"jangan menoleh, ambil ini bawahlah lari... cepat "
Seorang pemuda dengan kepala tertancap pedang sebelah kirinya memberikan 2 tanduk hitam di tangan lagash, tanduk itu masuk kedalam tangan lagash melalui telapak kanannya seakan menyatuh dengan kulitnya, seseorang kembali datang kini pemuda itu kembali di tancapkan pedang di kepala sebelah kanannya.
Keringat bercucuran dari dahi terbuka lagash, matanya masih terpejam , tubuhnya mengingil, mulutnya berkata merancau. Tangan lembut terasa agak kasar menyentuh kening lagash, berulang kali mengelap keringat yang terus bercucuran di tubuh telanjang dada lagash. Jari kelingking kanan lagash bergerak sedikit demi sedikit di ikuti gerakan jari yang lain, tiba-tiba tangannya menyentuh piring kuningan di sebelahnya mengeluarkan bunyi yang nyaring saat terbentuk di lantai keras.
Prang !!
Mata lagash terbuka cepat, tubuhnya segera bangun, ia langsung berdiri membuka kunci kuda-kuda waspada.
"kau sudah bangun ?" ujar seorang gadis dengan lap putih usang di tangan kanan dan piringan berisi air hangat di tangan kirinya.
"geria, sedang apa kau di sini " ujar lagash
"menurutmu ?" geria balik bertanya sembari meletakkan piring dan kain di meja dekat ranjang kayu lagash.
Lagash mengarukkan kepalanya, mengacak-acak rambutnya, keningnya berkerut dia menoleh sang gadis cantik berpakain serba hitam tertutup rapi sedang berjongkok mengambil piring yang jatuh beberapa saat yang lalu.
Setelah selesai kegiatannya, gadis itu menoleh sesaat ketubuh kekar lagash kemudian ia membuka pintu dan keluar menuju suara ramai di luar rumah lagash. Ia menoleh keluar jendela, nampak penduduk dokunia sedang ramai menghadap perapian dengan kuali besar.
"lagash keluarlah, sebentar lagi matang "
Suara itu adalah suara milik find yang sedang mengaduk sekuali besar daging merah yang berubah perlahan menjadi coklat.
"oo, iya " ujar lagash
Lagash mengambil bayu kurungnya menutupi tubuhnya yang penuh bekas luka di beberapa sisi. Ia melangkah keluar menuju kerumunan yang sedang bergantian mengantri makanan di kuali besar.
Di lewatinya gadis berambut panjang sedang mengambil semangkuk besar daging dan memberikannya kepada perempuan rentan yang sedang mengantri. Ia mengikuti ekor antrian itu mengambil satu piring dan berjalan pelan mengikuti orang di depannya.
Giliran lagash sudah tiba, ia mengangkat piringnya keatas menyodorkan piringnya di depan gadis yang tidak banyak bicara, gadis itu hanya menatap dingin sambil meraup kuah dan daging dengan sedok sayur. Lagas mengaruk-garuk kuping dan wajahnya malu-malu kemudian pegi setelah piringnya penuh.
"terimakasih " ujarnya berbalik sebentar
gadis itu tidak menjawab, ia hanya menganguk perlahan dan melanjutkan aktivitasnya mengambil daging dari kuali kepiring orang di belakang lagash. Lagash melanjutkan perjalananya cangung menuju kerumunan pemuda di bangkuh kayu.
"uuiii, sudah sehat tah ?" ujar seorang laki-laki berambut panjang di kuncir kebelakang di tutupi bandana di keningnya lagas tersenyum menanggapi, ia duduk di sebelah find yang sedang menyantap makannya.
"kau tidak fokus lagi hari ini " ujar find. "aku sedikit lelah" balas lagash.
Lagash mengambil sesendok daging di piringnya memasukkan daging itu di mulutnya.
"dangingnya sedikit keras " ujar lagash lagi. Find lalu mengangguk, "dabbat ini sudah tua, wajar jika sedikit keras " ujar find menanggapi. "ada rumor jika di daerah barat terbangun negeri subur, banyak buah dan sayur di sana " ucap find sambil mengunyah makanannya.
"itu tidak mungkin, kita sudah mengelilingi daerah itu setahun yang lalu, tidak ada kehidupan disana'' "laporan pengintai semalam membenarkan rumor ini "
Lagash berhenti mengunyah, ia meletakkan piringnya ketanah. "kau yakin " Find mengangguk mengiyakan opininya "seseorang yang menjuluki dirinya sendiri sang agung menurunkan hujan selama semingu penuh, orang itu pula memiliki banyak bibit untuk di tanam, banyak manusia yang beralih mengikuti orang itu"
"padahal tahun lalu, satu rumput liarpun tidak tumbuh di tempat itu " guman lagash "suatu mukjizat mungkin, " cetus find yang berdiri meletakkan piring di sebuah baskom besar di sebelah bangku kayu.
"aku akan ikut dalam kavaleri gabungan besok " ujar find
"jika kau berubah fikiran, datanglah besok pagi aku akan mencuri bibit mereka" ujar find lagi.
"itu perbuatan tidak baik, find"
"aahhaahaa, aku hanya bercanda, jangan di bawah serius kawan !" ujar find memegangi pundak lagash sebentar kemudian ia berjalan kedepan menuju gadis dingin yang sedang manyantap makanannya.
Geria meletakkan piringnya , ia mengikuti sang kakak pergi kerumah tua usang di sebelah rumah find, sesaat kemudian mereka berdua telah mengenakan peralatan lengkap melakukan persiapan untuk keperluan latihan gabungan sore ini.
Find bangkit dari tempat duduknya, ia pun kembali kerumah mengunakan semua perlengkapan yang ia punya kemudian bergabung bersama geria dan find dari belakang.
"Hei, kau yakin tidak ingin bergabung"
Pemuda bertubuh kecil, berambut sedikit ikal berwarna hitam legam menepuk pundak lagash dari belakang, ia adalah adrian seorang prajurit kavaleri legion yang di kenal dengan kecepatanannya.
"ah, aku masih memikirkannya" ujar lagash
"jangan terlalu lama, waktu tidak menunggumu. Setiap keputusan menunggu tuannya memerintah, ia tidak bisa memerintah dengan sendirinya "
Lagash tersenyum kecil "aku masih terlalu takut meninggalkan mereka sendirian disini " lagash menoleh kebelakang, pemandangan bekas rumah runtuh tanpa atap dengan debu halus yang setiap saat melayang di udara.
"yang tersisa di sini hanyalah orang tua yang rentan, kita tidak bisa mengajak mereka berjalan jauh " ujar adrian.
" walaupun begitu, mereka tetap punya hak untuk hidup"
"ku dengar, ada keabadian setelah matian, dimana tempat manusia dapat hidup damai tanpa makan, tanpa masalah sedikitpun "
"dari mana kau dengar omong kosong seperti itu " lagash menyeringai kecil, mendengar ucapan adrian ia merasa sedikit geli.
Adrian memiliki logika yang luas, ia tidak muda terpengaruh oleh pandangan orang lain, tapi kali ini ia mengatakan hal seperti itu pada lagash, tentu saja lagash sedikit geli mendengarnya.
"ahahaa, kau mungkin tidak percaya, tapi setelah bertemu anak itu aku merasakan ketenangan yang selama ini aku cari"
"bertahan hidup setiap saat, memakan makanan yang sama setiap hari tentu membuat kau muak akan kehidupan, tapi kau tidak boleh putus asa adrian" senyum lagash semakin membesar, wajahnya memerah ia tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang tak percaya akan semua yang adrian katakan. Adrian ikut tersenyum ia memukul bahu lagash dengan keras.
"dasar , kau ini !" ujar adrian yang ikut tertawa bersama adrian.
"ah memang ini semua seperti omong kosong," batin adrian
Seluruh pasukan kavaleri gabungan berkumpul di lapangan terbuka, lapangan ini berbentuk aula besar dengan dinding-dinding rapat tak ada retak sama sekali pada dinding itu, yang ada hanya bekas bekas kayu berserakan dan pohon besar yang tumbuh menjulang keatas tepat di tengah lapangan.
Lagas melihat keatas, atap bangunan ini sangat kokoh walau sudah ribuan tahun berdiri, tidak ada satupun paku yang terlepas "manusia di masalalu memang sangatlah pandai " ujar lagash di dalam hatinya. Bahkan pohon besar yang tumbuh menjulang keatas tidak menyentuh atap berbentuk lingkaran tersebut.
Zzzzzzzrrrrrrrr
Tiba-tiba perasaan lagash bergejolak, ia mendengar teriakan-teriakan manusia yang ramai, sorakkan itu memenuhi aula terbuka seakan mengelilingi dirinya. Lagash menutupi telinganya dengan kedua telapak tangannya. Bayangan itu semakin ia kenal, rasanya perna ia alami sebelumnya. Aula itu terasa berputar-putar membersamai gema sorakan orang ramai.
"lagash ?" seseorang menepuk pundaknya
"hah ?"
Lagash terhenti dari lamunanya, ia tersentak saat Tagon sang kapten kavaleri phalax menghampiri dirinya.
"apa yang kau lakukan ?" ujarnya bingung
"ah, tidak aku merasa sedikit berisik " ujar lagash
"apa mereka sangat berisik ?" tanya tagon bingung.
"hei kalian semua, jangan mengundang banyak dabbat kesini, suara kalian terdengar ribuan mil dari sini"
Kerumunan ramai itu terdiam mendengar ucapan sang kapten " bagaimana sekarang " ujar sang kapten. "ya, sedikit lebih baik " sambung lagash
Tagon menepuk pundak lagash kemudian berlalu menuju kapten kavaleri K-nil maurice.
"apa dia selalu bertingkah aneh seperti itu ?"
Maurice menanggapi dengan santai "terkadang anak itu memang terlihat sangat aneh "
"dia manusia kan ?"
"aku tidak tau, asumsiku dia bukan bangsa parikan seperti kita"
"syukurlah, itu sedikit menenangkan"
"tapi kekuatannya, kau tidak bisa menutupinya setiap saat maurice"
Maurice terdiam, sudah menjadi rahasia umum jika lagash memiliki regenerasi tubuh yang sulit di jelaskan, selama 2 tahun belakangan ini maurice selalu merahasikan kekuatan lagash dari beberapa kapten kavaleri yang lain, ia takut kekuatan itu justru membawa petaka yang lebih serius di kemudian hari.
"pasukan dabbat dari utara bergerak aneh, mereka memiliki pemimpin dari kalangan manusia" ujar tagon.
"manusia ?"
"pasukan phalax pengintai mengkonfirmasikan jika mahluk itu benar manusia"
"bagaimana bisa, selama ini mereka selalu menyerang manusia dan manusiapun balik memakan tubuh mereka. Kau yakin bukan lelucon "
Tagon menatap tajam pada maurice " kau meragukan ku ?" ketus tagon
"bukankah itu sesuatu yang mustahil, kita setiap saat bersitegang dengan dabbat, bagaimana ada mahluk yang bisa memerintah monster seperti itu !"
"Kau !" Tagon mengepalkan tinjunya kedinding, letusan suara merambat menjalar di sela sela dinding aula. Maurice hanya terdiam, ia memalingkan wajahnya. Tagon yang tersulut amarahnya pergi meninggalkan maurice sendirian di tempat itu.
"kavaleri phalax, ikut aku !"
Hampir 20 orang pasukan dengan wajah cukup menyeramkan berjalan mengikuti kapten tagon.
"cih, selalu saja begitu " ujar adrian
"bagaimana menurutmu find" ujar lagash
"...." find tidak berkomentar, lagash menatap aneh pada find, ia merasa jika find menyembunyikan sesuatu darinya. Bukan hanya find, bahkan kapten maurice dan geria juga terlihat sama tingkahnya.
"Lagash ikut aku "
maurice memecah lamunan lagash "siap !" saut lagas. Maurice berjalan menuju pintu keluar aula "pemandangan ini, menurutmu sampai kapan akan berakhir " ujar maurice yang memandangi gedung-gedung rumah-rumah kosong hampir tinggal sebagian.
"aku tidak tau," jawab lagash bingung. Maurice tersenyum" berapa umurmu lagash ?"
"25 tahun mungkin, " jawabnya. "tidak, umurmu masih 23 tahun, aku memberitahu semua orang umurmu 25 tahun agar kau bisa bergabung di kavaleri K-NIL".. "apa maksud anda" tanya lagash bingung.
"saat kau terjatuh dari langit 4 tahun lalu, aku bermimpi bertemu denganmu sebelumnya, kau mungkin tidak percaya, tetapi semua parikan memimpikan hal yang sama."
"aku tidak mengerti maksud anda,"
"kau di takdirkan memimpin kaum parikan !" ujar maurice dengan mata tegas menatap lagash.
"kaum parikan ?"
Senyum maurice terbentuk melihat wajah kebingungan lagash. "sudahlah, masuk lagi kedalam sebentar lagi latihanmu akan di mulai"
"ah, baiklah " ujar lagash mengelangkan kepalanya kekiri tanda ia sedang kebingungan.
"oiya, kapten"
"uh, ada apa ?"
"aku, aku rasa tidak dapat ikut dalam kavaleri gabungan"
"um, baiklah "
"anda tidak mencoba menyakinkanku ?"
"memangnya ada untung bagiku kau ikut atau tidak "
Mulut lagash sedikit mengkerucut, "baiklah, aku masuk kedalam" ia melangkah masuk
Sambil mengaruk garukkan kepalanya "cih, ku pikir dia peduli padaku " guman lagash.
Maurice yang melihat tingkah lagash menampilkan lesung pipit di wajahnya. "ah, masih terlalu dini kah membuat dia menjadi pemimpin ?" guman maurice.