dokter jaga yang biasa menjaga di UKS. Siswa itu tersenyum kepada dokter itu kemudian meletakkan tubuh Maura di ranjang UKS dengan sangat hati-hati. Dengan senyuman tipis dia melihat ke arah Maura lalu pergi meninggalkannya. Setelah kepergian siswa laki-laki itu dokter mulai memeriksa kondisi Maura. Memberi sedikit minyak angin untuk meredakan pusing di kepala Maura. Beberapa jam kemudian Maura siuman dari pingsannya. Ternyata dirinya sudah berada di UKS. Dirinya baru ingat kalo tadi dia pingsan di lapangan karena di hukum gara-gara telat. Lalu sekarang dirinya malah berada di UKS. Entah siapa yang menolong dirinya ke UKS.

Dokter menyatakan bersyukur kepada Maura karena sudah siuman. Maura berusaha untuk duduk di ranjang dan bersender di dipan ranjang UKS. Kepalanya masih agak pusing gara-gara dirinya tidak sarapan pagi tadi. Tapi Maura harus bertanya kepada dokter siapa yang telah membawanya ke UKS.

" Bu mau tanya? "

" Iya dek. Tanya apa? "

" Saya mau tanya, siapa yang membawa saya ke UKS yaa? "

" Oh... Yang membawa kamu ke UKS itu siswa yang hidungnya mancung, wajahnya tampan, beralis tebal. Tapi ibu tidak tau namanya. Taunya wajahnya saja yang tampan " Ucap dokter jaga tersenyum manis

" Iiihhh ibu genit deh... " Kata Maura dengan tawa yang khas

" Tidak apa-apa sekali kali genit. Buat cuci mata ibu hehehe. Ya sudah kamu istirahat yaa. Agar cepat pulih. Nanti kalo kamu sudah kuat baru kembali ke kelas. Ibu kembali ke tempat duduk dulu "

" Iyaa bu terimakasih "

Setelah mengatakan itu Maura kembali membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Kepalanya masih berdenyut-denyut karena pusing. Tubuhnya juga sedikit sakit gara-gara terjatuh pingsan tadi.

Bel istirahat berbunyi waktunya untuk istirahat. Semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Berlarian menuju kantin sekolah. Sementara Maura masih berada di UKS untuk mengumpulkan energi yang terkuras habis gara-gara dihukum berlari keliling lapangan. Keempat sahabatnya yang tau Maura pingsan langsung berlari menuju ke UKS. Via membuka pintu lalu berlari ke dalam UKS disusul ketiga sahabatnya. Keempat sahabat Maura tampak khawatir dengan kondisi Maura yang terbaring lemah di ranjang UKS. Kedua temannya duduk di pinggir ranjang sedangkan dua lainnya berdiri di samping Via. Maura berusaha duduk sambil senderan dipan ranjang UKS dengan muka sayu dan pucat. Via yang duduk paling dekat dengan dipan berusaha mencegah Maura untuk duduk. Membiarkan Maura untuk tiduran saja, tapi Maura bersikeras untuk duduk. Via hanya menghela nafasnya dengan keras.

" Gimana keadaan Lo, Ra? " Tanya Cindy

" Gue baik-baik aja kok "

" Hebat banget yaa Lo di tolongin sama kapten basket yang tampannya melebihi pangeran kuda putih Lo " Ucap Amalia dengan nada yang melebih lebihkan

" Lebay Lo. Ganteng darimana???" Ucap Via

" Iiihh emang dia ganteng kok. Makanya gue suka. Pangeran pujaan gue..." Senyum Amalia

" Iya ganteng. Tapi dilihat dari ujung sedotan. Hahaha " Kata Cindy kemudian tertawa terbahak-bahak

" Kok ujung sedotan? Nggak kelihatan dong... " Ujar Amalia tak terima dengan ucapan Cindy

" Heyyy... Kalian kok berantem sih!!! Kasian nih Maura cuma dengerin ocehan kalian yang nggak penting. Maura tuh lagi sakit guys. Mendingan kita ke kantin daripada ribut-ribut begini" Lerai Maudia di tengah perdebatan antara Cindy dan Amalia

Maura yang sudah agak mendingan langsung berdiri di bantu kedua sahabatnya untuk di pegangin. Takut Maura jatuh gara-gara lemas sehabis pingsan. Via berada di sebelah kanannya sedangkan Maudia di sebelah kirinya. Maura berjalan di tengah-tengah antara Via dan Maudia. Sementara Cindy dan Amalia berjalan di belakang mereka bertiga. Tak lupa Cindy menutup pintu UKS. Berjalan ke arah kantin yang sudah tidak ramai seperti tadi.

Saat memasuki kantin banyak mata-mata yang memandang ke arah mereka berlima. Terutama Maura yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh seluruh siswa di sekolah SMA Pelita Nusantara ini. Terutama fans dari si kapten basket yang notabenenya siswa perempuan. Banyak bisik-bisik terlontar dari mulut mereka. Tapi Maura tidak perduli dengan ucapan mereka semua. Maura berjalan dengan santai menuju ke tempat duduk favorit mereka berlima. Setelah duduk Cindy dan Amalia berjalan ke tempat jualan bakso dan somay.

Sementara di tempat duduk yang lain kapten basket duduk bersama keempat sahabatnya. Tiga laki-laki yang tadi pagi di hukum karena telat. Dan sisanya satu si pendiam orangnya. Kelima siswa laki-laki ini tergabung ke dalam anggota tim basket yang di ketuai oleh si tampan dan berhidung mancung ini. Devon Alexander Natawijaya.

Devon Alexander Natawijaya merupakan kapten basket yang memiliki wajah rupawan. Sehingga banyak penggemar di sekolah ini terutama siswa perempuan. Banyak yang tergila-gila dengan paras tampan dan senyumannya yang menggoda. Membuat mereka menjerit dan memilikinya. Namun sayangnya si kapten basket ini sudah memiliki seseorang di hatinya. Wajah tampan bak dewa Yunani itu memiliki alis tebal, mata tajam dengan bola mata berwarna hitam, hidungnya mancung, bibir bawahnya tebal, dan kulitnya putih bersih. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti terpesona dengan ketampanan si kapten basket ini.

Devon, Brian, Kevin, Julian, dan Peter si kacamata duduk berhadapan di kursi favorit mereka. Sedang memakan berbagai jenis jajanan tersedia di meja mereka berlima. Ketika sedang asik makan jajan, mereka mendengar bisik-bisik saat Maura dan teman-temannya masuk ke dalam kantin. Karena semua orang memperhatikan mereka membuat kelima laki-laki itu juga melihat ke arah Maura dan teman-temannya. Apalagi Devon saat memperhatikan Maura dengan senyuman tipis. Diam-diam Devon menyukai Maura tanpa sepengetahuan teman-temannya. Karena yang Devon tau ketiga temannya tidak suka dengan anggota OSIS. Devon tidak sepenuhnya tidak suka dengan anggota OSIS tapi dia hanya membenci ketuanya saja. Karena yang Devon tau ketua OSIS sangat dekat dengan gadis pujaannya membuat Devon cemburu. Sampai terdengar kabar bahwa mereka ada hubungan. Itu semakin membuat Devon marah dengan berita itu. Makanya Devon ingin menjadikan Maura kekasih hatinya.

Devon terus memperhatikan Maura dari tempat duduknya sekarang. Tidak di sangka ternyata Peter memperhatikan Devon yang sedang memandangi anggota OSIS itu. Perempuan yang berhasil merebut perhatian seorang Devon si kapten basket yang cool itu.

Maura yang merasa sedang di perhatikan langsung menoleh ke arah kanan. Dimana tempat itu adalah tongkrongan anak basket. Ketika Maura sedang melihat ke arah mereka, tanpa sengaja mata Maura dengan mata Devon bertemu. Devon langsung tersenyum manis walau tipis. Sedangkan Maura tidak ada ekspresi apapun dan kemudian membuang ke arah lain. Sebab setelah itu Maura melihat ke arah pintu masuk kantin dengan senyuman mengembang. Devon melihat Maura tersenyum ke arah yang lain atau lebih tepatnya tersenyum ke arah ketua OSIS yaitu William. Membuat hati Devon marah dan cemburu. Telapak tangannya tergenggam erat dengan giginya bergemelatuk satu sama lain. Peter yang duduk di sebelahnya langsung melihat ke arah Devon. Dia menyadari ada sesuatu yang tidak enak saat melihat ekspresi wajah marah dari seorang Devon. Kemudian bergantian Peter melihat ke arah Maura yang tersenyum manis ke arah seseorang. Lalu Peter menyimpulkan bahwa Devon sedang cemburu berat dengan gadis itu.

William bersama satu temannya datang ke kantin. Berjalan ke arah tukang somay untuk memesannya. Kemudian Maura melambaikan tangannya ke arah William. Membuat William tersenyum manis ke arah Maura. Maura menyuruhnya untuk duduk bersama keempat sahabatnya. Dan keempat sahabat Maura menyetujuinya. Via yang kebetulan duduk di samping Maura langsung berpindah tempat duduk. Mempersilahkan William untuk duduk bersama di samping Maura. Maura dengan senang hati menerimanya. Dengan senyuman manisnya dia mengerlingkan matanya ke arah Via yang peka. Via hanya tersenyum ke arah Maura.

William meskipun pendiam tapi dia sangat perduli dengan Maura sahabat kecilnya itu. Walau terlihat galak, tegas, disiplin, dan dingin. William merupakan orang yang sangat care terhadap Maura. Selalu perduli dengan Maura dan masalah-masalahnya. Meskipun William juga bukan orang yang peka tapi dia memiliki rasa sayang dan suka walau sedikit terhadap Maura. Tapi biarkan hati William saja dan tuhan saja yang tau.

Ketika mendengar Maura pingsan tadi pagi membuat William khawatir. Melihat wajah Maura yang tampak pucat dan sayu membuat William tak tega.

" Gimana keadaan kamu? Udah mendingan? "

Maura hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Lalu tersenyum manis ke arah William.

" Makanya jangan begadang Ra. Nggak baik buat kesehatan kamu. Aku tuh khawatir sama kamu Maura " Ucap William dengan tegas sambil mencolek hidung Maura

Maura yang di colek hidungnya langsung tersenyum malu-malu. Kedua pipinya memanas karena colekan itu di depan sahabat-sahabatnya. Lalu Maura menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Karena malu membuat keempat sahabatnya menggoda dirinya.

Sementara di tempat lain Devon semakin marah dengan tingkah laku Maura yang tersenyum malu-malu. Seharusnya dia yang melakukan itu. Membuat Maura tersenyum malu-malu terhadap dirinya bukan laki-laki lain. Dan dia melihat bagaimana Maura membalas senyuman manis terhadap laki-laki itu. Pipinya bersemu merah saat teman-temannya menggoda dirinya. Membuat hati Devon menjadi tambah panas. Karena tidak ingin melihat kemesraan mereka, Devon menggebrak meja dengan keras. Membuat semua orang menoleh ke arahnya. Meja yang berisi Maura, William dan kelima orang itu juga menoleh ke arah meja Devon. Karena gebrakan meja itu membuat suasana kantin menjadi sunyi. Devon berdiri lalu meninggalkan kantin dengan hati yang sangat panas. Ketiga temannya terheran heran dengan sikap Devon. Sedangkan Peter tersenyum dalam diam dan menggeleng gelengkan kepalanya.

Devon berlari ke belakang sekolah. Menuju ke tempat rahasianya yang berada di belakang sekolah. Sampai disana Devon memukul tembok dengan keras sampai beberapa kali. Hingga tangannya memerah dan mengeluarkan darah segar. Tapi itu tidak membuatnya berhenti sampai Peter datang untuk menghentikan aksinya yang terus memukul tembok yang tidak bersalah.

" Stop Devon! Apa yang Lo lakuin sekarang gak ada gunanya! Dengan cara Lo mukulin tembok kaya gini emang bisa buat gadis itu berpaling ke Lo " Ucap Peter dengan sarkas dan tajam

" Gue gak peduli!!! " Seru Devon masih memukuli tembok

" Cukup Devon Alexander Natawijaya " Kata Peter dengan memanggil nama lengkapnya

Membuat Devon berhenti memukul. Dirinya tau jika Peter sudah memanggilnya dengan nama lengkapnya, itu artinya Peter sangat marah dengan sikapnya yang terlihat seperti anak kecil. Setelah berhenti Devon duduk di atas rumput yang tebal. Peter pergi entah kemana. Tiba-tiba datang membawa sekotak P3K untuk mengobati luka di tangan Devon.

Ketika di obati luka di tangannya, Devon meringis kesakitan. Peter sengaja menekan luka-luka itu dengan kapas agar lukanya bisa cepat sembuh. Devon meringis dan menyuruh Peter untuk berhenti mengobatinya. Tapi Peter tetap mengobatinya dengan pelan-pelan. Akhirnya luka di tangannya selesai diobati dan kemudian tangannya di bungkus dengan perban. Setelah itu Peter pergi meninggalkan Devon sendirian di taman belakang sekolah. Peter ingin Devon berpikir dan belajar untuk menjadi lebih dewasa. Sedangkan Devon memandangi luka yang di perban oleh Peter kemudian tersenyum walau tipis tidak terlihat.

Kembali lagi ke kantin. Setelah kejadian gebrakan meja di kantin oleh kapten basket sekolah, membuat para siswa perempuan berbisik bisik.

" Eh tadi Lo liat gak wajah marah di wajahnya Devon.. Nyeremin banget "

" Iyaa Gue liat. Sumpah emang serem. Tapi masih tetep ganteng kok. Hihihi "

" Dia marah kenapa sih??? "

" Eh tangannya kesakitan gak yaaa? Kalo kesakitan biar Gue yang obatin.. "

" Gue juga mau ngobatin dia. Hehehe "

Banyak suara bisik-bisik orang mengucapkan sesuatu yang tidak penting. Termasuk Amalia sahabat Maura yang terlihat mengkhawatirkan laki-laki pujaannya itu. Dari Devon menggebrak meja lalu pergi meninggalkan kantin membuat Amalia yang melihatnya langsung khawatir. Tidak berhenti untuk mengoceh tentang si kapten basket itu.

" Udah sih Mal ngga usah ngomongin dia lagi! Bikin bete deh! " Seru Cindy sewot

" Tapi Gue khawatir sama dia. Tangan putih mulusnya ngga boleh luka. Gue pengen obatin jika tangannya luka. Kan kasian "

" Kalo Lo khawatir yaa Lo samperin dong! Bukan disini mulu sambil ngoceh nggak jelas " Kata Maudia

" Iyaa nih... " Ucap Cindy mengompori keadaan Amalia

" Tapi Gue harus pergi kemana? Gue kan gak tau tempat istirahat pangeran ganteng Gue " Sedih Amalia menunduk

" Kemana aja. Cari sana seluruh sekolah. Biar Lo nggak ngoceh mulu " Sindir Cindy

" Udah habiskan makanan Lo Amalia. Bentar lagi jam istirahat selesai " Lerai Via di tengah-tengah perdebatan antara Cindy dan Amalia

Dan benar saja ucapan Via bel istirahat berbunyi. Tanda istirahat telah usai. Waktunya para siswa untuk kembali ke kelasnya masing-masing. Satu persatu kantin mulai kosong dan sepi. Setelah semua orang pergi, Devon kembali ke kantin untuk menenangkan diri. Duduk di pojokan adalah kesukaannya. Dengan sebotol cola di hadapannya. Membuat hatinya tenang setelah minum cola. Tanpa Devon sadari ada sepasang mata sedang memperhatikannya. Lalu Devon memalingkan wajahnya ke arah orang yang memperhatikan ternyata orang itu Maura. Iya Maura kembali ke kantin untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan di kantin. Setelah dua pasang mata saling melihat Maura memilih untuk membuang wajahnya ke arah lain. Setelah mengambil dompetnya yang ketinggalan Maura berlari pergi meninggalkan kantin. Devon masih memperhatikan Maura sampai keluar dari kantin. Ada guratan senyum di wajahnya dan juga di hatinya. Devon menelungkupkan kepalanya di meja kantin. Hingga bel pulang sekolah berbunyi. Itu artinya mereka telah usai untuk belajar di sekolah. Dan waktunya untuk mereka pulang ke rumah masing-masing.